Jumat, 11 Januari 2013

Kurikulum Baru tanpa Galau


Kurikulum Baru tanpa Galau
Suryadi ;  Ketua Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMP Negeri Kab Mojokerto
JAWA POS,  11 Januari 2013



KEGALAUAN, kekhawatiran, dan sejuta keresahan seolah menghadang datangnya hal-hal baru alias perubahan. Termasuk kurikulum 2013 yang segera tiba.

Belum-belum sudah ada yang berkomentar seperti kurikulum 2013 melanggar UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Mereka menggunakan dalil: UU Sisdiknas menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib, antara lain, memuat mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial. Sementara itu, pada kurikulum 2013, di antara mata pelajaran tersebut, ada yang "dihapus".

Selain mengomentari masalah muatan kurikulum di atas, ada pula yang mengaitkan polemik perubahan kurikulum ini dengan politis. Misalnya, ganti menteri ganti kurikulum. Masih ada pula yang menyoal masalah teknis. Misalnya, berkaitan dengan teknik uji kelayakan, kesiapan guru dalam mengimplementasikannya, diseminasi informasi, manajemen, sistem evaluasi, dan sebagainya.

Mendikbud M. Nuh ketika diwawancarai berkaitan dengan perubahan kurikulum, 5 Desember yang lalu, menyatakan: "Apakah kita bisa membuat kurikulum yang tidak berubah 50 tahun? Tidak ada ceritanya. Tidak ada ceritanya kurikulum yang 50 tahun tidak berubah, bahkan yang 20 tahun tidak berubah itu tidak ada." Mendikbud juga menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan nasional tidak akan pernah sempurna. Sebab, perkembangan pendidikan harus menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman.

Arah perubahan kurikulum sudah sangat jelas. Perubahan kurikulum dimaksudkan dapat meningkatkan dan menyeimbangkan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Tiga ranah itu harus dimiliki siswa. Yang sedang dirisaukan masyarakat sekarang adalah anak-anak kita hanya memiliki kognitif. Ini yang harus dijawab oleh kurikulum mendatang. Kompetensi nanti bukan berkaitan dengan kognitif saja, namun ada sikap dan keterampilan yang didasari tiga pilar utama, yakni kreatif, inovatif, dan produktif dengan jiwa keindonesiaan.

Kurikulum mendatang adalah kurikulum yang mencerdaskan. Kurikulum yang baru akan mengubah mindset pendidikan menjadi dua paradigma, yakni akademik dan karakter. Maksud cerdas akademik adalah kreativitas anak dipacu dengan cara anak diajari mengamati, memanfaatkan indrawi untuk melihat fenomena. Tidak hanya mengamati, tetapi anak juga didorong untuk bertanya. Dengan bertanya-tanya, anak akan sampai pada tingkat bernalar, mencoba, dan akhirnya sampai pada eksperimen. Sedangkan, untuk cerdas secara karakter dalam kurikulum baru nanti, karakter akan mendapatkan porsi yang lebih banyak, terutama di tingkat pendidikan dasar. Sebab, karakter merupakan fondasi pendidikan. Budaya asli bangsa, antara lain, budi pekerti, sopan santun, dan tata krama yang kini mulai luntur akan kembali diangkat dengan lebih menekankan pada pendidikan karakter.

Secara garis besar, karakteristik kurikulum 2013 bisa digambarkan seperti berikut ini. Kurikulum berbasis sains, pembelajaran bersifat tematik integratif. Mata pelajaran IPA dan IPS SD diintegrasikan. Kompetensi berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan di samping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Alokasi waktu per jam pelajaran (JP) untuk SD = 35 menit, SMP = 40 menit, dan SMA = 45 menit. Jumlah jam pelajaran per minggu untuk SD: Kelas I = 30 JP, kelas II= 32 JP, kelas III=34 JP, kelas IV, V,VI=36 JP; SMP = 38 JP; dan SMA = 39 JP.

Gambaran karakteristik kurikulum 2013 di atas mengingatkan saya pada konsep "calistung", yaitu membaca, menulis, dan menghitung. Kurikulum mendatang menekankan pada tiga dasar pengetahuan (membaca, menulis, dan menghitung) sehingga pengintegrasian beberapa mata pelajaran bisa dilakukan untuk mengurangi beban belajar siswa. 

Sebagai ilustrasi, sekarang memang banyak anak yang tidak bisa menulis walaupun bisa "SMS-an", Facebook-an, namun tulisannya seperti anak-anak "alay" saja. Begitu pula pelajaran matematika. Kebanyakan siswa hanya hafal rumus-rumus matematika, tetapi mereka tidak tahu gunanya. 

Perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah tentunya sudah melalui proses evaluasi dan analisis konteks yang panjang. Pemerintah tentu tidak akan rela menggadaikan masa depan generasi bangsa dan negara hanya demi kepentingan sesaat. Masyarakat diharapkan tidak menjadi anti dengan perubahan. Pada dasarnya, tidak ada yang kekal abadi di dunia ini, kecuali hanya perubahan itu sendiri. Kita harus yakin bahwa dengan revisi kurikulum ini, pendidikan di Indonesia akan menghasilkan generasi yang jauh lebih baik dan siap menjawab tantangan zaman ke depan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar