Senin, 19 Maret 2012

Semakin Gemuk Semakin Mahal


Semakin Gemuk Semakin Mahal
Peter Singer, Guru besar Bioetika di Princeton University; pengarang buku Animal Liberation, Practical Ethics, the Expanding Circle dan The Life You Can Save
SUMBER : KORAN TEMPO, 19 Maret 2012



Kegemukan sekarang melanda banyak negara. Di Australia, Amerika Serikat, dan banyak negara lainnya, kita sudah biasa menyaksikan orang begitu gemuk sehingga mereka melangkah bagaikan itik, bukan berjalan seperti biasa. Meningkatnya obesitas paling tajam terjadi di negara-negara maju, tapi juga tampak di negara-negara berpendapatan menengah dan negara-negara miskin.

Apakah berat badan seseorang itu urusannya sendiri? Haruskah kita menerima saja berbagai bentuk tubuh yang ada? Saya kira tidak. Obesitas merupakan persoalan etika, karena bertambah beratnya seseorang berarti menambah beban orang lain.

Saya menulis artikel di suatu bandar udara. Seorang wanita Asia check-in dengan sekitar 40 kilogram bagasi--menurut perkiraan saya. Ia membayar ekstra karena melewati batas berat yang tidak dikenai biaya. Seorang pria yang bobotnya pasti paling tidak 10 kg lebih berat daripada wanita itu, tapi yang bagasinya di bawah batas berat yang tidak dikenai biaya, tidak membayar apa-apa. Namun, diukur dari bahan bakar yang dikonsumsi pesawat, semuanya sama, apakah bobot ekstra itu bagasi atau lemak badan seseorang.

Tony Webber, ekonom kepala di perusahaan penerbangan Australia, Qantas, mengemukakan, sejak 2000, bobot penumpang dewasa di pesawatnya telah meningkat rata-rata 2 kg. Untuk suatu pesawat berbadan besar seperti Airbus A380, itu berarti dihabiskannya bahan bakar ekstra seharga US$ 472 untuk penerbangan dari Sydney ke London. Jika perusahaan penerbangan menerbangi rute itu bolak-balik tiga kali sehari, selama setahun ia akan membelanjakan US$ 1 juta untuk ekstra bahan bakar, atau dengan margin laba perusahaan saat ini berarti sekitar 13 persen dari laba perusahaan yang diperolehnya dari operasi pada rute itu.

Webber mengusulkan agar perusahaan penerbangan menetapkan standar bobot penumpang, katakan, 75 kg. Penumpang dengan berat 100 kg akan dikenai surcharge atau fee untuk menutup biaya ekstra bahan bakar. Untuk penumpang dengan berat 25 kg di atas standar tersebut, fee yang dikenakan atas tiket pulang-pergi Sydney-London adalah US$ 29. Penumpang yang beratnya cuma 50 kg diberi diskon dalam jumlah yang sama.

Jalan lain untuk mencapai tujuan yang sama adalah dengan menetapkan standar bobot penumpang dan bagasi, kemudian meminta penumpang menimbang badan beserta bagasinya di timbangan yang disediakan. Manfaat timbangan penumpang dengan bagasinya ini tidak membuat malu penumpang yang tidak mau terungkap berat badannya.

Teman-teman yang saya ajak berbicara mengenai usulan itu sering mengatakan banyak orang yang overweight itu tidak bisa menghindari kelebihan berat badan--mereka punya metabolisme yang berbeda dengan kebanyakan orang. Tapi soal fee yang dikenakan atas bobot ekstra itu bukan untuk menghukum suatu "dosa", apakah itu dikenakan atas berat bagasi atau berat badan. Itu adalah cara mengganti biaya sebenarnya menerbangkan Anda ke tempat tujuan Anda, bukan membebani rekan-rekan sepenerbangan Anda. Layanan penerbangan itu berbeda, katakan, dengan layanan kesehatan: bukan merupakan hak asasi manusia.

Naiknya penggunaan bahan bakar pesawat bermesin jet tidak hanya berkaitan dengan ongkos keuangan, tapi juga menyangkut ongkos lingkungan, karena tingginya emisi gas rumah kaca memperparah pemanasan global. Itu merupakan contoh kecil bagaimana ukuran sesama warga mempengaruhi kita semua. Ketika orang bertambah besar dan bertambah berat, sedikit sekali di antara mereka yang mendapat ruang yang cocok dalam bus atau kereta api, sehingga meningkatkan ongkos angkutan umum. Rumah sakit sekarang harus memesan tempat tidur dan meja operasi yang lebih kokoh, membangun toilet ekstra-besar, bahkan memasang mesin penyejuk udara ekstra-besar di kamar-kamar mayat--semuanya menambah ongkos.

Sesungguhnya obesitas membawa beban ongkos layanan kesehatan yang secara luas lebih signifikan. Tahun lalu Society of Actuaries, perhimpunan ahli aktuaria, memperkirakan di Amerika dan Kanada diperlukan US$ 127 miliar tambahan untuk layanan kesehatan bagi orang-orang yang overweight. Itu berarti tambahan ratusan dolar setiap tahun untuk layanan kesehatan bagi para pembayar pajak dan mereka yang mengeluarkan biaya asuransi kesehatan. Studi yang sama menunjukkan ongkos yang dikeluarkan karena hilangnya produktivitas, baik di kalangan mereka yang masih bekerja maupun di kalangan mereka yang tidak mampu bekerja sama sekali karena obesitas, mencapai US$ 115 miliar.

Fakta-fakta itu cukup memberikan pembenaran atas kebijakan publik yang berusaha menekan pertumbuhan obesitas. Dikenakannya pajak pada makan dan minuman yang sangat berperan meningkatkan obesitas--terutama makanan dan minuman tanpa nilai nutrisi, seperti minuman yang terlalu manis--bakal banyak membantu. Pendapatan yang terkumpul kemudian bisa digunakan untuk mengganti biaya ekstra yang ditimpakan orang-orang overweight kepada orang-orang lain, dan dinaikkannya harga makanan serta minuman itu bisa mendorong orang-orang yang berisiko menderita obesitas tidak mengkonsumsinya, yang menduduki tempat kedua setelah rokok sebagai penyebab utama kematian yang sebenarnya bisa dicegah.

Banyak di antara kita khawatir apakah planet bumi ini bisa mendukung populasi yang sudah mencapai lebih dari 7 miliar jiwa. Tapi kita harus memikirkan populasi manusia ini bukan cuma dalam jumlah, tapi juga dalam massa kepadatannya. Jika kita menilai baik kesejahteraan manusia yang berkesinambungan maupun lingkungan alam planet bumi ini, berat badan saya--dan berat badan Anda--merupakan urusan semua orang. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar