Kamis, 10 Oktober 2013

Siapkah RI dengan APEC?

Siapkah RI dengan APEC?
Pande Radja Silalahi  Peneliti Senior CSIS
SUARA KARYA, 09 Oktober 2013


Pertemuan APEC yang diselenggarakan di Bali dalam beberapa hari belakangan ini ditanggapi masyarakat dengan berbagai bentuk dan cara. Salah satu yang menarik adalah dilontarkannya pertanyaan: apakah Indonesia sudah siap melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan APEC?

Pertanyaan itu patut mendapat perhatian saksama karena berbagai alasan. Dalam beberapa waktu belakangan, kemampuan bersaing Indonesia di pasar internasional makin diragukan masyarakat. Sampai dengan beberapa tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami surplus. Namun, dalam beberapa tahun belakangan keadaannya telah berbalik atau neraca perdagangan Indonesia menjadi defisit.

Dengan menerapkan kesepakatan APEC yang bermuara pada liberalisasi perdagangan dan investasi, maka Indonesia akan berada pada posisi yang dirugikan. Indonesia akan menjadi pasar empuk bagi negara-negara anggota APEC lainnya dan bukan sebaliknya.

Tidak dapat disangkal, kemampuan bersaing Indonesia dalam beberapa tahun belakangan lebih buruk dari berbagai negara, termasuk negara anggota APEC. Tapi, keadaan ini tidak lantas berarti Indonesia harus mundur dari keanggotaan APEC. Selain langkah itu hampir tidak mungkin dilaksanakan, akibat yang ditimbulkannya akan sangat buruk bagi perekonomian Indonesia.

Data statistik yang tersedia menunjukkan bahwa volume perdagangan Indonesia dengan negara anggota APEC lainnya sekitar 75 persen dari seluruh perdagangan internasional Indonesia. Ini memberi indikasi bahwa dengan meninggalkan APEC, maka taruhannya adalah sekitar 75 persen dari perdagangan Indonesia dan belum terhitung investasi serta kegiatan ekonomi lainnya.

Dalam waktu singkat Indonesia tidak akan mungkin mencari negara pengganti negara-negara anggota APEC. Kalau demikian halnya, pilihan apa yang tersedia bagi Indonesia agar tidak menjadi korban persaingan antarnegara yang sudah menjadi kenyataan hidup dewasa ini dan terlebih di masa yang akan datang?

Kalau disimak dengan tenang, dapat diketahui bahwa perkembangan daya saing Indonesia yang menurun dalam beberapa tahun belakangan merupakan resultante dari berbagai hal. Sering dikemukakan, sebagian produk Indonesia yang diekspor mampu bersaing di pasar internasional karena harganya lebih murah.

Di sisi lainnya, beragam produk yang dapat diproduksi di Indonesia urung dihasilkan karena berbagai hal. Masalah transportasi, kepelabuhanan, perizinan, peraturan, waktu pengurusan dokumen, dalam kenyataannya telah menggerogoti daya saing produk-produk Indonesia di pasar internasional dan belum termasuk pungutan-pungutan yang harus dipikul oleh para pengusaha.


Dengan perkembangan seperti ini, APEC dapat menjadi pasar bagi produk yang dihasilkan Indonesia dan menjadi sumber investasi yang dibutuhkan oleh Indonesia. Namun, untuk merealisasikan hal itu dibutuhkan berbagai langkah dan yang utama adalah adanya intervensi cerdik dari pemerintah yang pada gilirannya mampu menaikkan daya saing Indonesia. Tanpa menaikkan daya saing secara berarti, maka Indonesia akan menjadi pecundang dan bukan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, membiarkan hal itu terjadi. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar