|
BEBERAPA media cetak di China memberitakan secara
besar-besaran kunjungan Presiden Xi Jinping ke Jakarta pada 2-3 Oktober lalu.
Bahkan ada yang membuat halaman khusus dalam salah satu situsnya. Lawatan Xi
Jinping ke Indonesia adalah untuk kali pertama ke negara ASEAN, dilanjutkan ke
Malaysia, sebelum mengikuti KTT Ke-21 APEC di Bali pada 5-8 Oktober lalu.
Bagi China bukan tanpa alasan Indonesia, sebagai negara anggota ASEAN, mendapat prioritas pertama kunjungan, dan begitu penting sehingga beberapa media massa di China menjadikannya sebagai berita utama. Secara geopolitik Indonesia punya pengaruh besar di Asia Tenggara. Secara ekonomi pun pertumbuhan kita meningkat di tengah krisis global dan menjadi pasar cukup potensial bagi produk China.
Sejak Indonesia-China menandatangani kerja sama kemitraan strategis 2005 pertumbuhan kerja sama kedua pihak mencapai angka cukup signifikan. Nilai realisasi perdagangan kedua negara pada 2012 mencapai 66,22 miliar dolar AS, lipat empat dari tahun 2005. Hal ini menjadikan China sebagai mitra dagang kedua terbesar bagi Indonesia.
Pada semester awal tahun ini saja, nilai perdagangan China ke Indonesia mencatat angka 33,84 miliar dolar AS atau meningkat 4,6% pada periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai investasi China ke Indonesia pada kuartal I/2013 mencapai 60,2 juta dolar AS dari 99 proyek. Adapun nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China pada semester I/2013 mencapai 10,09 miliar dollar AS.
Kedatangan Jinping bertujuan menguatkan hubungan kedua negara sejak dibukanya hubungan diplomatik 63 tahun lalu, ke level yang lebih tinggi, dari kerja sama kemitraan strategis biasa menjadi kerja sama kemitraan strategis komprehensif. Editorial harian ini pun (SM, 4/10/13) mengulas rencana kerja sama berbagai bidang, terutama ekonomi, pertahanan, dan antariksa.
Indikasi misi itu tercermin dari penandatanganan perjanjian penting oleh beberapa kementerian dua negara itu, yang menyangkut persetujuan program pengembangan kerja sama ekonomi Indonesia-China 5 tahun ke depan, persetujuan tentang kawasan industri terintegrasi Indonesia-China.
Selain itu, nota kesepahaman tentang kerja sama pariwisata,
metereologi dan klimatologi, serta perjanjian tentang kerja sama eksplorasi dan
pemanfaatan luar angkasa untuk tujuan damai. Inilah tonggak sejarah baru
hubungan kedua negara dalam peningkatan hubungan bilateral.
Dalam wawancara dengan beberapa media dari Indonesia dan Malaysia, Jinping sangat berharap kerja sama dengan Indonesia berkembang, dari hubungan tradisional menjadi hubungan baru yang lebih strategis. Bila kita bandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia, nilai perdagangan Malaysia-China lipat dua lebih besar dari nilai perdangan Indonesia-China. Tahun ini Malaysia-China menargetkan nilai kerja sama perdagangan 100 miliar dolar AS.
China adalah mitra dagang utama Malaysia 4 tahun belakangan. Begitu pula sebaliknya Malaysia menjadi mitra dagang terbesar China di ASEAN serta menjadi negara ketiga di Asia setelah Jepang dan Korsel. Tahun 2012 kedua negara tersebut mencatat sejarah tertinggi capaian perdagangan yang menembus angka 94 miliar dolar AS.
Untuk meningkatkan perdagangan kedua pihak, China dan Malaysia membangun zona industri khusus di masing-masing negara, yakni China-Malaysia Qinzhou Industrial Park dan the Malaysia-China Kuantan Industrial Park. Dalam sektor pariwisata, tahun 2012 jumlah wisatawan China yang berkunjung ke Malaysia 1,54 juta orang, sedangkan wisatawan China yang ke Indonesia pada 2012 tercatat ìbaru’’ 726.088 orang.
Tantangan Indonesia
Pada sektor pendidikan, berdasar data Atase Pendidikan di KBRI Beijing jumlah pelajar dan mahasiswa China hingga Juli 2013 yang menempuh pendidikan di Indonesia 327 orang, sedangkan jumlah pelajar dan mahasiswa Indonesia di China 13.114 orang. Indonesia belum jadi negara tujuan bagi pelajar dan calon mahasiswa China. Untuk ASEAN negara tujuan utama pendidikan bagi calon pelajar dan mahasiswa China adalah Singapura 88.457 orang, Thailand 12.712 orang, dan Malaysia 8.965 orang.
Kerja sama yang sudah ditandatangani oleh Indonesia dan
China tidak akan berarti bila masih minim realisasi. Keinginan kuat China
menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis menjadi tantangan tersendiri
mengingat selama ini Indonesia masih terlihat condong berkiblat ke Barat.
Inilah yang menjadi salah satu hambatan hubungan kedua negara. Hmbatan lain yang banyak dikeluhkan pengambil kebijakan di China adalah keminiman realisasi dan tindak lanjut dari pihak Indonesia. Ditambah birokrasi di Indonesia masih menganut pola lama yang terlalu panjang dalam proses perizinan.
Bila pemerintah kita tanggap, ia harus cepat memainkan peran penting untuk menjadi mitra utama China sekaligus Barat secara strategis, saling menghormati, setara, dan tanpa mengesampingkan kepentingan nasional. Komitmen Indonesia ditunggu-tunggu untuk merealisasikan semua kerja sama demi menjadikan bangsa ini lebih baik dalam segala hal dan bersama membangun keseimbangan kekuatan global secara damai. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar