Dampak
Upgrade Rating Investasi
Berly Martawardaya ; Dosen FEUI; Ekonom INDEF;
Ketua PP Ikatan Sarjana Nahdlatul
Ulama (ISNU)
|
KORAN
SINDO, 23
Mei 2017
Bayangkan Anda ingin berwisata ke suatu daerah yang belum
pernah Anda kunjungi dan tidak begitu familier. Selain mencari info dari
“Mbah Google” dan media massa, Anda juga bertanya ke tiga orang yang sudah
mengunjungi banyak daerah dan punya reputasi tinggi.
Ketika dua dari tiga traveler senior tersebut
merekomendasikan daerah X untuk dikunjungi, keyakinan untuk mengunjungi
daerah tersebut belum bulat. Apalagi ada beberapa daerah lain yang sudah
direkomendasikan ketiga orang ini. Ketika akhirnya traveler senior ketiga
menyatakan bahwa daerah X layak dan perlu dikunjungi, akhirnya Anda dan
beberapa teman mengalokasikan sebagian tabungan dan menyempatkan waktu untuk
berwisata ke daerah tersebut.
Analogi itu mirip dengan kondisi investasi global setelah
Jumat, 19 Mei 2017, salah satu dari tiga lembaga pemeringkat utama global,
yaitu Standard & Poor’s (S&P), menyatakan bahwa Indonesia sudah pada
kategori layak investasi. Pada skala yang mereka gunakan, rating Indonesia
dinaikkan dari BBBke BB+ dengan kondisi stabil. Analis Senior S&P, Kim
Eng Tan, menyatakan bahwa risiko fiskal Indonesia telah menurun signifikan.
Kita ingat bahwa tahun lalu ada pemotongan belanja yang lumayan besar dan
kekhawatiran apakah program pengampunan pajak (tax amnesty) akan mendapat respons
masyarakat yang memadai. Keterangan resmi S&P menyatakan bahwa APBN
Indonesia sekarang sudah lebih realistis sehingga risiko pendapatan negara
tidak memadai dan di bawah target (shortfall) sudah mengecil.
Karena itu surat utang negara akan dapat dibayar sesuai
dengan kesepakatan dan perjanjian awal. Apalagi tingkat utang Indonesia masih
di bawah 30% dariprodukdomestikbrutoyang lebih kecil dari negara-negara
tetangga di wilayah ASEAN dan Asia Timur. Pekerjaan rumah yang diingatkan
S&P adalah penguatan sistem perpajakan yang menjadi tantangan struktural
dan jangka menengah.
Rasio pendapatan pemerintah terhadap PDB di Indonesia
adalah terendah kedua dari 67 negara yang mendapat rating layak investasi
dari S&P sehingga masih dapat ditingkatkan secara signifikan. Indonesia
adalah satu-satunya negara di Asia Timur yang belum mendapat rating layak
investasi dari ketiga lembaga rating besar global. Dua lembaga pemeringkat
lainnya, Fitch dan Moody’s, telah memberikan rating layak investasi kepada
Indonesia pada 2011 dan 2012.
Setelah S&P mengumumkan kenaikan peringkatnya, Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,76% dan menyentuh level tertinggi
sepanjang masa sebesar 5.801,46 pada pukul 15.13 WIB. IHSG ditutup menguat
146,43 poin (2,59%) ke level 5.791 setelah bergerak di antara 5.630- 5.825
pada hari ini, Jumat (19/5). Level penutupan tersebut merupakan rekor
tertinggi baru IHSG sepanjang sejarah. Sementara di pasar valuta asing, nilai
tukar rupiah bergerak menguat di Rp13.325 per dolar AS atau naik 31 poin
(0,23%) setelah bergerak di kisaran Rp13.298-13.420.
Manfaat dan Risiko
Manfaat utama dari kenaikan rating S&P adalah kenaikan
investasi asing dan turunnya biaya modal (cost of capital ). Dengan
ratinglayak investasi, akan makin banyak investor global memercayakan dananya
di Indonesia. Baik pada bentuk investasi portofolio (saham, bonds dan surat
berharga) atau investasi langsung (foreign direct investment/ FDI). Studi
Goldman Sach menemukan bahwa kenaikan rating Indonesia berpotensi menaikkan
investasi sebesar 5 miliar dolar.
Manfaat kedua adalah turunnyabiayamodal. Dalamteoridan
praktik keuangan, potensi profit harus disesuaikan dengan risiko instrumen
keuangan tersebut (risk adjusted return). Maka bila risiko lebih tinggi,
tingkat return harus meningkat, baru menarik serta sebaliknya. Riset yang
dilakukan Bahana Sekuritas menemukan bahwa setelah kenaikan rating, surat
utang pemerintah tenor 10 tahun dapat turun ke kisaran 6,5% dari level saat
ini 6,9%.
Bila penurunan ini terjadi pada semua instrumen keuangan,
biaya produksi Indonesia akan menurun sehingga competitiveness- nya
meningkat. Risiko yang perlu diantisipasi adalah kucuran dana investasi yang
masuk menaikkan kurs rupiah terlalu cepat sehingga menurunkan daya saing
ekspor Indonesia di pasar global. Potensi bubble juga tidak dapat dianggap
remeh.
Investasi yang paling diharapkan pemerintah karena dampaknya
yang jangka panjang adalah FDI. Maka naiknya rating perlu diikuti dengan
perbaikan kemudahan investasi dan perwujudan usaha (ease of doing business)
sehingga investor yang mulai tertarik terus menanamkan uangnya di Indonesia
dan tidak balik badan karena sulit mengurus administrasi dan perizinan.
Seperti banyak hal, terdapat manfaat dan risiko dari
kenaikan ratingIndonesia. Semoga pemerintah dan policy maker dapat
memaksimalkan manfaat dan minimalkan risiko serta menjaga napas untuk
kemajuan Indonesia jangka panjang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar