17 Tahun
Pemberdayaan Damandiri
Haryono Suyono ; Mantan Menko Kesra dan Taskin
|
SUARA
KARYA, 14 Januari 2013
Sejak didirikan secara resmi oleh
empat serangkai, almarhum mantan Presiden HM Soeharto, Prof Dr Haryono
Suyono, almarhum Sudwikatmono dan almarhum Liem Sioe Liong (Sudono Salim)
pada tanggal 15 Januari 1966(?), hari ini Yayasan Damandiri yang genap 17 tahun konsisten
dengan visi dan misi yang diembannya sejak awal berdiri. Dalam usia yang
relatif muda itu, YD melakukan gerakan pemberdayaan keluarga dengan perhatian
khusus kepada keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I.
Gerakan itu
dinamakan Gerakan Keluarga Mandiri (Gemari) didirikan untuk melengkapi dan
melanjutkan keberhasilan gerakan keluarga berencana (KB) dan pembangunan
berkelanjutan. Yakni, dengan mengajak keluarga pra sejahtera dan keluarga
sejahtera I didukung keluarga yang lebih beruntung mengikuti, gerakan sadar
menabung (GSM) dengan tekun berlatih ketrampilan agar bisa bekerja keras dan
cerdas untuk berkembang menjadi keluarga mandiri bahagia dan sejahtera.
Mulai 1996
sampai tahun 2000-an, YD bekerja sama dengan jajaran BKKBN dan Bank BNI, dan
dibantu konglomerat melaksanakan GSM berhasil mengajak 13,6 juta keluarga pra
sejahtera dan keluarga sejahtera I ikut menabung. Sekitar 10,3 juta keluarga
di antaranya berhasil diberikan pinjaman lunak dengan bunga flat sekitar 3
persen untuk memulai usaha dengan kewajiban tetap menabung sebagai upaya
pemupukan modal. Namun, harapan yang mulai bersemi selama tiga tahun itu
terpaksa dihentikan karena adanya krisis multi dimensi yang curiga dan
sebagian beranggapan bahwa usaha mulia tersebut adalah gerakan politik
mempertahankan Orde Baru yang tidak cocok dengan semangat reformasi.
Pada awal tahun
2000-an, YD yang dicurigai sebagai bayangan almarhum HM Soeharto melanjutkan
usahanya dengan memberi dukungan kepada anak keluarga miskin yang ingin
melanjutkan pendidikan pada tingkat perguruan tinggi (PT). Karena umumnya
anak keluarga miskin itu rendah nilai mata pelajaran yang diujikan, YD juga
memberi dukungan kepada SMA yang menampung anak keluarga miskin melalui
pelatihan peningkatan mutu guru melalui kursus dan praktek mengajar untuk
mata pelajaran yang menjadi bahan ujian masuk PT.
YD juga memberi
dukungan kepada PT untuk meningkatkan mutu SMA yang mengirim anak didik ke PT
tersebut melalui kemudahan dan fasilitas tanpa menurunkan mutu siswa yang
diterimanya. Usaha tersebut memberi kesempatan YD makin mengenal kampus dan
mendapat undangan untuk membantu perguruan tinggi melaksanakan tri dharma PT,
utamanya membantu pengabdian masyarakat yang ditujukan kepada keluarga miskin
di pedesaan. Yaitu, pada upaya pemberdayaan yang sistematis memperkuat
delapan fungsi keluarga menuju keluarga mandiri, bahagia dan sejahtera.
Ajakan beberapa
PT untuk membantu kuliah kerja nyata (KKN) dengan tema membantu keluarga
miskin dibulatkan dalam upaya membangun kesadaran partisipasi dan upaya
pemberdayaan keluarga yang bersifat paripurna, melanjutkan keberhasilan
gerakan KB yang pada 1989 dianggap sangat berhasil dan mendapat penghargaan
dunia dengan pemberian UN Population Awards oleh PBB. Keberhasilan itu
mengantar gerakan KB secara resmi berubah pada tahun 1992 dengan disyahkannya
UU nomor 10 tahun 1992 menjadi gerakan pembangunan keluarga sejahtera.
Gerakan baru
itu diku-kuhkan pada Konperensi Kependudukan Dunia di Kairo tahun 1994 dengan
dimasukkannya rumusan keluarga dalam dokumen penting tersebut. Sejak itu
Presiden HM Soeharto (alm) memberi tekanan pada gerakan pembangunan keluarga
sejahtera dengan memperkuat delapan fungsi keluarga secara paripurna. Gerakan
itu menjadi salah satu acuan yang kemudian dikukuhkan oleh PBB pada tahun
2000 sebagai pembangunan abad millennium dengan delapan sasaran.
September 2005,
Presiden SBY menghadiri pertemuan kepala negara di PBB New York dan sekaligus
bersama kepala negara dari seluruh dunia menandatangani dokumen millenium
development goals (MDGs) untuk kedua kalinya. Pada 2006, di Jakarta diadakan
pertemuan dengan semua menteri, gubernur, bupati, walikota dan berbagai
kekuatan pembangunan untuk mengukuhkan program pembangunan nasional yang
sekaligus menyukseskan komitmen untuk menyelesaikan target-target MDGs pada
tahun 2015. Program utamanya adalah pengentasan kemiskinan dan delapan
sasaran MDGs lainnya.
Sejak itu,
program dan kegiatan YD makin dimantapkan melalui kerjasama dengan berbagai
PT dan pemerintah daerah dengan menerjemahkan delapan sasaran MDGs dan
pemantapan delapan fungsi keluarga melalui forum silaturahmi pada tingkat
desa yang disebut pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), yang berbasis keluarga
atau penduduk. Posdaya fokus pada pengentasan kemiskinan, kesehatan,
pendidikan, wirausaha, lingkungan hidup dan kebersamaan gotong royong lokal,
regional maupun global yang memberi manfaat kepada usaha pemberdayaan
keluarga secara paripurna.
Pada tahun
2010, itu diperkuat dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden nomor 1 dan 3
tahun 2010 yang menegaskan arah pembangunan berkeadilan, pro rakyat berbasis
keluarga dan pemberdayaan masyarakat, utamanya berkeadilan untuk anak, kaum
perempuan, ketenagakerjaan, fokus pada keluarga miskin dan termarginal
prioritas pada pendekatan ekonomi usaha mikro dan kecil. Inpres itu
menegaskan ukuran keberhasilan pembangunan pada indikator MDGs yang
disepakati oleh Kepala Negara se dunia pada tahun 2000 dan 2005.
Dewasa ini, melalui tidak kurang
dari 20.000 Posdaya yang tersebar di lebih dari 15 provinsi dan 200
kabupaten/kota, YD bekerjasama dengan mitra kerjanya, antara lain lebih dari
200 PT negeri dan swasta, ribuan dosen dan mahasiswa, pemerintah daerah,
kalangan perbankan, organisasi dan tokoh-tokoh masyarakat, perorangan dan
masyarakat pada umumnya, teguh pada komitmen mendampingi dan mendukung
keluarga pra sejahtera, keluarga miskin dalam pemberdayaan menuju keluarga
mandiri yang bahagia dan sejahtera. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar