Pembangunan
Kesra
Rahmat Hidayat ; Ph D Ekonomi Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM),
Bekerja di Kemenpera
|
REPUBLIKA,
02 Januari 2013
Pemerintah telah melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Harus diakui telah banyak kemajuan yang
dicapai, antara lain, pendapatan per kapita Indonesia mencapai 3.452 dolar AS
per tahun, menempatkan Indonesia masuk kelompok negara berpenghasilan
menengah. PDB Indonesia berada di level 15 dunia, menempatkan Indonesia dalam
jajaran G-20.
Penduduk miskin secara
bertahap berkurang. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia
pada Maret 2012 berjumlah 29,13 juta orang (11,96 persen) atau berkurang 890
ribu orang dibandingkan bulan yang sama pada 2011 (30,02 juta orang/12,49 persen).
Angka partisipasi sekolah (APS) di semua jenjang umur sekolah dan jenis
kelamin meningkat. Demikian pula, angka kematian bayi (AKB) dan angka
kematian ibu melahirkan (AKI) menurun.
Tantangan
Harus diakui, masih
banyak kekurangan yang sekaligus menjadi tantangan pembangunan. Dalam 20
tahun mendatang, Indonesia menghadapi tekanan jumlah penduduk yang makin
besar, diperkirakan mencapai sekitar 274 juta orang pada 2025. Jumlah
penduduk yang besar, di samping menjadi tantangan, sekaligus menjadi
peluang.
Harus disadari, SDM
mempunyai posisi sentral dalam pembangunan Indonesia. Ia merupakan subjek
sekaligus objek pembangunan. Presiden SBY dalam ceramahnya pada acara KEN 13
November 2012 menegaskan, masa depan Indonesia ada pada human capital.
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan SDM adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada 2011, UNDP me-ranking IPM di 187 negara di dunia. Hasilnya, IPM Indonesia berada di rangking ke-124 dari 187 negara, di bawah Singapura (26), Malaysia (61), Thailand (103), dan Philipina (112).
Ada tiga indikator
penting dalam pengukuran IPM. Kemajuan atau keberhasilan dalam tiga indikator
tersebut berpengaruh langsung pada perbaikan IPM, yaitu tingkat pendidikan,
kesehatan, dan kesejahteraan.
Pertama, bidang
pendidikan. Tantangan yang dihadapi, antara lain, masih tingginya tingkat
kesenjangan kualitas dan pemerataan pendidikan antarkelompok masyarakat.
Berdasarkan data UN- ESCO (2011), indeks pembangunan pendidikan atau
education development in- dex (EDI) Indonesia pada 2008 adalah 0,934,
menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan
tinggi jika mencapai 0,95-1, me dium jika di atas 0,80, dan rendah jika di
bawah 0,80.
Kedua, bidang
kesehatan. Tantangan yang dihadapi, antara lain, masih tingginya tingkat
kesenjangan status kesehatan masyarakat dan akses mereka terhadap pelayanan
dan fasilitas kesehatan.
Ketiga, masalah kesejahteraan.
Tantangan yang dihadapi, antara lain, masih tingginya angka kemiskinan di
Indonesia (per Maret 2012 berjumlah 29,13 juta orang atau 11,96 persen dari
total penduduk Indonesia) dan angka pengangguran juga tinggi.
Arah ke Depan
Arah pembangunan
bidang kesra yang pertama adalah meningkatkan kualitas dan pemerataan
pendidikan di Indonesia. Kualitas SDM, seperti apa yang diharapkan atau akan
dibangun? Tentu kualitas yang paripurna, yaitu seimbang antara dimensi
intelektualitas, dimensi emosi, dan dimensi spiritual.
Untuk mencetak SDM
yang berkualitas, pendidikan berperan penting dan menentukan. Oleh karena
itu, bagaimana kita meningkatkan kualitas pendidikan di semua jenjang usia
sekolah sampai pendidikan tinggi serta bagaimana semua anak usia sekolah dari
seluruh kelompok masyarakat (kaya dan miskin)
di seluruh wilayah Indonesia (perkotaan, perdesaan, dan perbatasan) dapat menikmati pendidikan yang berkualitas.
Untuk mencapai itu,
pemerintah telah menyediakan anggaran yang besar, yaitu 20 persen dari APBN,
bahkan beberapa pemerintah daerah menganggarkannya lebih dari 20 persen.
Ternyata, anggaran yang besar saja tidak cukup. Yang lebih penting, bagaimana
anggaran tersebut dikelola secara profesional dan amanah serta dibelanjakan
secara baik, benar, efisien dan tepat sasaran.
Kedua, perbaikan
tingkat pelayanan dan akses terhadap fasilitas kesehatan.
Kesehatan merupakan salah satu sektor penting dan strategis. Kita akan bisa belajar, bekerja, bahkan beribadah dengan baik kalau kita sehat. Betapa pentingnya menjaga kesehatan masyarakat.
Ketiga, perbaikan
tingkat dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman mengajarkan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dinikmati seluruh masyarakat bila
disertai pemerataan kesejahteraan melalui kebijakan yang berpihak pada kelompok
masyarakat yang paling lemah, melalui pendekatan yang menyeluruh, dan seimbang,
konsisten, juga adil.
Harus disadari,
pemerintah punya keterbatasan. Oleh karena itu, pemerintah sangat perlu untuk
mendorong peran serta aktif masyarakat, lembaga/institusi/ organisasi sosial
keagamaan, dan tempat-tempat ibadah untuk terlibat aktif dalam perbaikan
kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan, serta perbaikan kesejahteraan
masyarakat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar