Rabu, 04 Februari 2015

Menegakkan Khitah Indonesia 1945

Menegakkan Khitah Indonesia 1945

Muhammadun  ;  Peneliti Lajnah Ta'lif wan Nasyr (LTN) PWNU DIY;
Analis Studi Politik pada Program Pascasarjana UIN Yogyakarta
MEDIA INDONESIA, 03 Februari 2015

                                                                                                                                     
                                                

BILA mencermati langkah dan gerak Nahdlatul Ulama (NU), tidak bisa dimungkiri bahwa jalan perjuangan NU selalu berdiri tegak untuk membela kemanusiaan dan keindonesiaan. Semangat perjuangan NU digelorakan para pendirinya, khususnya KH M Hasyim Asy'ari yang tak pernah surut langkah untuk menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berdiri pada 31 Januari 1926, NU sebenarnya wadah pengembangan perjuangan para kiai pesantren yang telah lama menentang kolonialisme dan penjajahan.

Gerak perjuangan NU sangat dibutuhkan bangsa ini. Jalan bangsa ini selalu berliku, seiring dengan banyaknya tantangan yang dihadapi. Reformasi yang bergulir pada 1998 belum menjadi roh pergerakan, tapi justru sering kali dijadikan jalan politik untuk kepentingan sesaat. Semangat Indonesia 1945 tidak banyak disuarakan, malah sering dinafikan. Gerak perjuangan Indonesia 1945 lebih banyak menjadi slogan, miskin aksi dan aktualisasi un tuk menjawab tantangan Indonesia masa depan.

NU dalam kesejarahannya menorehkan banyak catatan, terlebih dalam berdirinya NKRI. Bukan saja keterlibatan kultural, NU sangat intensif terlibat dalam merumuskan arah dan gerak negara ini. Hasyim Asy'ari, Wahid Hasyim, dan Abdurrahman Wahid mungkin menjadi trisula NU, baik secara geneologis maupun ideologis, yang mencatatkan gerak perjuangan NU untuk `NKRI harga mati'. Trisula NU tersebut tentu saja tidak sendirian karena mereka dikerubungi ribuan kiai, ribuan pesantren, jutaan santri, dan jemaah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Khitah Indonesia 1945

Tentu saja, jejak kesejarahan NU mempunyai makna sangat krusial dalam menjaga tegaknya NKRI. Tak salah kemudian kalau pada 2012 NU menggelorakan semangat kembali kepada Khitah Indonesia 1945. Gelora Khitah Indonesia 1945 itu berangkat dari pengalaman NU ketika mengalami krisis dan kemerosotan pada dasawarsa 1970-an. Maka, pada awal 1984, NU menemukan solusi yaitu kembali ke spirit NU 1926, kemudian dicanangkan agenda kembali ke khitah 1926. Walaupun saat itu banyak yang menentang karena dianggap langkah mundur, kemudian terbukti bahwa langkah NU kembali ke khitah itu telah memberi inspirasi baru untuk kebangkitan NU sebagai tonggak dalam menentukan langkah ke depan, bahkan kemudian NU bisa diakui secara internasional.

Dari sini, NU mendesak bangsa ini agar kembali ke khitah Indonesia 1945, yang merupakan kembali ke jati diri bangsa ini yang diwarnai de ngan semangat kemerdekaan, menciptakan keadilan dan kesejahteraan, serta membangun kedaulatan nasional yang lepas dari segala macam bentuk penjajahan. Kembali ke khitah Indonesia 1945 berarti kembali ke semangat proklamasi, nilainilai Pancasila, semangat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, serta kembali pada nilai luhur UUD 1945, yang berdasarkan pada nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kekeluargaan, permusyawaratan, serta perjuangan keadilan.

Munas NU 2012 tegas sekali menguraikan bahwa kembali ke khitah 1945 tersebut tidak berarti menolak segala bentuk perubahan terhadap UUD 1945. Demikian juga tidak menyakralkan hasil amendemen yang sudah dilakukan. Sesuai dengan amanat Pasal 37 UUD, itu perlu disempurnakan. Khitah Indonesia 1945 merupakan keseluruhan cita-cita bangsa ini yang berproses sejak zaman Kebangkitan Nasional yang kemudian dirumuskan menjadi dasar negara Pancasila, dicetuskan melalui Proklamasi Ke merdekaan, dirumuskan menjadi Pembukaan UUD, serta dirinci ke dalam Batang Tubuh UUD 1945 secara tuntas dan menyeluruh.

Karena itu, dalam konteks kembali ke khitah Indonesia 1945 ini, NU berusaha kembali menegaskan Pancasila sebagai ideologi negara, barang siapa mengganggu atau menentangnya harus segera dicegah karena ia musuh negara. NU juga mendesak dalam UUD itu ada pasal yang menegaskan bahwa Mukadimah UUD 1945 yang telah ada itu sama sekali tidak boleh diubah atau diamendemen karena mukadimah tersebut menjadi pedoman yang memuat filosofi serta arah perjuangan bangsa ini.

Indonesia masa depan

“Nilai dasar demokrasi adalah memanusiakan manusia dan mengaturnya agar pola hubungan antarmanusia itu dapat saling menghormati perbedaan dan mampu bekerja sama sehingga menciptakan kesejahteraan bersama,“ demikian yang selalu ditegaskan KH Wahab Hasbullah, penggerak berdirinya NU. Kiai Wahab mengaktualisasikan gagasannya dari gurunya, KH Hasyim Asy'ari, yang selalu menegaskan bahwa agama harus menjadi inspirasi dan basis etik dalam membangun demokrasi. Sinergi agama dan nasionalisme dalam membangun Indonesia, bagi Kiai Hasyim, akan menjadikan Indonesia masa depan sebagai negara yang bermartabat.

Basis agama yang sinergis dengan nasionalisme itu harus menjadi tonggak utama NU dalam mengawal khitah Indonesia 1945. Pertama, NU harus selalu berani mempertaruhkan dirinya demi tegaknya NKRI harga mati. Siapa pun yang merongrong NKRI, maka NU harus siap berada di barisan paling depan untuk membela NKRI. Apa pun yang dikerjakan NU, harus berorientasi menjaga dan menegakkan NKRI.Di sinilah, NU bagi Kiai Sahal Mahfudh, Rais Am PBNU (1999 2014), sebenarnya menjalankan politik tingkat tinggi, yakni politik kebangsaan, politik kerakyatan, dan etika politik. Dengan politik tingkat tinggi, NU akan tetap terdepan dalam menjaga NKRI.

Kedua, NU harus selalu berdiri di depan dalam menegakkan kemandirian bangsa. Jejak NU dan pesantren terbukti selalu menjaga kemandiriannya. Kemandirian NU dan pesantren harus menjadi salah satu tonggak kemandirian bangsa ini. Kalau bangsa ini berani tegak mandiri, kedaulatan bangsa tak bisa diganggu gugat. Indonesia masa depan harus siap dengan etos mandiri karena harus bergerak di tengah gejolak masyarakat ekonomi global, yang dimulai dari MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).Warga NU yang berada di berbagai pelosok desa harus siap dengan kemandirian sehingga Indonesia masa depan semakin gemilang.

Ketiga, mengembangkan kader anak bangsa yang berkarakter. Menyiapkan generasi bangsa yang berkarakter dan berintegritas menjadi tugas besar NU karena dari sosok yang berkarakter dan berintegritas, agenda bangsa masa depan bisa direalisasikan. Peran NU dalam lembaga pendidikan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan kebangsaan mutlak harus segera diperkuat dari semua lini, khususnya dimulai dari pelosok desa.
Semangat perjuangan inilah yang harus digelorakan NU sehingga khitah Indonesia 1945 bisa dijalankan dengan baik dan bermartabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar