Mengatasi
Kemiskinan
Firmanzah ; Staf Khusus Presiden
Bidang Ekonomi dan Pembangunan
|
REPUBLIKA,
31 Desember 2012
Kemiskinan merupakan musuh bersama. Persoalan kemiskinan
dalam berbagai literatur ilmiah dibedah dengan menggunakan dua pendekatan
yang dipandang sebagai pemicu kemiskinan, yakni kemiskinan struktural dan
kemiskinan kultural.
Premis kemiskinan struktural seringkali membenturkan
kemiskinan sebagai akibat ketidakberpihakan pembuat kebijakan atau pemerintah
atau sebaliknya.
Sementara, di sisi lain kemiskinan kultural hadir sebagai akibat dari keterbelakangan sosial, budaya, eko nomi, politik yang berimbas pada sikap dan perilaku.
Bagi Indonesia, penanggulangan dan pengentasan kemiskinan
merupakan prioritas nasional yang telah didesain dalam berbagai program kerja
jangka panjang pemerintah. Komitmen pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan
telah dituangkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan
Kemiskinan di Indonesia (MP3 - KI) 2012-2025.
Kinerja program pengentasan kemiskinan telah mampu mampu
menekan angka kemiskinan secara bertahap. Sepanjang 2005-2012, angka
kemiskinan menurun rata-rata antara 1,16 persen hingga 1,27 persen per tahun
dan menyejahterakan sekitar tujuh juta jiwa penduduk.
Melalui empat klaster yang telah didesain, pengentasan
kemiskinan kini telah banyak menunjukkan hasil yang positif. Angka kemiskinan
per Maret 2012 dapat ditekan menjadi 29 juta orang (11,9 persen) dari 35,7
juta orang (15,97 persen) di tahun 2005. Angka ini ditargetkaan dapat
mencapai 11,5 persen di akhir 2012 serta pada 2013 dan 2014 ditargetkan
masing-masing di kisaran 9,5-10,5 persen dan 8-9 persen.
Program Pengentasan
Skenario empat klaster sasaran program pengentasan
kemiskinan sudah menunjukkan keberhasilan, khususnya dalam menekan jumlah
penduduk miskin melalui keep buying
strategy. Strategi ini sekaligus juga mencegah "jatuhnya"
kelompok masyarakat menjadi "miskin" akibat external-shockdari
dampak krisis di zona Eropa dan resesi global.
Klaster satu, bantuan dan perlindungan sosial. Pada
kelompok ini pemerintah memberikan bantuan kepada rumah tangga sasaran (RTS)
untuk peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar. Program ini meliputi Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), Raskin, Program Keluarga Harapan (PKH), Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), dan bantuan sosial lainnya.
Anggaran BOS tahun 2012 sebesar Rp 27,67 triliun
memungkinkan tiap siswa SD mendapat bantuan Rp 580 ribu per tahun dan siswa
SMP sebesar Rp 710 ribu per tahun. Selain itu, 1,1 juta beasiswa untuk siswa
SMA dengan anggaran Rp 860,3 miliar dan 400 ribu siswa SMK dengan anggaran Rp
312 miliar. Selain itu, beras bersubsidi untuk rumah tangga miskin (Raskin)
masing-masing 15 kg per RTS per bulan dengan harga Rp 1.600 per kg. Total
anggaran disiapkan Rp 15,3 triliun untuk 3,15 juta ton Raskin bagi 17,49 juta
RTS.
Program Keluarga Harapan (PKH) diberikan kepada rumah
tangga sangat miskin (RTSM). Setiap RTSM mendapat antara Rp 600 ribu dan Rp
2,2 juta per tahun. Anggaran PKH 2012 sebesar Rp 1,8 triliun untuk 1,5 juta
RTSM di 33 provinsi, 168 kabupaten/kota, dan 1.787 kecamatan. Anggaran
kesehatan gratis 2012 sebesar Rp 7,55 triliun, meliputi Jamkesmas Rp 5,9
triliun dan Jamersal (Jaminan Persalinan) Rp 1,75 triliun. Bantuan sosial
lainnya, seperti bantuan sosial untuk pengungsi korban bencana alam/sosial,
bantuan untuk penyandang cacat Rp 300 ribu per bulan, dan bantuan untuk
lanjut usia (lansia) telantar Rp 200 ribu per orang per bulan untuk 26.500
orang.
Klaster dua, pemberdayaan masyarakat. Klaster dua
ditujukan untuk meningkatkan kapasitas, kemandirian, dan pemberdayaan
masyarakat dalam proses pembangunan. Program pada klaster ini dilakukan
melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di lima
kementerian. Anggaran PNPM 2012 mencapai Rp 14,053 triliun.
Klaster tiga, kredit usaha rakyat (KUR). Program pada
kelompok ini dilaksanakan dengan tujuan membantu usaha mikro dan kecil untuk
meningkatkan kapasitas serta memperluas usahanya. Melalui program ini, usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendapat KUR. KUR tahun 2010 telah
dikucurkan Rp 17,23 triliun dan tahun 2011 Rp 29 triliun. Tahun 2012, KUR
ditargetkan lebih dari Rp 30 triliun sehingga dapat memperbesar aksesibilitas
finansial usaha mikro dan kecil yang non-bankable. Mekanisme KUR yang
diluncurkan sejak 2007 ini telah berhasil meningkatkan daya beli masyarakat
kelas bawah dan menekan angka kemiskinan.
Klaster empat, program prorakyat. Program pada klaster ini
dimaksudkan untuk melengkapi berbagai program dan kegiatan yang telah
dijalankan melalui 3tiga klaster lainnya. Program ini, antara lain, program
rumah sangat murah dan murah tahun 2012 sebanyak 6.162 unit dengan anggaran
Rp. 514,58 miliar, program kendaraan umum angkutan murah dengan anggaran APBN
2012 Rp 50 miliar, program listrik murah dan hemat dengan anggaran Rp 288
miliar, program peningkatan kehidupan nelayan Rp 1,2 triliun.
Selain itu, juga program penyediaan air minum berbasis masyarakat
(Pamsimas) tahun 2012 di 571 desa, sistem penyediaaan air minum (SPAM) di 275
kawasan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), 131 kecamatan, 418 desa, dan 205
kawasan khusus dengan anggaran Rp 2,164 triliun. selain itu, program
peningkatan kehidupan mas ya rakat pinggir perkotan sebesar Rp 74,77 miliar
di lima wilayah sebagai kan tong kemiskinan-kota, yakni DKI Jakarta, Bandung,
Surabaya, Medan, dan Makassar.
Pada 2013, pemerintah mendorong integrasi program di semua
klaster untuk mengakselerasi pengentasan kemiskinan. Ditargetkan, kemiskinan
di Indonesia dapat ditekan di kisaran 9,5 persen hingga 10,5 persen pada
akhir 2013. Alokasi anggaran dalam UU 19 tahun 2012 tentang APBN 2013 untuk
pengentasan kemiskinan pun mencapai Rp 115,5 triliun.
Strategi pencapaian target pengentasan kemiskinan melalui
empat klaster ini diharapkan mampu menjadi bantalan penekan jumlah penduduk
miskin menuju masyarakat sejahtera. Dengan spirit Indonesia incorporated, pengentasan kemiskinan dapat lebih mudah
diwujudkan. Masa depan Indonesia adalah Indonesia sejahtera dengan tingkat
peradaban tinggi dan terbebas dari kemiskinan, keterbelakangan, dan
kesenjangan ekonomi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar