Kamis, 10 Oktober 2013

Kedukaan Terberat Bangsa

Kedukaan Terberat Bangsa
Ihwan Sudrajat  Staf Ahli Gubenur Jateng
SUARA MERDEKA, 09 Oktober 2013


SUSAH menjelaskan perasaan saya saat ini sejak mendengar tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Rasa kecewa, getir, dan masygul campur-aduk begitu kuat. Saya hanya bisa terkesima, bengong, lutut pun lemas dan tangan gemetaran, tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat.

Saya tak mempunyai hubungan apa pun dengan Yang Mulia Akil Mochtar. Ia bukan kenalan, apalagi punya hubungan darah. Sa­ya pun tak peduli ia mau dituntut hukuman mati atau seumur hidup ditambah denda. Saya hanya mengandaikan bila semua perkara di MK diselesaikan dengan cara seperti itu, bagaimana jadinya bangsa ini?

Bangsa Indonesia sedang mengalami kedukaan terberat, benteng hukum terakhir yang paling diandalkan untuk membuat bangsa ini lebih tertib dan adil, ternyata tidak steril dari jerat korupsi. Kebanggaan diri karena prestasi yang dihasilkan dari  kompetensi pribadi ternyata tidak layak ditonjolkan pada saat masyarakat lebih menghargai atribut-atribut materialisme.

Hampir seluruh aktivitas kehidupan kita dimaknai secara ekonomi, sulit menemukan ketulusan dalam pelayanan. Ke mana pun Anda pergi, apabila ingin mendapat pelayanan baik, hasil yang diharapkan maka Anda tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan diri tetapi juga kemampuan untuk memberi.
Anda pun tidak cukup untuk mengatakan kepada aparat bahwa ini sudah menjadi tugas Anda sebagai aparat yang digaji dengan uang rakyat. Senyuman mereka tidak akan lebar mungkin hanya disunggingkan sedikit sebagai bentuk cibiran karena Anda tidak mau mengerti.

Seseorang harus menjadi kaya kalau ingin dihormati atau pun dipuji, rasanya hidup menjadi bermakna ketika kita mempunyai banyak atribut yang menandakan bahwa kita berhasil sebagai manusia. Hampir semua pemuas nafsu terpajang di depan mata, daya tariknya selalu diperbarui. Persaudaraan dan kegotongroyongan yang selalu menjadi bagian dari dimensi kultur kehidupan kita makin sering ditinggalkan, rasa syukur yang harusnya kita sampaikan kepada Sang Khalik tertutup rasa haus untuk memupuk harta.

Hal itu membuat hati kita menjadi tidak peka, mata sulit terbuka dengan lingkungan, pendengaran ditulikan sehingga berita, hujatan dan kehancuran koruptor, yang dulu pejabat dimulyakan, yang dipertontonkan media cetak dan visual tidak mengurungkan koruptor-koruptor lain untuk bertobat. Karena, mereka telah menjadi bagian dari seorang Qorun, yang memupuk harta dan terkubur hartanya sendiri.

Akibatnya, buku-buku yang memotivasi seseorang menjadi kaya dalam 5 menit, atau kaya tanpa harus kerja keras sangat laris terjual. Judulnya pun makin beragam. Bagaimana mungkin Anda bisa mempunyai rumah tanpa harus keluar uang, menjadi kaya tanpa harus bekerja.

Tak hanya buku, makin banyak manajemen investasi yang bermunculan, menawarkan pendapatan yang cepat. Manusia kehilangan akal sehat, akal yang oleh Allah diberikan kepada manusia untuk membedakannya dari binatang, ternyata tertutup nafsu sehingga kita tidak lebih dari binatang.

Tumbuh Ketidakadilan

Seperti dikatakan Allah dalam firman-Nya, ‘’saat engkau diberi harta berlimpah sebenarnya itu ujian’’. Dengan demikian bila kita ingin lulus ujian, jalani proses dengan benar, mempersiapkan diri dengan baik, rajin berlatih, dan selalu berdoa supaya Tuhan selalu meringankan perjuangan. Jangan sekali pun Anda menyontek karena berarti tidak memanfaatkan akal yang diberikan oleh Tuhan sesuai perintah-Nya.

Korupsi berarti sama dengan menyontek, Anda mendapat nikmat tanpa harus bekerja keras, Anda mendapat pengembalian yang jauh lebih besar tidak seimbang dengan apa yang Anda lakukan. Korupsi sama saja dengan membantu menumbuhkan ketidakadilan, memperlebar kesenjangan, dan menghambat pengentasan masyarakat dari kemiskinan.

Mari kita yakini Indonesia masa depan adalah Indonesia yang bersih dari korupsi, bisa menjadi teladan bagi bangsa lain. Langkah KPK memberantas korupsi harus mendorong seluruh elemen bangsa ini memurnikan atau memperkuat jati diri kebangsaan menuju bangsa yang adil dan beradab serta berketuhanan.

Seperti dikatakan Gede Prama, tak satu pun putaran di mana kehidupan hanya berisi ke­bahagiaan. Ia mencontohkan AS yang harus melalui proses sejarah berdarah-darah sebelum menjadi kekuatan ekonomi nomor 1 di dunia. China, kekuatan ekonomi ke-3 du­nia saat ini, beberapa puluh tahun lalu, makan nasi bagi rakyat negeri itu terhitung mewah.

Jepang, negara yang sangat memengaruhi dan memberi inspirasi bagi dunia, bangkit setelah Hiroshima dan Nagasaki hancur oleh bom atom. Mari kita bersama-sama berharap, pengungkapan kasus-kasus korupsi besar oleh KPK, mempercepat bangsa ini untuk lahir kembali menjadi bangsa besar yang dapat memengaruhi dunia.


Saya teringat kata-kata Harry S Truman, mantan Presiden AS, saat meninggalkan Gedung Putih dan menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya, Eleanor Rosevelt. “Kalau kita melakukan yang benar, dunia itu seperti surga”, kata Harry kepada istri. Mengapa kita tidak menciptakan surga di dunia sehingga tidak ada lagi kedukaan menyelimuti bangsa tercinta ini. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar