Slogan Politik
Capres
Raymond Kaya ; Mahasiswa Program MasterKomunikasi
Universitas Mercubuana
Jakarta
|
SUARA
KARYA, 15 Januari 2013
Komisi
Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 10 partai politik (parpol) peserta
Pemilu 2014. Sembilan parpol, adalah "muka lama" atau penghuni DPR
dan satu lainnya adalah Partai Nasdem sebagai pendatang baru. Sementara 24
partai lainnya termasuk PBB yang menduduki peringkat 10 di Pemilu 2009,
tersingkir.
Dengan
hanya 10 parpol ini yang berhak maju di Pemilu 2014, diperkirakan hanya akan
ada maksimal empat kandidat presiden - wakil presiden. Terlebih, jika batas
minimal parpol di parlemen yang bisa mengusung calon presiden (presidential
threshold) pada Pemilu 2014, seperti sebelumnya, yaitu 20 persen perolehan
kursi parlemen, atau 25 persen suara nasional.
Jika
ini dipertahankan maka diperkirakan hanya akan ada koalisi dari Partai
Golkar, PDIP, Demokrat dan Gerindra. Dari keempat kemungkinan koalisi ini,
baru Golkar yang secara jelas mencalonkan Abu Rizal Bakrie sebagai calon
presiden. Seharusnya nama-nama calon presiden itu memang sudah muncul di
tahun 2013. Ada keuntungan jika sejak awal pencalonan presiden itu diumumkan,
yaitu segala tindakan, perilaku, ucapan dan lainnya bisa mendapatkan
perhatian publik secara lebih. Apalagi, para kandidat presiden tentu akan
memperkenalkan diri lewat sebuah komunikasi politik, entah berupa kata, frasa
ataupun kalimat yang mudah diingat para pemilih. Yang jelas, slogan para
kandidat presiden tersebut idealnya be
first, be different dan be unique.
Sekadar
mengingatkan, pada 31 Desember 2012, stasiun televisi ABC di AS membuat
sebuah laporan unik dengan memperhatikan secara seksama frasa yang paling
sering diungkapkan Presiden Barrack Obama. Frasa itu adalah Let me be clear
('Mari saya jelaskan sejelas-jelasnya'). Frasa itu sendiri sudah diucapkan
oleh Obama, empat tahun terakhir, tak lama setelah menjadi Presiden AS
pertama kali pada 2008.
Saat
kampanye pemilihan presiden periode pertama di AS pada 2007, Obama
menggunakan kata kunci change (perubahan). Kata itu kemudian menjadi sebuah
slogan dalam bentuk frasa Change, We
Can Believe In dan kemudian mengubahnya saat menjelang pemilihan presiden
tahun 2008, menjadi Change, We Need.
Bahkan
saat itu, setiap kali Obama mengucapkan kata change, maka serentak pendukungnya akan meneriakkan yes we can. Setelah change, kemudian
Obama memainkan beberapa frasa unik, seperti, Make no mistake. Change isn't easy, It won't happen overnight dan
There will be setbacks and false starts.
Jika makna kalimat itu sendiri tidak jelas, maka bisa menimbulkan berbagai
perkiraan. Lantas, Obama sebetulnya ingin berkata, "Biar saya jelaskan, sejelas-jelasnya!"
Tetapi,
apakah kemudian AS sebagai negara yang dipimpinnya mampu melaksanakan
kebijakan seperti yang 'dijelaskan sejelas-jelasnya' oleh Obama itu?
Obama
pun saat menerima hadiah nobel perdamaian sempat berucap, Let me be clear. "Saya tidak melihatnya sebagai pengakuan prestasi saya sendiri,
melainkan sebagai penegasan kepemimpinan Amerika atas nama aspirasi
orang-orang di semua bangsa."
Sementara
Obama juga menggunakan frasa yang sama, atau variasi dari itu, untuk
menerapkan strategi khusus di Irak dan Afghanistan. Kemudian, terkait
strategi hubungan AS-China, bipartisanship, upaya untuk bergabung dengan Uni
Eropa hingga masalah seperti pembahasan dislegislatif mengenai hewan
peliharaan.
Penggunaan
frasa seperti ini disebut juru bicara Gedung Putih Josh Earnest sebagai gaya
Obama yang khas. Penggunaan frasa secara teoritis bisa dilihat melalui kajian
semiotis atau tanda-tanda yang disampaikan sebagai suatu informasi secara
komunikatif.
Menurut
kajian Ronald Barthes, dalam konteks order
of siginification, mencakup denotasi atau konotasi makna ganda yang lahir
dari pengalaman kultural dan personal. Makna denotatif "Let me be clear" bisa diartikan sebagai sebuah
keraguan Obama dalam menyikapi sebuah masalah. Bahkan, sebuah frasa sendiri
tidak memiliki kata predikat sehingga arti kata itu bisa jadi menjadi tidak
jelas. Oleh karena itulah Obama mengungkapkan, "Biar aku jelaskan agar
menjadi jelas."
Kembali
ke Pemilu 2014 nanti, calon-calon presiden kemungkinan sudah mulai memikirkan
kata, frasa ataupun kalimat yang mudah diingat oleh para pemilih. Dulu,
mantan Presiden Abdurahman Wahid memiliki ungkapan, "Begitu aja kok
repot!". Meski tidak tahu persis apa makna kalimat itu tapi jika frasa
ini sudah terucap maka segala permasalahan seharusnya mudah diatasi. Artinya,
bisa saja dianggap tidak penting-penting amat untuk dibahas atau
jangan-jangan memang masalah itu berat dan sukar dipecahkan.
Pada
era Presiden Soeharto, unsur penanda tadi memang bukan sekedar kalimat tapi
sering diucapkan dengan senyuman. Tak heran, jika Alm Pak Harto dikenal
sebagai a smiling general (Jenderal
yang suka tersenyum). Satu pernyataan yang masih diingat ketika beliau
mengatakan, 'Saya gebuk!' sambil tersenyum menyikapi potensi kerusuhan di
Tanah Air.
Tahun
2009, usaha untuk membangun sebuah simbol pernah dilakukan oleh Rizal
Mallarangeng me-lalui icon RM 09, yang sangat eye catch karena meminjam
istilah CR 7 yang lebih dulu ada untuk julukan pesepakbola terkenal Portugal,
Christiano Ronaldo. Hal lain yang masih diingat dari 2009 adalah semboyan Pak
JK, "Lebih cepat, lebih baik," sebagai mudah diingat dan memiliki
makna multitafsir.
Memang, perlu
dipadukan antara semboyan dari kata, frasa atau kalimat tadi dengan icon
gambar yang juga mudah diingat agar para pemilih dan bagi para simpatisan,
icon gambar akan lebih mudah diproduksi dan tidak menunggu bantuan dari
pusat. Namun, yang terpenting, kata, frasa, kalimat atau simbol dan gambar
yang digunakan dalam Pemilu 2014 sebaiknya bukan sekedar janji kampanye.
Tetapi, benar-benar harus dijalankan saat mereka menjadi pemimpin bangsa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar