Semakin
Gemuk Semakin Mahal
Peter
Singer, Guru besar
Bioetika di Princeton University; pengarang buku Animal Liberation, Practical
Ethics, the Expanding Circle dan The Life You Can Save
SUMBER : KORAN TEMPO, 19 Maret 2012
Kegemukan sekarang melanda banyak negara. Di
Australia, Amerika Serikat, dan banyak negara lainnya, kita sudah biasa
menyaksikan orang begitu gemuk sehingga mereka melangkah bagaikan itik, bukan
berjalan seperti biasa. Meningkatnya obesitas paling tajam terjadi di
negara-negara maju, tapi juga tampak di negara-negara berpendapatan menengah
dan negara-negara miskin.
Apakah berat badan seseorang itu urusannya
sendiri? Haruskah kita menerima saja berbagai bentuk tubuh yang ada? Saya kira
tidak. Obesitas merupakan persoalan etika, karena bertambah beratnya seseorang
berarti menambah beban orang lain.
Saya menulis artikel di suatu bandar udara.
Seorang wanita Asia check-in dengan sekitar 40 kilogram bagasi--menurut
perkiraan saya. Ia membayar ekstra karena melewati batas berat yang tidak
dikenai biaya. Seorang pria yang bobotnya pasti paling tidak 10 kg lebih berat
daripada wanita itu, tapi yang bagasinya di bawah batas berat yang tidak
dikenai biaya, tidak membayar apa-apa. Namun, diukur dari bahan bakar yang
dikonsumsi pesawat, semuanya sama, apakah bobot ekstra itu bagasi atau lemak
badan seseorang.
Tony Webber, ekonom kepala di perusahaan
penerbangan Australia, Qantas, mengemukakan, sejak 2000, bobot penumpang dewasa
di pesawatnya telah meningkat rata-rata 2 kg. Untuk suatu pesawat berbadan
besar seperti Airbus A380, itu berarti dihabiskannya bahan bakar ekstra seharga
US$ 472 untuk penerbangan dari Sydney ke London. Jika perusahaan penerbangan
menerbangi rute itu bolak-balik tiga kali sehari, selama setahun ia akan
membelanjakan US$ 1 juta untuk ekstra bahan bakar, atau dengan margin laba
perusahaan saat ini berarti sekitar 13 persen dari laba perusahaan yang
diperolehnya dari operasi pada rute itu.
Webber mengusulkan agar perusahaan
penerbangan menetapkan standar bobot penumpang, katakan, 75 kg. Penumpang
dengan berat 100 kg akan dikenai surcharge atau fee untuk menutup
biaya ekstra bahan bakar. Untuk penumpang dengan berat 25 kg di atas standar
tersebut, fee yang dikenakan atas tiket pulang-pergi Sydney-London
adalah US$ 29. Penumpang yang beratnya cuma 50 kg diberi diskon dalam jumlah
yang sama.
Jalan lain untuk mencapai tujuan yang sama
adalah dengan menetapkan standar bobot penumpang dan bagasi, kemudian meminta
penumpang menimbang badan beserta bagasinya di timbangan yang disediakan.
Manfaat timbangan penumpang dengan bagasinya ini tidak membuat malu penumpang
yang tidak mau terungkap berat badannya.
Teman-teman yang saya ajak berbicara mengenai
usulan itu sering mengatakan banyak orang yang overweight itu tidak bisa
menghindari kelebihan berat badan--mereka punya metabolisme yang berbeda dengan
kebanyakan orang. Tapi soal fee yang dikenakan atas bobot ekstra itu
bukan untuk menghukum suatu "dosa", apakah itu dikenakan atas berat bagasi
atau berat badan. Itu adalah cara mengganti biaya sebenarnya menerbangkan Anda
ke tempat tujuan Anda, bukan membebani rekan-rekan sepenerbangan Anda. Layanan
penerbangan itu berbeda, katakan, dengan layanan kesehatan: bukan merupakan hak
asasi manusia.
Naiknya penggunaan bahan bakar pesawat
bermesin jet tidak hanya berkaitan dengan ongkos keuangan, tapi juga menyangkut
ongkos lingkungan, karena tingginya emisi gas rumah kaca memperparah pemanasan
global. Itu merupakan contoh kecil bagaimana ukuran sesama warga mempengaruhi
kita semua. Ketika orang bertambah besar dan bertambah berat, sedikit sekali di
antara mereka yang mendapat ruang yang cocok dalam bus atau kereta api,
sehingga meningkatkan ongkos angkutan umum. Rumah sakit sekarang harus memesan
tempat tidur dan meja operasi yang lebih kokoh, membangun toilet ekstra-besar,
bahkan memasang mesin penyejuk udara ekstra-besar di kamar-kamar
mayat--semuanya menambah ongkos.
Sesungguhnya obesitas membawa beban ongkos
layanan kesehatan yang secara luas lebih signifikan. Tahun lalu Society of Actuaries, perhimpunan ahli
aktuaria, memperkirakan di Amerika dan Kanada diperlukan US$ 127 miliar
tambahan untuk layanan kesehatan bagi orang-orang yang overweight. Itu
berarti tambahan ratusan dolar setiap tahun untuk layanan kesehatan bagi para
pembayar pajak dan mereka yang mengeluarkan biaya asuransi kesehatan. Studi
yang sama menunjukkan ongkos yang dikeluarkan karena hilangnya produktivitas,
baik di kalangan mereka yang masih bekerja maupun di kalangan mereka yang tidak
mampu bekerja sama sekali karena obesitas, mencapai US$ 115 miliar.
Fakta-fakta itu cukup memberikan pembenaran
atas kebijakan publik yang berusaha menekan pertumbuhan obesitas. Dikenakannya
pajak pada makan dan minuman yang sangat berperan meningkatkan
obesitas--terutama makanan dan minuman tanpa nilai nutrisi, seperti minuman
yang terlalu manis--bakal banyak membantu. Pendapatan yang terkumpul kemudian
bisa digunakan untuk mengganti biaya ekstra yang ditimpakan orang-orang overweight
kepada orang-orang lain, dan dinaikkannya harga makanan serta minuman itu bisa
mendorong orang-orang yang berisiko menderita obesitas tidak mengkonsumsinya,
yang menduduki tempat kedua setelah rokok sebagai penyebab utama kematian yang
sebenarnya bisa dicegah.
Banyak di antara kita khawatir apakah planet
bumi ini bisa mendukung populasi yang sudah mencapai lebih dari 7 miliar jiwa.
Tapi kita harus memikirkan populasi manusia ini bukan cuma dalam jumlah, tapi
juga dalam massa kepadatannya. Jika kita menilai baik kesejahteraan manusia
yang berkesinambungan maupun lingkungan alam planet bumi ini, berat badan
saya--dan berat badan Anda--merupakan urusan semua orang. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar