Kamis, 10 Januari 2013

Upaya Anas Menyandera SBY


Upaya Anas Menyandera SBY
Karyudi Sutajah Putera ;   Tenaga Ahli Anggota DPR
SUARA MERDEKA,  10 Januari 2013



"Anas sepertinya ingin meletakkan masa depan Demokrat di pundak SBY, bukan di pundaknya selaku ketua umum."

BUKAN Anas Urbaningrum bila tidak memperlihatkan sifat yang banyak orang bisa menyebutnya pengecut. Ketika mencuat dugaan M Nazaruddin melakukan korupsi terkait dengan pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI di Palembang, Anas bahkan berani menyuruh Bendahara Umum DPP Partai Demokrat itu untuk sementara waktu kabur ke luar negeri.

Tatkala ada tudingan ia menerima suap terkait dengan pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang Sentul Kabupaten Bogor Jabar, Anas juga sesumbar berani digantung di Monas, bila sangkaan itu terbukti. Bahkan ketika Ruhut Sitompul dianggapnya berulah, ia berani memecat Poltak ’’Si Raja Minyak’’ dari jabatannya di DPP Partai Demokrat.

Kini, Anas juga berani menyandera Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang tak lain Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Sebelum menonton film ’’Habibie-Ainun’’ di Rasuna Epicentrum XXI Kuningan Jakarta, pada Selasa (8/1), ketika dimintai komentar oleh wartawan perihal diloloskannya Partai Demokrat oleh KPU sebagai salah satu dari 10 partai politik peserta Pemilu 2014, mantan Ketua Umum PB HMI itu mengaku yakin partainya akan menjadi pemenang dalam Pemilu 2014.

Dia mendalihkan pada fakta rakyat pasti mengetahui keberhasilan pemerintahan Yudhoyono. ’’Kalau rakyat mengetahui prestasi SBY, saya yakin akan punya korelasi yang positif (Demokrat akan menang-Red),’’ kata Anas.

Kita dapat menafsirkan pernyataan Anas yang bersayap itu, atau dalam istilah Jawa menyebutnya sanepa, yakni, pertama: bila pemerintahan SBY berhasil, dan keberhasilan itu diketahui rakyat, Demokrat akan menang. Kedua; bila pemerintahan SBY berhasil, tapi keberhasilan itu tidak diketahui rakyat, Demokrat akan kalah. 

Ketiga; bila SBY tidak berprestasi maka Demokrat pun akan kalah. Artinya, kekalahan atau kemenangan partai politik tersebut pada Pemilu 2014 sangat bergantung pada citra SBY. Bila rakyat menganggap SBY berprestasi, atau bahkan SBY benar-benar berprestasi maka menurut Anas, Demokrat akan menang. Sebaliknya, bila prestasi SBY jeblok, partai itu pun akan kalah pada Pemilu 2014.

Atas realitas itu, kita bisa melihat Anas sepertinya ingin meletakkan masa depan Partai Demokrat hanya pada pundak SBY, bukan di pundaknya selaku ketua umum partai. Bagaimanapun, mendasarkan pada pernyataan itu, nasib Demokrat dalam Pemilu 2014 sepenuhnya menjadi tanggung jawab SBY. Dalam konteks itu, Anas bisa lepas tangan. Inilah cara dia menyandera SBY.

Perilaku Kader

Mengapa Anas mencoba menyandera SBY? Barangkali dia bisa lepas tangan dan tidak bisa disalahkan bila realitas suara Demokrat pada 2014 benar-benar jeblok. Meskipun secara lisan  berucap yakin akan menang, siapa tahu dalam benak Anas tersimpan kekhawatiran partai yang ia pimpin menderita kekalahan sebagaimana hasil survei yang dirilis berbagai lembaga survei. Tak satu pun dari lembaga-lembaga survei independen menyimpulkan bahwa parpol besutan SBY itu akan memenangi Pemilu 2014.

Anas barangkali dia juga sadar, bakal tergerusnya suara partai itu lantaran sejumlah kader Partai Demokrat terlibat korupsi, antara lain M Nazaruddin dan Angelina Sondakh. Bahkan, nama Anas pun selalu disangkutpautkan dengan kasus korupsi wisma atlet dan Hambalang. Namun bukan Anas namanya bila ia tidak membantah.

Mengapa kita katakan ia menyandera? Pasalnya, prestasi SBY hanyalah salah satu komponen bagi keterdongkrakan suara Partai Demokrat dalam pemilu. Komponen lain yang menjadi faktor pendongkrak suara adalah adalah perilaku kader parpol berlambang Mercy tersebut, terutama mereka yang duduk di legislatif, baik dengan perilaku korup maupun pongah.

Akhir September lalu, Sekretariat Kabinet Dipo Alam merilis data tentang peringkat korupsi yang dilakukan oleh parpol. Partai Demokrat disebutkan menempati urutan ketiga (11,36%) setelah Partai Golkar (36,36%), dan PDIP (18,18%). Bagaimana pula dengan kader utama Partai Demokrat, seperti Sutan Bhatoegana dan Ruhut Sitompul yang kerap mempertontonkan kepongahannya di depan publik?

Prestasi SBY tergolong lumayan, apalagi ia juga banyak mendapat penghargaan dari luar negeri. Tapi berbagai hasil survei memperlihatkan suara partai yang dibinanya, anjlok. Inilah bukti bahwa prestasi SBY hanya salah satu komponen, dan komponen yang lain, yang juga menjadi faktor penting, justru perilaku kader partai itu. Sayang, Anas seakan-akan mau menimpakan beban Partai Demokrat hanya pada pundak SBY.

Ia sepertinya juga ingin melecut SBY supaya berprestasi. Bila tidak, Partai Demokrat akan kalah, dan Anas benar-benar telah menyandera SBY. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar