Rabu, 02 Januari 2013

Soal Calon Pemimpin Artis


Soal Calon Pemimpin Artis
S Sudaryono ; Peneliti dan Penulis di Lembaga Studi Agama dan Nasionalisme (LeSAN) IAIN Walisongo; Peraih Beasiswa Ungulan Monash Institute
SUARA KARYA,  02 Januari 2013
  

Masa Pemerintahan KIB II periode 2009-2014 akan segera berakhir, dan Indonesia segera memasuki periode kepemimpinan baru yang diharapkan lebih baik. Bursa pencalonan presiden pun telah ditabuh, sehingga beberapa kandidat pemimpin negeri ini telah menampakkan wajah positifnya di publik.
Diantara kandidat yang akan diajukan dalam bursa pemilihan presiden (pilpres) 2014, yang saat ini menjadi buah bibir di masyarakat, baik di kalangan superior maupun inferior, adalah H Rhoma Irama. Sosok yang dijuluki raja dangdut dan pangeran bergitar ini kini banyak diperbincangkan terkait pernyataannya siap menjadi salah seorang kandidat Capres 2014.
Calon pemimpin dari kalangan artis bukan hanya H Rhoma Irama, tetapi sebelumnya sudah bermunculan pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Di Jawa Barat misalnya, muncul nama Dedi Mizwar, Dede Yusuf dan lainnya. Dengan begitu, pada periode kali ini banyak dari kalangan selebritis yang ikut berperan dalam panggung politik. Kali ini, seolah-olah menjadi periodenya para artis.
Disaat negara ini disibukkan dengan berbagai masalah baik dari sektor politik, budaya, agama, dan moral pemudanya, tiba-tiba muncul sosok calon pemimpin yang berasal dari kalangan artis, sekilas menjadi berita yang agaknya lucu untuk didengar. Pasalnya, pemimpin dari kalangan politisi atau TNI seperti Susilo Bambang Yudoyono pun tidak sanggup menjalankan tugas dengan baik.
Banyak yang memandang bahwa pemimpin yang memiliki kredibilitas dan pengalaman di bidangnya pun masih tampak kerepotan dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, apalagi berasal dari dunia hiburan yang sekilas bisa disimpulkan kurang begitu mengerti akan dunia politik dan ketatanegaraan. Oleh karena Bang Haji berasal dari kalangan artislah yang menyebabkannya menjadi perbincangan, khususnya dari kalangan politisi.
Namun, jika menelisik lebih lanjut, pernyataan kontroversial tersebut keluar bukan semata-mata kemauan dari sang raja dangdut, melainkan berdasarkan dukungan dari kalangan ulama serta melihat keadaan negara ini yang kian jauh dari nilai-nilai pancasila. Dengan desakan dan alasan itulah terbersit dalam benak sang pangeran bergitar tersebut untuk menyatakan bahwa dirinya siap menjadi calon presiden pada pilpres 2014 mendatang.
Pro dan kontra pun berlanjut seiring dengan pernyataan tersebut. Di satu sisi Bang Haji dianggap sangat populer dan akrab di masyarakat, namun di sisi lain ada yang beranggapan bahwa kepopuleran saja tidak cukup untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini. Tidak sedikit dari kalangan politisi yang hanya tertawa ketika mendengar pernyataan Bang Haji tersebut. Namun, tidak sedikit juga yang menanggapi pernyataan tersebut dengan positif, bahkan mendukung pencalonannya dalam pemilihan presiden 2014.
Dengan adanya calon pemimpin dari kalangan artis, seharusnya tidak usah terlalu dipermasalahkan, toh baru calon. Indoneia dengan berbagai permasalahan di dalamnya sangat membutuhkan sosok pemimpin yang mampu memberi kedamaian dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Tentunya dengan kepemimpinan yang elegan, jujur, adil, seta tulus ikhlas dalam mengemban amanah untuk mencapai kesejahteraan. Ini, memerlukan reformasi dan revolusi pemikiran.
Reformasi diartikan memperbaiki setiap lini sistem pemerintahan secara terus menerus dimulai dari hal yang terkecil dan mendasar. Langkah ini sangat cocok melihat realita perpolitikan sekarang yang banyak dibumbui dengan praktek kotor di birokrasi dan pemerintahan. Praktik-praktik kotor itu tidak hanya dari kalangan birokrat saja namun menyeluruh dikalangan pemerintahan daerah bahkan masyarakat, sehingga seolah sudah menjadi bagian hidup tak terhindarkan.
Sedangkan revolusi diartikan tindakan perbaikan dan perubahan secara menyeluruh dalam tata kehidupan berbangsa. Sederhananya, revolusi yaitu merubah seluruh sistem serta perangkat kerjanya dengan sistem yang baru sehingga tidak serupa dengan sistem sebelumnya.
Dalam kaitan itu, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang tegas, cerdas dan bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi. Di dalam Islam sendiri telah diperintahkan bahwasanya setiap urusan haruslah diserahkan kepada ahlinya. Karena itu, latar belakang seorang calon pemimpin tidak perlu begitu dipermasalahkan. Tidak menutup kemungkinan bahwa seorang yang berasal dari kalangan artis mampu memimpin sebuah negara, dan tidak menutup kemungkinan pula jika seorang politisi justru kurang piawai dalam menjalankan sistem kepemimpinan.
Soalnya, bicara pemimpin tidak lepas dari sebuah karakter yang dimiliki pemimpin itu sendiri di dalam memimpin. Untuk itu, siapapun dan berasal dari kalangan manapun asalkan masih berpegang dengan lima asas negara dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila, kenapa tidak. Terlepas dari artis atau tidak calon pemimpin. yang terpenting adalah memiliki karakter kepemimpinan yang tegas, cerdas, bijaksana, serta sungguh-sungguh dan tulus dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Karena bisa disaksikan, berapa banyak dari kalangan politisi yang faham dengan aturan berpolitik namun justru tidak beres melaksanakan pemerntahan.
Oleh karena banyaknya pemimpin yang tidak tulus memperjuangkan rakyat, masyarakat seharusnya lebih berhati-hati terhadap calon pemimpin yang akan datang. Karena banyak dari kandidat pemimpin sekarang yang hanya pandai beretorika, banyak janji namun sulit merealisasikan janjinya. Wallahu a'lam bi al-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar