Bersikap
terhadap Ancaman Eksistensi NKRI
Hasanudin Abdurakhman ; Cendekiawan, Penulis;
Kini menjadi seorang
profesional di perusahaan Jepang di Indonesia
|
DETIKNEWS, 29 Mei 2017
Dalam waktu yang hampir bersamaan, ada 2 kejadian yang
sangat mengkhawatirkan terjadi di Indonesia. Keduanya merupakan ancaman
terhadap kewujudan kita sebagai bangsa. Pertama, serangan bom di Kampung
Melayu. Kedua, kericuhan yang nyaris berkembang jadi kerusuhan besar di
Jayapura.
Bom di Kampung Melayu jelas hasil kerja teroris. Demikian
pula beberapa serangan sebelumnya. Apa yang diinginkan teroris? Kita tak
tahu. Dengan logika kita tak mungkin bisa memahaminya. Juga tak akan kita
temukan jawabannya kalau kita cari dalam ajaran Islam. Ajaran Islam tak
mengajarkan orang untuk meneror. Teror dilakukan terhadap penduduk sipil tak
bersenjata. Itu sama sekali bukan ajaran Islam.
Ajaran Islam membolehkan perang, dengan berbagai syarat.
Salah satunya, perang hanya boleh dilakukan di bawah komando negara, bukan
kelompok perorangan. Lebih penting lagi, perang dilakukan terhadap kelompok
bersenjata (tentara), bukan terhadap orang-orang sipil tak bersenjata. Maka,
tindakan teroris tadi sama sekali tak bisa dibenarkan dari sudut pandang
ajaran Islam. Terlebih, mereka membunuh umat Islam sendiri.
Kericuhan di Jayapura berawal dari isu yang mengatakan
adanya Alkitab yang dibakar. Berita tak jelas itu beredar luas, membangkitkan
kemarahan. Kapolres yang mencoba menenangkan massa, terluka oleh amukan
massa. Untunglah akhirnya massa bisa dibubarkan oleh aparat.
Dua kejadian itu adalah ancaman terhadap eksistensi NKRI.
Teror itu jelas bertujuan menggoyahkan fondasi eksistensi kita. Terlebih di
negara tetangga kita, Filipina, para teroris sudah lebih leluasa unjuk
kekuatan, dengan menguasai kota. Sementara itu, kericuhan bisa dengan mudah
meluas menjadi kerusuhan yang lebih besar, dan mengancam stabilitas keamanan,
baik di tingkat wilayah maupun nasional. Itu adalah ancaman terhadap
eksistensi NKRI.
Tak banyak yang bisa kita lakukan untuk mencegah teror,
karena itu wilayah kerja aparat keamanan. Fokus kita terbatas hanya pada
keselamatan diri dan keluarga kita. Tapi setidaknya kita bisa menegaskan
bahwa teror ini bukan sesuatu yang patut didukung, khususnya oleh umat Islam.
Hal ini penting untuk diperhatikan. Kita harus menyadari
bahwa masih ada saja sebagian kecil orang dari kalangan umat Islam yang
mendukung teror dan terorisme. Sejumlah komentar di media sosial menunjukkan
hal itu. Itu yang terdeteksi. Yang tidak terdeteksi bisa diperkirakan lebih
banyak lagi.
Apa yang bisa kita lakukan terhadap mereka? Sekali lagi,
tak banyak. Tapi kita bisa melakukan hal lain kepada kelompok-kelompok lain.
Dalam situasi seperti ini sangat penting bagi kita untuk bersatu. Siapa yang
harus bersatu? Kita yang masih cinta pada NKRI. Sebagian besar kita ini cinta
NKRI. Kelompok-kelompok pendukung teror itu hanya segelintir saja.
Sayangnya, di antara kita sendiri masih ada berbagai
ketegangan. Kita masih menyimpan kecurigaan. Kejadian di Jayapura tadi adalah
indikasinya. Ada orang-orang yang masih percaya bahwa ada sejumlah orang dari
kelompok lain yang memusuhi mereka. Ada orang yang dengan sengaja mau
melecehkan kita. Kepercayaan seperti itu adalah potensi rusuh. Bila ada
kejadian atau isu tentang kejadian pelecehan, maka ia bisa menjadi picu bagi
sebuah kericuhan atau kerusuhan.
Dalam situasi ini penting bagi kita untuk saling
meyakinkan bahwa kita ini satu. Kita ingin NKRI yang aman dan damai. Aman
dari serangan orang-orang yang hendak merusaknya. Damai di antara berbagai
komponen anak bangsa. Maka, kita harus saling menyampaikan pesan, itikad
baik, bahwa kita menghormati saudara kita, dari agama dan golongan yang
berbeda dengan kita.
Kita juga percaya bahwa mereka pun demikian terhadap kita.
Kita harus membuang kecurigaan antaranak bangsa, menggantinya dengan
keyakinan bahwa kita semua disatukan oleh keinginan untuk tetap bersama dalam
wadah NKRI.
Khusus untuk umat Islam, kita perlu terus-menerus
mengaskan kepada kelompok-kelompok awam bahwa teroris itu bukan pelaku ajaran
Islam. Mereka bukan saudara kita, karena mereka tak segan membunuh kita. Maka
tak boleh ada dukungan sedikit pun kepada mereka, dalam bentuk apapun.
Aman dan damailah Indonesia! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar