Rabu, 25 Februari 2015

Membaca Arah Politik Amien Rais

Membaca Arah Politik Amien Rais

Wildani Hefni  ;  Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
JAWA POS, 25 Februari 2015

                                                                                                                                     
                                                

PERSAINGAN Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan untuk menjadi orang nomor satu di Partai Amanat Nasional (PAN) semakin ketat. Dua kandidat tersebut menggelar deklarasi pencalonan ketua untuk Kongres IV yang digelar pada 28 Februari mendatang. Dua kubu saling mengklaim mendapat dukungan mayoritas dari seluruh fungsionaris PAN (Jawa Pos, 24/02).

Partai yang lahir dari semangat reformasi ini akan menggelar hajat untuk menentukan arah dan sikap politik. Tentu, tokoh yang terpilih sebagai ketua umum akan sangat menentukan nakhoda perjuangan politik terbuka sebagaimana yang telah dijalankan PAN sepuluh tahun terakhir.

Membaca peta politik PAN tak akan bisa dipisahkan dari seorang tokoh politik senior, yaitu Amien Rais. Bagaimanapun, eksistensi PAN ke depan tidak bisa dilepaskan dari sosok ketua Majelis Pertimbangan PAN itu. Jatuh bangunnya PAN sangat bergantung pada citra dari tokoh lokomotif reformasi tersebut. Dalam peta politik menjelang Kongres IV, Amien Rais paling tidak masih mempunyai tiga posisi penting yang harus dipertimbangkan seluruh fungsionaris PAN.

Pertama, Amien Rais adalah tokoh sentral di partai yang berlambang matahari terbit itu. Amien adalah tokoh pluralis yang merancang PAN menjadi partai yang paling menampung kebinekaan atau kemajemukan. PAN menjadi partai yang eksistensinya plural, Islam modernis, nasionalis, intelektual kritis, dan lintas agama berkat rancangan Amien Rais. Ini menjadi penting untuk meraih dukungan mayoritas bangsa ke depan.

Kedua, Amien Rais masih menjadi tokoh berpengaruh di organisasi Muhammadiyah. Walaupun Muhammadiyah baik sebagai organisasi maupun massanya secara formal tidak berhubungan dengan PAN, secara ideologis PAN berdiri dari semangat organisasi yang berbasis modernis itu.

Ketiga, Amien Rais adalah perancang dan pengelola peta politik yang prolifik. Strategi yang digunakan tak lain untuk membawa PAN dalam porsi kekuasaan. Dalam konteks ini, baik Hatta maupun Zulkifli masih kalah jauh oleh Amien.

Arah Politik

Amien Rais hadir dalam konsolidasi pemenangan Zulkifli Hasan di Mataram beberapa waktu lalu. Walaupun tidak secara eksplisit, Amien Rais telah memberikan sinyal dukungan kepada Zulkifli. Untuk tidak memancing respons berlebihan, Amien Rais berdalih bahwa dirinya menginginkan regenerasi kepemimpinan yang bisa membawa angin segar perubahan di tubuh PAN.

Dalam konstelasi pertarungan untuk memperebutkan ketua umum PAN 2015–2019, Amien Rais tampil untuk mengulang sejarah kongres PAN lima tahun silam di Batam. Saat itu, Amien Rais berhasil memendam keinginan Dradjat Wibowo hingga akhirnya berakhir dengan kemenangan aklamasi Hatta Rajasa. Namun, konteks politik kini jauh berbeda. Politik saat ini benar-benar mengejar kekuasaan. Sedangkan struktur kekuasaan hanya memahami logika kekuatan, bukan kekuatan logika.

Manuver Amien Rais mendukung Zulkifli setidaknya dilakukan untuk mengamankan PAN tetap berada dalam Koalisi Merah Putih (KMP). Alasan ini sangat logis. Jika Zulkifli menjadi ketua umum PAN, Amien dengan mudah mengendalikannya. Berbeda dengan Hatta. Hatta akan lebih mampu mengatur strategi dan ada potensi untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

Amien Rais sangat jeli melihat perkembangan politik saat ini. Politik yang sedang dimainkan pemerintah adalah politik yang menganut teori kedaulatan negara (de leer der staats-souvereiniteit). Politik semacam itu dicetuskan Ludwig von Haller (1850) bahwa negara bukanlah buatan manusia, tapi hasil alam atau naturproduct. Maka, implikasi nyata, yang kuat menguasai dan yang lemah dikuasai.

Kini, publik bisa menilai bahwa pemerintahan Jokowi-JK saat ini jauh panggang dari api. Kewibawaan Jokowi sebelum menjadi presiden jauh berbanding lurus dengan kondisi politik kekinian. Dalam lingkaran yang memengaruhinya, wibawa Jokowi telah menjadi kekuasaan. Kekuasaan berarti macht atau geweld, mengandung kekerasan. Sementara itu, kewibawaan berarti gezag, yaitu kekuasaan yang telah diterima dan diakui.

Dalam konteks ini, PAN dalam komando Amien Rais hendak menyampaikan pesan kepada Jokowi bahwa politik itu sangat dinamis. Saat ini berkuasa, besok belum tentu mampu mempertahankannya. Dengan kata lain, Amien ingin menyampaikan nasihat Talleyrand yang diungkapkan untuk Kaisar Napoleon, ’’Tuan bisa berbuat sesuka hati dengan bayonet dan akan memperoleh hasil yang tuan kehendaki, akan tetapi tuan tidak akan dapat duduk di atas bayonet itu dalam waktu lama.’’   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar