Rabu, 16 Januari 2013

Slogan Politik Capres


Slogan Politik Capres
Raymond Kaya ;  Mahasiswa Program MasterKomunikasi
Universitas Mercubuana Jakarta
SUARA KARYA, 15 Januari 2013


Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 10 partai politik (parpol) peserta Pemilu 2014. Sembilan parpol, adalah "muka lama" atau penghuni DPR dan satu lainnya adalah Partai Nasdem sebagai pendatang baru. Sementara 24 partai lainnya termasuk PBB yang menduduki peringkat 10 di Pemilu 2009, tersingkir.
Dengan hanya 10 parpol ini yang berhak maju di Pemilu 2014, diperkirakan hanya akan ada maksimal empat kandidat presiden - wakil presiden. Terlebih, jika batas minimal parpol di parlemen yang bisa mengusung calon presiden (presidential threshold) pada Pemilu 2014, seperti sebelumnya, yaitu 20 persen perolehan kursi parlemen, atau 25 persen suara nasional.
Jika ini dipertahankan maka diperkirakan hanya akan ada koalisi dari Partai Golkar, PDIP, Demokrat dan Gerindra. Dari keempat kemungkinan koalisi ini, baru Golkar yang secara jelas mencalonkan Abu Rizal Bakrie sebagai calon presiden. Seharusnya nama-nama calon presiden itu memang sudah muncul di tahun 2013. Ada keuntungan jika sejak awal pencalonan presiden itu diumumkan, yaitu segala tindakan, perilaku, ucapan dan lainnya bisa mendapatkan perhatian publik secara lebih. Apalagi, para kandidat presiden tentu akan memperkenalkan diri lewat sebuah komunikasi politik, entah berupa kata, frasa ataupun kalimat yang mudah diingat para pemilih. Yang jelas, slogan para kandidat presiden tersebut idealnya be first, be different dan be unique.
Sekadar mengingatkan, pada 31 Desember 2012, stasiun televisi ABC di AS membuat sebuah laporan unik dengan memperhatikan secara seksama frasa yang paling sering diungkapkan Presiden Barrack Obama. Frasa itu adalah Let me be clear ('Mari saya jelaskan sejelas-jelasnya'). Frasa itu sendiri sudah diucapkan oleh Obama, empat tahun terakhir, tak lama setelah menjadi Presiden AS pertama kali pada 2008.
Saat kampanye pemilihan presiden periode pertama di AS pada 2007, Obama menggunakan kata kunci change (perubahan). Kata itu kemudian menjadi sebuah slogan dalam bentuk frasa Change, We Can Believe In dan kemudian mengubahnya saat menjelang pemilihan presiden tahun 2008, menjadi Change, We Need.
Bahkan saat itu, setiap kali Obama mengucapkan kata change, maka serentak pendukungnya akan meneriakkan yes we can. Setelah change, kemudian Obama memainkan beberapa frasa unik, seperti, Make no mistake. Change isn't easy, It won't happen overnight dan There will be setbacks and false starts. Jika makna kalimat itu sendiri tidak jelas, maka bisa menimbulkan berbagai perkiraan. Lantas, Obama sebetulnya ingin berkata, "Biar saya jelaskan, sejelas-jelasnya!"
Tetapi, apakah kemudian AS sebagai negara yang dipimpinnya mampu melaksanakan kebijakan seperti yang 'dijelaskan sejelas-jelasnya' oleh Obama itu?
Obama pun saat menerima hadiah nobel perdamaian sempat berucap, Let me be clear. "Saya tidak melihatnya sebagai pengakuan prestasi saya sendiri, melainkan sebagai penegasan kepemimpinan Amerika atas nama aspirasi orang-orang di semua bangsa."
Sementara Obama juga menggunakan frasa yang sama, atau variasi dari itu, untuk menerapkan strategi khusus di Irak dan Afghanistan. Kemudian, terkait strategi hubungan AS-China, bipartisanship, upaya untuk bergabung dengan Uni Eropa hingga masalah seperti pembahasan dislegislatif mengenai hewan peliharaan.
Penggunaan frasa seperti ini disebut juru bicara Gedung Putih Josh Earnest sebagai gaya Obama yang khas. Penggunaan frasa secara teoritis bisa dilihat melalui kajian semiotis atau tanda-tanda yang disampaikan sebagai suatu informasi secara komunikatif.
Menurut kajian Ronald Barthes, dalam konteks order of siginification, mencakup denotasi atau konotasi makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal. Makna denotatif "Let me be clear" bisa diartikan sebagai sebuah keraguan Obama dalam menyikapi sebuah masalah. Bahkan, sebuah frasa sendiri tidak memiliki kata predikat sehingga arti kata itu bisa jadi menjadi tidak jelas. Oleh karena itulah Obama mengungkapkan, "Biar aku jelaskan agar menjadi jelas."
Kembali ke Pemilu 2014 nanti, calon-calon presiden kemungkinan sudah mulai memikirkan kata, frasa ataupun kalimat yang mudah diingat oleh para pemilih. Dulu, mantan Presiden Abdurahman Wahid memiliki ungkapan, "Begitu aja kok repot!". Meski tidak tahu persis apa makna kalimat itu tapi jika frasa ini sudah terucap maka segala permasalahan seharusnya mudah diatasi. Artinya, bisa saja dianggap tidak penting-penting amat untuk dibahas atau jangan-jangan memang masalah itu berat dan sukar dipecahkan.
Pada era Presiden Soeharto, unsur penanda tadi memang bukan sekedar kalimat tapi sering diucapkan dengan senyuman. Tak heran, jika Alm Pak Harto dikenal sebagai a smiling general (Jenderal yang suka tersenyum). Satu pernyataan yang masih diingat ketika beliau mengatakan, 'Saya gebuk!' sambil tersenyum menyikapi potensi kerusuhan di Tanah Air.
Tahun 2009, usaha untuk membangun sebuah simbol pernah dilakukan oleh Rizal Mallarangeng me-lalui icon RM 09, yang sangat eye catch karena meminjam istilah CR 7 yang lebih dulu ada untuk julukan pesepakbola terkenal Portugal, Christiano Ronaldo. Hal lain yang masih diingat dari 2009 adalah semboyan Pak JK, "Lebih cepat, lebih baik," sebagai mudah diingat dan memiliki makna multitafsir.
Memang, perlu dipadukan antara semboyan dari kata, frasa atau kalimat tadi dengan icon gambar yang juga mudah diingat agar para pemilih dan bagi para simpatisan, icon gambar akan lebih mudah diproduksi dan tidak menunggu bantuan dari pusat. Namun, yang terpenting, kata, frasa, kalimat atau simbol dan gambar yang digunakan dalam Pemilu 2014 sebaiknya bukan sekedar janji kampanye. Tetapi, benar-benar harus dijalankan saat mereka menjadi pemimpin bangsa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar