Upaya Anas
Menyandera SBY
Karyudi Sutajah Putera ; Tenaga Ahli
Anggota DPR
|
SUARA
MERDEKA, 10 Januari 2013
"Anas sepertinya ingin meletakkan masa
depan Demokrat di pundak SBY, bukan di pundaknya selaku ketua umum."
BUKAN Anas Urbaningrum bila tidak memperlihatkan sifat yang banyak orang bisa menyebutnya pengecut. Ketika mencuat dugaan M Nazaruddin melakukan korupsi terkait dengan pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI di Palembang, Anas bahkan berani menyuruh Bendahara Umum DPP Partai Demokrat itu untuk sementara waktu kabur ke luar negeri.
Tatkala ada
tudingan ia menerima suap terkait dengan pembangunan Pusat Pendidikan,
Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang Sentul Kabupaten Bogor
Jabar, Anas juga sesumbar berani digantung di Monas, bila sangkaan itu
terbukti. Bahkan ketika Ruhut Sitompul dianggapnya berulah, ia berani memecat
Poltak ’’Si Raja Minyak’’ dari jabatannya di DPP Partai Demokrat.
Kini, Anas
juga berani menyandera Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang tak lain
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Sebelum menonton film ’’Habibie-Ainun’’
di Rasuna Epicentrum XXI Kuningan Jakarta, pada Selasa (8/1), ketika dimintai
komentar oleh wartawan perihal diloloskannya Partai Demokrat oleh KPU sebagai
salah satu dari 10 partai politik peserta Pemilu 2014, mantan Ketua Umum PB
HMI itu mengaku yakin partainya akan menjadi pemenang dalam Pemilu 2014.
Dia
mendalihkan pada fakta rakyat pasti mengetahui keberhasilan pemerintahan
Yudhoyono. ’’Kalau rakyat mengetahui prestasi SBY, saya yakin akan punya
korelasi yang positif (Demokrat akan menang-Red),’’ kata Anas.
Kita dapat
menafsirkan pernyataan Anas yang bersayap itu, atau dalam istilah Jawa
menyebutnya sanepa, yakni, pertama:
bila pemerintahan SBY berhasil, dan keberhasilan itu diketahui rakyat,
Demokrat akan menang. Kedua; bila pemerintahan SBY berhasil, tapi
keberhasilan itu tidak diketahui rakyat, Demokrat akan kalah.
Ketiga; bila
SBY tidak berprestasi maka Demokrat pun akan kalah. Artinya, kekalahan atau kemenangan
partai politik tersebut pada Pemilu 2014 sangat bergantung pada citra SBY.
Bila rakyat menganggap SBY berprestasi, atau bahkan SBY benar-benar
berprestasi maka menurut Anas, Demokrat akan menang. Sebaliknya, bila
prestasi SBY jeblok, partai itu pun akan kalah pada Pemilu 2014.
Atas realitas
itu, kita bisa melihat Anas sepertinya ingin meletakkan masa depan Partai
Demokrat hanya pada pundak SBY, bukan di pundaknya selaku ketua umum partai.
Bagaimanapun, mendasarkan pada pernyataan itu, nasib Demokrat dalam Pemilu
2014 sepenuhnya menjadi tanggung jawab SBY. Dalam konteks itu, Anas bisa
lepas tangan. Inilah cara dia menyandera SBY.
Perilaku
Kader
Mengapa Anas
mencoba menyandera SBY? Barangkali dia bisa lepas tangan dan tidak bisa
disalahkan bila realitas suara Demokrat pada 2014 benar-benar jeblok.
Meskipun secara lisan berucap yakin akan menang, siapa tahu dalam benak
Anas tersimpan kekhawatiran partai yang ia pimpin menderita kekalahan
sebagaimana hasil survei yang dirilis berbagai lembaga survei. Tak satu pun
dari lembaga-lembaga survei independen menyimpulkan bahwa parpol besutan SBY
itu akan memenangi Pemilu 2014.
Anas
barangkali dia juga sadar, bakal tergerusnya suara partai itu lantaran
sejumlah kader Partai Demokrat terlibat korupsi, antara lain M Nazaruddin dan
Angelina Sondakh. Bahkan, nama Anas pun selalu disangkutpautkan dengan kasus
korupsi wisma atlet dan Hambalang. Namun bukan Anas namanya bila ia tidak
membantah.
Mengapa kita
katakan ia menyandera? Pasalnya, prestasi SBY hanyalah salah satu komponen
bagi keterdongkrakan suara Partai Demokrat dalam pemilu. Komponen lain yang
menjadi faktor pendongkrak suara adalah adalah perilaku kader parpol
berlambang Mercy tersebut, terutama mereka yang duduk di legislatif, baik
dengan perilaku korup maupun pongah.
Akhir
September lalu, Sekretariat Kabinet Dipo Alam merilis data tentang peringkat
korupsi yang dilakukan oleh parpol. Partai Demokrat disebutkan menempati
urutan ketiga (11,36%) setelah Partai Golkar (36,36%), dan PDIP (18,18%).
Bagaimana pula dengan kader utama Partai Demokrat, seperti Sutan Bhatoegana
dan Ruhut Sitompul yang kerap mempertontonkan kepongahannya di depan publik?
Prestasi SBY
tergolong lumayan, apalagi ia juga banyak mendapat penghargaan dari luar
negeri. Tapi berbagai hasil survei memperlihatkan suara partai yang
dibinanya, anjlok. Inilah bukti bahwa prestasi SBY hanya salah satu komponen,
dan komponen yang lain, yang juga menjadi faktor penting, justru perilaku
kader partai itu. Sayang, Anas seakan-akan mau menimpakan beban Partai
Demokrat hanya pada pundak SBY.
Ia sepertinya
juga ingin melecut SBY supaya berprestasi. Bila tidak, Partai Demokrat akan
kalah, dan Anas benar-benar telah menyandera SBY. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar