Minggu, 22 Februari 2015

Ofensif Mesir ke Libya

Ofensif Mesir ke Libya

Ibnu Burdah ;  Pemerhati Timur Tengah dan dunia Islam; Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang
SUARA MERDEKA, 21 Februari 2015

                                                                                                                                     
                                                

SEBAGAIMANA Yordania, Mesir spontan membalas kekejian Islamic State (IS) terhadap warganya. Bila sebelumnya kelompok IS membakar hidup-hidup seorang pilot Yordania maka anasir mereka di Libya menyembelih 21 warga Mesir di pantai yang disebut Tharabulus (Tripoli). Mereka adalah warga Kristen Koptik, aliran yang berkembang kuat di negara tersebut.

Penulis pernah berkunjung ke salah satu gereja mereka di Kairo dan stan mereka saat mengikuti pameran buku internasional (ma’radh dauly) sehingga berita tragis ini memberi kesan khusus. Sehari setelah pengunggahan video pembantaian itu, pesawat Mesir di Timur Tengah memborbardir sejumlah target di Libya, terutama kota Derna Libya Timur.

Tempat itu diklaim militer Mesir dan militer Libya pimpinan Khalifa Haftar sebagai basis kelompok Islamic State di negara itu. Sejauh ini, televisi Mesir menyatakan, operasi itu berjalan sesuai dengan target. Mereka mengklaim menewaskan 50 pengikut IS dan menimbulkan kerusakan parah basis kelompok itu di Libya akibat serangan yang mereka nyatakan masih akan berlanjut.

Beberapa kekejian IS belakangan mengubah secara drastis peta perang terhadap kelompok tersebut. Sebelumnya, negara-negara Arab selama ini seperti setengah hati memberikan dukungan dalam perang melawan kelompok tersebut. Mereka lebih banyak berhitung untuk kepentingan masing-masing, baik selama perang maupun setelah perang, terutama terkait konflik antarmereka.

Namun pembakaran hidup-hidup tawanan pilot Yordania telah memobilisasi kekuatan rakyat dan kerajaan yang dipimpin ahlul bait itu untuk secara serius menumpas IS. Penyembelihan massal warga Mesir di Sirte juga telah menggerakkan organ negara itu untuk melakukan serangan lintas negara dengan tujuan sama, minimal dalam pernyataan mereka.

Dua peristiwa itu telah ’’menyatukan’’ perasaan rakyat dua negara dan bangsa Arab pada umumnya terhadap musuh bersama di tengah mereka, yakni ektremisme dan terorisme. Namun mobilisasi kekuatan itu masih terbatas. Faktanya, selain Irak dan Suriah, hingga saat ini tak ada satu pun negara di kawasan itu, baik Turki, Yordania, Mesir, maupun Arab Saudi, yang melakukan operasi darat.

Di tengah kemenguatan dukungan terhadap perang melawan IS, komitmen dan sasaran sesungguhnya ofensif militer Mesir di Libya masih jadi perdebatan besar di Libya. Kelompok Nasionalis pimpinan Jenderal Haftar langsung menyatakan, serangan Mesir sudah sesuai tujuan. Kelompok ini memang mendesak Mesir sejak tiga bulan lalu untuk mengintervensi ke Libya. ’’Proposal’’ mereka tentu terkait penumpasan anasir Ikhwan di Timur Tengah yang menjadi agenda utama rezim militer itu sejak penggulingan Mursi.

Musuh utama Haftar adalah Fajr Libya yang merupakan kekuatan Ikhwani di negara itu. Hingga saat ini, kekuatan militer itu terdesak hebat di mana-mana oleh kekuatan milisi-milisi Islam yang digalang Fajr Libya, utamanya di Tripoli. Karena itu, Haftar meminta bantuan militer. Mesir selama ini sedikit sekali mengabulkan permintaan Libya itu. Hanya sekali dua Mesir melakukan ofensif udara rahasia, itu pun sangat terbatas.

Hasil Konspirasi

Namun momentum penting tiba-tiba datang. Aksi keji kelompok Daisy (Dawlah Islamiyyah fi Iraq wa Syam/ISIS) telah ’’memaksa’’ militer Mesir melakukan ofensif besar-besaran ke berbagai target di Libya. Harga diri militer Mesir yang heroik di mata warganya dan juga popularitas Presiden Sisi benar-benar dipertaruhkan. Serangan itu pun disambut hangat kelompok Nasional di Libya, bahkan dikoordinasikan dengan kelompok Haftar.

Namun, bagi Kelompok Fajr Libya, ”Islamis moderat” yang juga terlibat perang melawan IS di negara itu, serangan Mesir tak lain hasil konspirasi rezim militer Sisi dan kelompok Jenderal Haftar yang terdesak. Mereka mengutuk serangan itu sebagai penghinaan terhadap kedaulatan Libya. Mereka juga menunjukkan sejumlah bukti foto anak-anak tak berdosa yang jadi korban serangan Mesir.

Beberapa pengamat juga menyatakan keheranannya, mengapa militer Mesir memborbardir Derna, bukan Sirte atau daerah tertentu di Tripoli tempat para teroris itu menangkap dan membunuh para tawanan. Fajr Libya mencurigai agenda Mesir adalah menyasar kekuatan mereka di kota tersebut guna membangun perimbangan kekuatan baru di Libya.

Karena itu, analisis adanya ’’konspirasi jahat’’ begitu menonjol dalam pandangan para pengamat. Mereka berpendapat pembunuhan keji itu dijadikan alat atau alasan bagi Mesir untuk masuk ke Libya. Padahal pemerintah Mesir sangat lamban merespons aksi penculikan warganya tersebut. Andai dugaan itu benar maka harapan agar militer Mesir benar-benar masuk gelanggang untuk menumpas IS yang sudah sempoyongan, bukan menumpas Fajr Libya, bisa bertepuk sebelah tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar