Sejarah
Peradaban Buku
Mohammad
Takdir Ilahi, PENCINTA
BUKU; PERISET THE MUKTI ALI INSTITUTE YOGYAKARTA
SUMBER : KOMPAS, 17 Maret 2012
Sampai saat ini peran buku masih belum
tergantikan, terutama dalam kapasitasnya sebagai sumber pustaka, sumber
pengetahuan, dan sumber informasi meskipun banyak jejaring media sosial yang
lebih praktis, seperti internet.
Sampai kapan pun, buku akan tetap jadi
primadona ilmu pengetahuan yang paling esensial bagi kemajuan peradaban
manusia. Sebuah buku mampu menghadirkan serpihan-serpihan sejarah yang tercecer
menjadi terang benderang; serpihan ilmu yang terserak menjadi serangkaian data
dan peristiwa yang berguna dalam memberdayakan kehidupan manusia.
Maka, sejarah peradaban manusia sangat
bergantung pada catatan masa silam yang sempat dibukukan dan menjadi sumber
informasi paling menentukan bagi masa depan kemanusiaan.
Petualangan
Intelektual
Sebuah buku lahir dari perkembangan kebutuhan
akan pentingnya komunikasi, informasi, dan kemampuan daya pikir manusia, serta
kelemahan daya tampung pikiran manusia yang sangat terbatas. Kebutuhan akan
lahirnya buku bukan berarti mengesampingkan media dan sumber pengetahuan lain,
melainkan karena memang tuntutan zaman: diperlukan sebuah media ideal yang
mampu menampung segala bentuk ilmu pengetahuan yang belum tertulis dan
dipublikasikan dalam satu kesatuan yang utuh.
Pada zaman kuno sebelum kita mengenal
peradaban buku, tradisi komunikasi masih mengandalkan kelisanan. Tak heran jika
penyampaian informasi, cerita-cerita, nyanyian, doa, ataupun syair masih
menggunakan media lisan dari mulut ke mulut. Sampai pada waktunya manusia mulai
memikirkan cara untuk menuangkan semua itu dalam tulisan. Maka, lahir apa yang
disebut buku kuno pada zaman ketika sarana ilmu pengetahuan belum begitu
memadai.
Bagi saya, peradaban buku menjadi ciri khas
kemajuan manusia di masa lampau. Di samping menyokong hubungan ilmu pengetahuan
secara luas, buku juga mencerminkan petualangan intelektual yang bisa
dibayangkan tanpa harus melihat secara langsung di mana peradaban manusia itu
berlangsung.
Peradaban buku sejak awal membuktikan
dahsyatnya kemajuan pemikiran manusia dalam menyongsong kehidupan yang lebih
dinamis dan progresif. Salah satu ciri masyarakat berperadaban adalah adanya
tulisan dan bahasa yang mewakili pemikiran manusia dalam menjalin interaksi
dengan manusia lain. Dari proses interaksi semacam itu lalu terciptalah
bangunan peradaban yang, antara lain, ditunjukkan melalui keberadaan buku kuno.
Apa yang disebut dengan buku kuno ketika
pertama dikenal belum seperti tulisan yang tercetak di atas kertas modern
seperti sekarang. Ia masih berbentuk tulisan-tulisan di atas keping-keping batu
(prasasti) atau di atas kertas terbuat dari daun papirus. Papirus adalah
tumbuhan sejenis alang-alang yang banyak tumbuh di tepi Sungai Nil.
Peneliti sejarah Lew Hee Meen (2000: 6) dalam
bukunya, Sejarah Peradaban Manusia, menyatakan bahwa tulisan pertama yang
tersusun secara alfabet ditemukan di Mesir pada 1800 SM. Bentuk huruf hieroglif
yang diperkenalkan bangsa Mesir Kuno berupa gambar-gambar dan biasanya
digunakan untuk menulis di kuil tentang harta dan upacara keagamaan. Pada
awalnya ditulis di atas kayu dan batu sebelum akhirnya ditulis di atas lembaran
papirus. Kertas papirus bertulis dan berbentuk gulungan ini yang disebut
sebagai bentuk awal buku atau buku kuno.
Pada perkembangan selanjutnya, dunia
perbukuan mengalami perubahan signifikan dengan diciptakannya kertas yang
sampai sekarang masih digunakan sebagai bahan baku penerbitan buku. Tak ayal
jika lembaran-lembaran kertas telah memantik lompatan besar dalam perkembangan
ilmu pengetahuan.
Melalui lembaran-lembaran kertas, beragam
pemikiran ditorehkan dan elaborasi ilmu pengetahuan pun mulai digalakkan.
Lompatan besar melalui kertas menghasilkan berjilid-jilid buku dan jadi cikal
bakal lahirnya sejumlah perpustakaan megah dalam sejarah peradaban manusia.
Kunci
Pembuka
Sejarah panjang pembuatan buku mencerminkan
perjuangan panjang manusia dalam mengubah peradaban dari zaman ke zaman.
Sekarang, dunia perbukuan sudah semakin modern, dengan desain yang menarik,
berwarna, tata letak yang bagus, pembuatan yang singkat, serta hasil yang
banyak. Bahkan, teknologi informasi baru sedang bergerak mengubah semua itu
melalui jaringan yang distributif dan tidak sentralistis.
Berkaca ke masa lalu, betapa membuat tulisan
untuk dibukukan itu memerlukan ketelitian, ketelatenan, kesabaran, dan
pengabdian yang total dengan segala keterbatasan sarana. Maka, hargailah buku
sebagai sumber ilmu pengetahuan. Membaca adalah kunci pembuka kemanfaatan
sebuah buku. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar