Soal Calon
Pemimpin Artis
S Sudaryono ; Peneliti dan Penulis di Lembaga Studi Agama dan
Nasionalisme (LeSAN) IAIN Walisongo; Peraih Beasiswa Ungulan Monash Institute
|
SUARA
KARYA, 02 Januari 2013
Masa Pemerintahan KIB
II periode 2009-2014 akan segera berakhir, dan Indonesia segera memasuki
periode kepemimpinan baru yang diharapkan lebih baik. Bursa pencalonan
presiden pun telah ditabuh, sehingga beberapa kandidat pemimpin negeri ini
telah menampakkan wajah positifnya di publik.
Diantara kandidat yang
akan diajukan dalam bursa pemilihan presiden (pilpres) 2014, yang saat ini
menjadi buah bibir di masyarakat, baik di kalangan superior maupun inferior,
adalah H Rhoma Irama. Sosok yang dijuluki raja dangdut dan pangeran bergitar
ini kini banyak diperbincangkan terkait pernyataannya siap menjadi salah
seorang kandidat Capres 2014.
Calon pemimpin dari
kalangan artis bukan hanya H Rhoma Irama, tetapi sebelumnya sudah bermunculan
pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Di Jawa Barat misalnya, muncul
nama Dedi Mizwar, Dede Yusuf dan lainnya. Dengan begitu, pada periode kali
ini banyak dari kalangan selebritis yang ikut berperan dalam panggung
politik. Kali ini, seolah-olah menjadi periodenya para artis.
Disaat negara ini disibukkan
dengan berbagai masalah baik dari sektor politik, budaya, agama, dan moral
pemudanya, tiba-tiba muncul sosok calon pemimpin yang berasal dari kalangan
artis, sekilas menjadi berita yang agaknya lucu untuk didengar. Pasalnya,
pemimpin dari kalangan politisi atau TNI seperti Susilo Bambang Yudoyono pun
tidak sanggup menjalankan tugas dengan baik.
Banyak yang memandang
bahwa pemimpin yang memiliki kredibilitas dan pengalaman di bidangnya pun
masih tampak kerepotan dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, apalagi
berasal dari dunia hiburan yang sekilas bisa disimpulkan kurang begitu
mengerti akan dunia politik dan ketatanegaraan. Oleh karena Bang Haji berasal
dari kalangan artislah yang menyebabkannya menjadi perbincangan, khususnya
dari kalangan politisi.
Namun, jika menelisik
lebih lanjut, pernyataan kontroversial tersebut keluar bukan semata-mata
kemauan dari sang raja dangdut, melainkan berdasarkan dukungan dari kalangan
ulama serta melihat keadaan negara ini yang kian jauh dari nilai-nilai
pancasila. Dengan desakan dan alasan itulah terbersit dalam benak sang
pangeran bergitar tersebut untuk menyatakan bahwa dirinya siap menjadi calon
presiden pada pilpres 2014 mendatang.
Pro dan kontra pun
berlanjut seiring dengan pernyataan tersebut. Di satu sisi Bang Haji dianggap
sangat populer dan akrab di masyarakat, namun di sisi lain ada yang
beranggapan bahwa kepopuleran saja tidak cukup untuk menjadi orang nomor satu
di negeri ini. Tidak sedikit dari kalangan politisi yang hanya tertawa ketika
mendengar pernyataan Bang Haji tersebut. Namun, tidak sedikit juga yang
menanggapi pernyataan tersebut dengan positif, bahkan mendukung pencalonannya
dalam pemilihan presiden 2014.
Dengan adanya calon
pemimpin dari kalangan artis, seharusnya tidak usah terlalu dipermasalahkan,
toh baru calon. Indoneia dengan berbagai permasalahan di dalamnya sangat
membutuhkan sosok pemimpin yang mampu memberi kedamaian dan kesejahteraan
bagi rakyatnya. Tentunya dengan kepemimpinan yang elegan, jujur, adil, seta
tulus ikhlas dalam mengemban amanah untuk mencapai kesejahteraan. Ini,
memerlukan reformasi dan revolusi pemikiran.
Reformasi diartikan
memperbaiki setiap lini sistem pemerintahan secara terus menerus dimulai dari
hal yang terkecil dan mendasar. Langkah ini sangat cocok melihat realita
perpolitikan sekarang yang banyak dibumbui dengan praktek kotor di birokrasi
dan pemerintahan. Praktik-praktik kotor itu tidak hanya dari kalangan
birokrat saja namun menyeluruh dikalangan pemerintahan daerah bahkan
masyarakat, sehingga seolah sudah menjadi bagian hidup tak terhindarkan.
Sedangkan revolusi
diartikan tindakan perbaikan dan perubahan secara menyeluruh dalam tata
kehidupan berbangsa. Sederhananya, revolusi yaitu merubah seluruh sistem
serta perangkat kerjanya dengan sistem yang baru sehingga tidak serupa dengan
sistem sebelumnya.
Dalam kaitan itu,
Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang tegas, cerdas dan bijaksana dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi. Di dalam Islam sendiri
telah diperintahkan bahwasanya setiap urusan haruslah diserahkan kepada
ahlinya. Karena itu, latar belakang seorang calon pemimpin tidak perlu begitu
dipermasalahkan. Tidak menutup kemungkinan bahwa seorang yang berasal dari
kalangan artis mampu memimpin sebuah negara, dan tidak menutup kemungkinan
pula jika seorang politisi justru kurang piawai dalam menjalankan sistem
kepemimpinan.
Soalnya, bicara
pemimpin tidak lepas dari sebuah karakter yang dimiliki pemimpin itu sendiri
di dalam memimpin. Untuk itu, siapapun dan berasal dari kalangan manapun
asalkan masih berpegang dengan lima asas negara dan menjunjung tinggi
nilai-nilai pancasila, kenapa tidak. Terlepas dari artis atau tidak calon
pemimpin. yang terpenting adalah memiliki karakter kepemimpinan yang tegas,
cerdas, bijaksana, serta sungguh-sungguh dan tulus dalam memperjuangkan
kesejahteraan rakyat. Karena bisa disaksikan, berapa banyak dari kalangan
politisi yang faham dengan aturan berpolitik namun justru tidak beres
melaksanakan pemerntahan.
Oleh karena banyaknya
pemimpin yang tidak tulus memperjuangkan rakyat, masyarakat seharusnya lebih
berhati-hati terhadap calon pemimpin yang akan datang. Karena banyak dari
kandidat pemimpin sekarang yang hanya pandai beretorika, banyak janji namun
sulit merealisasikan janjinya. Wallahu
a'lam bi al-shawab. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar