Rabu, 09 Januari 2013

Dahlan Iskan Menjawab Rem, Gearbox, DI 19, hingga Regulasi Tucuxi


Dahlan Iskan Menjawab
Rem, Gearbox, DI 19, hingga Regulasi Tucuxi
( Wawancara )
Dahlan Iskan ;   Menteri BUMN
JAWA POS,  09 Januari 2013
  

BANYAK keingintahuan publik menyangkut jabang bayi mobil listrik nasional Tucuxi. Terlebih setelah mobil ''kece'' itu hancur karena kecelakaan saat dikemudikan pemiliknya, Menteri BUMN Dahlan Iskan, di Magetan, Jawa Timur (5/1). Tapi, apakah impian Dahlan juga ikut remuk gara-gara kecelakaan tersebut? Berikut 15 jawaban yang dia sampaikan di Cafe Gallery, Taman Ismail Marzuki, kemarin menyangkut hal-hal teknik, regulasi, takhayul, serta kemungkinan kita menang melawan Jepang dan Amerika dalam pertarungan penciptaan alat transportasi modern ini. 

Bagaimana kronologi rem blong itu? 

Iya, untung itu terjadi pada saya. Bagaimana kalau pas dibeli orang lain kemudian dibawa ke daerah yang seperti itu. Saat itu, kebetulan saya mau pulang ke rumah. Dari Solo sampai Tawangmangu, saya mengagumi mobil itu luar biasa. Dipakai menanjak hebat sekali, bahkan melebihi mobil biasa. Sepanjang jalan saya kagumi Mas Danet. Sampai Cemoro Sewu, medan mulai menurun dengan sangat tajam. Anda yang pernah ke sana pasti tahu lah, Cemoro Sewu ke Telaga Sarangan itu turun sekali. Saya spontan bilang, remnya kuat nggak nih? 

Apakah ada yang aneh dengan remnya? 

Saya kok merasa harus menginjakkan kaki sekuat tenaga di rem itu. Okey saya bisa. Tapi, itu kan berarti saya tidak bisa sama sekali melepas rem. Saya harus terus tekan dengan kekuatan penuh. Kemudian, tercium bau rem terbakar. Saya nggak tahu apakah itu terbakar atau panas. Saya sempat berhenti karena nggak tahan lagi bau menyengatnya. Tapi, saya tidak punya pikiran apa-apa soal rem itu. Toh, saat turunan tajam (Cemoro Sewu-Telaga Sarangan) lolos, meski kaki saya capek luar biasa. 

Setelah istirahat sebentar, diteruskan lagi. Saya masih mikir, kenapa rem itu harus saya tekan terus sepanjang turunan sampai kaki saya kehilangan kekuatan. Perjalanan berikutnya ke Plaosan itu landai saja sebenarnya. Ternyata, tiba-tiba rem kehilangan daya cengkeramnya itu (rem blong, mobil lalu ditabrakkan ke tebing).

Apakah itu terjadi karena sistem remnya dibongkar di bengkel Kupu-Kupu Malam? 

Itu bukan dibongkar, itu reparasi seperti Anda punya mobil Toyota atau Anda punya motor, lalu gasnya kurang enak. Kemudian, Anda bawa ke bengkel sebelah rumah Anda. Apakah perlu laporan ke penciptanya motor di Jepang sana? Itu reparasi justru untuk menguatkan remnya. 

Lantas, apa penyebab sebenarnya? 

Setelah itu, saya terima SMS dari seseorang yang isinya bahwa mobil listrik yang tidak menggunakan gearbox, beban sepenuhnya akan ditanggung rem. Tidak ada bantuan pengendalian dari sistem di dalam mobil. Sejak itu, saya baru memperoleh kesimpulan bahwa berarti uji coba saya dan pertaruhan nyawa saya tersebut memberikan pelajaran teknologi yang sangat-sangat berharga bagi keselamatan manusia pada masa mendatang. Kalaupun saya tidak luka sedikit pun, saya juga sangat bersyukur karena saya menemukan apa yang seharusnya ditemukan sebelum mobil tersebut diproduksi untuk dibeli orang lain. 

Apakah permasalahan utamanya di gearbox? 

Awalnya memang demikian. Jelas bahwa beban yang terlalu berat dalam waktu yang lama, beban itu 2 ton meluncur dari ketinggian, maka akan semakin kencang dan beban akan ditanggung sepenuhnya oleh rem. Masuk akal kalau rem itu panas sekali, kemudian memuai, lantas tidak punya daya cengkeram. 

Danet menyebut Anda mencuri teknologi motor listriknya? 

Teknologi apa yang dicuri? Teknologi dia kan mobil listrik yang tidak menggunakan gearbox itu (yang akhirnya membuat celaka, Red). Saya habis Rp 3 miliar untuk pengembangan mobil itu. Tapi, meski begitu, saya bangga kepada Danet, anak bangsa yang telah mampu membuat mobil sehebat itu. 

Mengenai belum adanya izin uji coba dan penggunaan pelat nomor? 

Saya menyadari sepenuhnya bahwa saya melakukan pelanggaran, apakah itu pelanggaran lalu lintas atau lainnya. Tapi, ini bukan sebuah kejahatan. Ini hanya sebuah pelanggaran. Dan itu (DI 19) bukan pelat nomor. Itu aksesori karena belum tahu pelat nomor tersebut harus datang dari mana. Sebab, siapa yang berhak memberi pelat nomor belum ada. Mobil ini mobil listrik yang aturannya belum ada. Itu bukan pelat nomor seperti Anda menempel nama Mc Jagger atau Rhoma Irama. Kalau pelat nomor, kan ada tanggal, stempel polisi. 

Mengenai izin ngetes, itu saya akhirnya menyadari bahwa saya melakukan pelanggaran dan saya harus terima apa pun konsekuensi atas pelanggaran itu. Saya akan jalani. Toh, ini demi pengetahuan, demi keselamatan orang-orang yang akan beli mobil ini pada masa depan. Saya sudah menyiapkan diri saya, nyawa saya untuk ilmu pengetahuan. Kalau saya menyuruh orang lain, sama saja menyuruh orang tersebut meninggal. 

Anda begitu bersikeras untuk mengembangkan mobil listrik. Kenapa? 

Sebab, kalau kita bersaing untuk menciptakan mobil yang menggunakan bensin, tentu kita jauh tertinggal. Mereka, negara-negara produsen itu, sudah lebih dulu dan lebih jauh maju. Tapi, kalau untuk mobil listrik, ini relatif teknologi yang baru. Amerika dan Jepang baru mulai. Kita juga baru mulai dan kita ada peluang untuk menang. Masalah ilmu pengetahuan dan teknologi nggak boleh dikalahkan dengan apa pun, termasuk soal politik. 

Apakah Anda kecewa dengan mobil ciptaan Danet? 

Saya tidak bisa sampaikan kekecewaan dan ketidakpuasan saya karena saya merasa saya ini bapaknya. Wajar kalau bapaknya memendam atau tidak mengungkapkan kekecewaan terhadap anaknya. Jadi, Anda paksa bagaimanapun, saya tidak akan ungkapkan kekecewaan saya terhadap Mas Danet. Bahwa dia merasa kecewa dan tidak puas dengan saya, silakan. Itu hak dia. 

Yang penting, saya akui, dia hebat luar biasa. Tapi, pilihan teknologinya mobil yang tidak menggunakan gearbox. Itu pun tidak salah. Tapi, ke depan sebaiknya mobil seperti itu tidak digunakan ke tempat seperti saya. Jangan ke luar kota. Harus ada pemberitahuan kepada pembeli. Ke depan, saya lebih cenderung mobil yang kekuatannya besar agar menggunakan gearbox. 

Lantas, apa harapan Anda ke depan? 

Saya sangat passion ngotot di sini (mengembangkan mobil listrik) karena menurut saya mobil masa depan adalah mobil listrik. Seperti saya ingin menciptakan sawah baru, maka saya juga terjun ke sawah itu. Sesuatu ide itu bisa terwujud kalau pemilik ide berada di depan. Kalau itu diserahkan ke birokrasi, maka akan berbelit ke birokrasi itu. Tapi, kalau keyakinan saya itu dianggap salah, ya nggak apa-apa. 

Apakah akan mengembangkan mobil listrik sekelas Ferrari lagi? 

Kalau yang harga murah kan sudah dibuat oleh Kang Dasep Akhmadi. Untuk yang ini, saya sudah minta supaya diciptakan mobil seperti itu lagi. Tidak harus sama. Tapi, sama juga boleh, kalau Mas Danet mau. Tapi, harus menggunakan gearbox. Misalnya Mas Danet bilang ya Pak saya bikin satu lagi yang pakai gearbox, ya saya akan kerja sama lagi dengan dia. 

Berapa tahun mobil baru itu bisa dibuat lagi? 

Nggak berapa tahun, empat bulan. Saya akan putuskan itu minggu depan. Banyak yang mau bikin. Tapi, seperti saya bilang, kalau Mas Danet mau buat yang pakaigearbox, saya akan pesan ke beliau. Ini kan saya sebagai pembeli nih mau yang pakai gearbox atau tidak, itu kan tergantung saya. 

Waktu Anda berhenti, kan seharusnya menyadari ada masalah di rem? 

Waktu saya berhenti itu bukan karena takut remnya, tapi karena nggak tahan baunya. Kalau saya tahu karena itu, pasti saya berhenti lebih lama sejam sampai rem dingin. Sebelah saya sudah kasih tahu supaya berhenti agak lama. Tapi, saya harus mengejar waktu karena ada beberapa orang yang harus saya temui di kampung, sehingga harus sampai jam segitu juga. Waktu itu toh saat turun selamat. 

Apakah ada permasalahan lain kecuali gearbox? 

Permasalahan pada gearbox itu sudah saya cek ke beberapa orang lain. Ternyata memang seperti itu. Ada keuntungannya memang. Kalau nggak pakai gearbox, lebih irit. Tapi, ada juga yang percaya takhayul. Sebab, Dr Nurcholish Madjid pernah kecelakaan nabrak tebing di lokasi itu juga. Waktu itu pakai mobil Honda. Jadi, bukan semata-mata masalah gearbox (katanya lantas tersenyum). 

Mengenai sanksi bisa menjadi tersangka karena beberapa pelanggaran? 

Saya tidak akan grogi atau nervous atau panik. Saya akan terima apa pun itu karena itu pelanggaran. Tapi, saya tidak malu karena ini bukan kasus korupsi. Ini bukan kejahatan, tapi demi ilmu pengetahuan. Kita, orang-orang pembuat mobil listrik ini seperti Kang Dasep itu, sebenarnya menunggu regulasi untuk memproduksi mobil listrik. Tapi, pelat nomornya seperti apa, STNK-nya bagaimana, uji cobanya harus bagaimana, itu semua kan belum diatur. Saya nggak tahu kapan regulasi itu akan ada karena bukan saya yang ngurusi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar