Sabtu, 12 Januari 2013

Ruwatan dan Musibah


Ruwatan dan Musibah
M Nurul Irfan ;  Dosen Pendidikan Agama Islam di Universitas Pamulang
REPUBLIKA, 11 Januari 2013



Sebelum mengendarai mobil listrik Tucuxi yang akhirnya menabrak tebing pembatas di Magetan, Jawa Timur, Menteri BUMN Dahlan Iskan sempat melakukan ruwatan, yaitu upacara membebaskan orang dari nasib buruk yang akan menimpa. Dalam upacara ruwatan ini, mobil berwarna merah yang tampak sangat mewah itu dicuci dengan air dari empat penjuru mata angin, dipimpin oleh dalang terkenal Ki Manteb Sudarsono.

Dahlan Iskan dinyatakan selamat dalam musibah tu. Kejadian ini mengundang berbagai pertanyaan di benak banyak orang tak terkecuali ketua MUI KH Ma'ruf Amin, yang menegaskan, menurut ajaran Islam tidak ada anjuran melaksanakan ruwatan. Yang ada adalah syukuran.

Sebagai tokoh yang juga Muslim dan disebut-sebut akan nyapres di 2014, Dahlan Iskan semestinya memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas warganya beragama Islam. Ironis memang, mobil yang telah diruwat justru ringsek. 

Dilihat dari sisi ini, ruwatan yang dipimpin dalang kondang itu memang berhasil, yakni Dahlan Iskan selamat dari maut. Namun, dilihat dari sisi mobil yang ringsek akibat menabrak tebing pembatas berarti ruwatan itu tidak ber hasil. Padahal, yang dimandikan dengan air keramat dari empat penjuru mata angin itu bukan bapak menteri, melainkan mobil yang dikendarainya. Dari kasus ini, sangat boleh jadi bukan ruwatannya yang terpenting, melainkan doa selamatan yang justru penting dan ternyata dikabulkan Tuhan.
Sebab, selain ruwatan, Menteri BUMN kemungkinan besar sempat membaca doa selamat atau setidak-tidaknya membaca bismillah sebelum kendaraannya melaju. Oleh sebab itu, akan sangat baik seandainya apa yang dilakukan secara resmi dan diekspose oleh media bukan upacara ruwatannya, melainkan upacara tasyakuran dan doa selamatannya. 

Sedangkan tradisi ruwatan, jika sekiranya memang masih merasa belum percaya diri dengan upacara selamatan dan doa selamat itu, silakan tetap dilakukan, tetapi sebaiknya tanpa harus diekspose dan diliput media dan diketahui banyak orang. Tujuannya agar masyarakat, khususnya masyarakat Muslim, tidak mudah melakukan hal-hal yang bisa membawa pada sesuatu yang kurang maslahat.

Masyarakat Jawa tertentu memang masih sering melakukan tradisi dan upacara-upacara adat yang terkadang dikemas dan disesuaikan dengan konsep doa dalam ajaran Islam. Seperti dalam adat siraman menjelang upacara akad nikah, upacara mitoni atau tujuh bulanan kemamilan, upacara tedak siten, yakni peristiwa pertama anak bayi menginjakkan kakinya di tanah dan lain-lain, termasuk upacara ruwatan. 

Ruwatan memang identik dengan upacara menolak bala. Biasanya jika ada anak perempuan tunggal dalam satu keluarga, juga dilakukan ruwatan.
Konon, tujuan mendasarnya agar sang anak tunggal itu terhindar dari berbagai malapetaka, terutama gangguan roh jahat yang berasal dari raksasa jahat bernama Betara Kala yang suka mengganggu anak semata wayang.

Tentu saja, ruwatan juga dilakukan dalam berbagai kasus lain yang, barang kali, pada zaman modern dan canggih ini juga dilakukan dalam rangka menguji mobil mewah Tucuxi yang ternyata justru mengalami musibah. Oleh sebab itu, uji emisi dan tes kelayakan mesin secara cermat dan teliti tampaknya akan jauh lebih penting untuk didahulukan daripada sekadar ruwatan. 

Jika Ketua MUI menyebut bahwa ruwatan tidak ada dalam ajaran Islam, yang ada adalah syukuran, sangat perlu ditambahkan bahwa selain syukuran juga perlu mengadakan selamatan untuk berdoa bersama. Jika perlu dengan cara membaca doa tolak bala, sebagaimana yang dibaca oleh sebagian masyarakat Muslim Indonesia dalam doa qunut Shalat Subuh. 

Baik doa selamat, tasyakuran, maupun ruwatan semuanya merupakan upaya dan ikhtiar batin yang tidak secara langsung terkait teknis. Sedangkan uji emisi, tes kelayakan turn up rutin, dan sebagainya adalah sebuah upaya lahir yang sangat penting untuk diperhatikan. 

Doa sebagai upaya batin bisa tidak bermakna jika tidak dibarengi dengan ikhtiar lahir berupa tindakan konkret, lebih-lebih jika berkaitan dengan hal-hal teknis. Sebaliknya, usaha konkret sebagai upaya lahir bisa jadi tidak akan menjadi mantap kalau tidak dilengkapi dengan doa. Di sisi lain, ada seseorang yang telah berusaha dan bersusah payah, bahkan ia selalu berdoa agar tercapai apa yang diinginkannya, tetapi ternyata fakta berbicara lain. Di sinilah seseorang harus percaya dengan konsep takdir Tuhan. Ada seseorang yang sudah sangat hati-hati dalam mengendarai mobil di jalan tol dan berada di jalur lambat, tetapi dari arah belakang ternyata ditabrak oleh mobil lain dengan kecepatan tinggi.

Ruwatan dan musibah adalah dua hal yang tidak selalu berseberangan, tetapi bisa saja barada dalam sisi yang sejajar. Tidak selamanya seseorang yang telah melakukan ruwatan dijamin akan selamat dari bala dan kecelakaan dan sebaliknya belum tentu orang yang tidak melaksanakan ruwatan pasti akan celaka dan mengalami musibah. 

Di balik musibah pasti ada hikmah! Sangat baik untuk direnungi teks suci dalam QS 4: 79 bahwa kebaikan apa saja yang kamu peroleh berasal dari Allah dan bencana yang menimpamu berasal dari dirimu sendiri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar