Senin, 05 Maret 2012

Pers Jangan Mudah Teralihkan


Pers Jangan Mudah Teralihkan
Asbari Nurpatria Kresna, WARTAWAN SENIOR
SUMBER : SINAR HARAPAN, 3 MARET 2012



Psywar atau psychological war atau perang urat syaraf sudah digunakan sejak zaman dulu. Caranya bermacam-macam dan menggunakan berbagai alat.
Di masa modern sekarang ini pun perang urat syaraf biasa digunakan untuk mengecoh masyarakat atas suatu masalah yang sedang terjadi dan mengalihkannya pada masalah-masalah lain.

Menggunakan budaya dan tradisi suatu bangsa yang dikalahkan agar bangsa itu tetap menghargai penakluk dilakukan Cyrus Agung. Mengawini bangsa dan menaklukkannya dilakukan atas perintah Alexander Agung agar Negara Baru Makedonia tetap menghargai Yunani. Jengis Khan pada abad ke-XIII juga menggunakan perang urat syaraf dalam menaklukkan negara lain.

Di masa modern, biasa digunakan pamflet, radio, surat kabar, atau lainnya. Penyerbuan Normandia di masa Perang Dunia II diawali perang urat syaraf juga di samping tipu daya militer.

Korupsi

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar kebijaksanaan antikorupsi. Sayang, kebijaksanaanya diintersep dan dilibas kader-kader Partai Demokrat (PD) yang mengangkatnya menjadi Presiden RI.

Pemberantasan korupsi sangat didukung sebagian besar rakyat Indonesia, kecuali para koruptor. Sayang, di dalam pemberantasan ini, satgas dan komisi-komisi dibentuk, bukannya merenovasi lembaga yang dianggap korup.

Akibatnya, beban negara makin berat, karena harus memberikan gaji pada anggota lembaga bentukan baru. Hasil korupsi tidak pernah diminta kembali dari para koruptor, walaupun para pelaku dijatuhi hukum penjara dan denda.

Untuk mempertahankan citra PD yang makin merosot, terpaksa SBY mengundang wartawan dan memimpin sendiri konferensi pers di Puri Cikeas pada 22 Januari 2012. Sesungguhnya masih ada orang lain yang dapat memimpin pertemuan dengan wartawan itu.

Maka benarlah kata seorang mahasiswa Universitas Dr Moetopo Beragama dalam acara Metro TV News “Sarasehan Anak Negeri” pada 9 Februari 2012, yang mengatakan, “Untuk keperluan negara, SBY membentuk satgas-satgas. Tetapi untuk kepentingan partainya, ia turun sendiri.”

Memang seorang presiden atau anggota DPR menduduki jabatannya karena partainya, tetapi setelah menjabat presiden atau anggota DPR haruslah lebih mementingkan bangsa dan rakyat negeri ini.

Sidak Wamenhukham

Masyarakat menilai macam-macam ketika Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenhukham) Prof Dr Denny Indrayana melakukan inspeksi dadakan ke Rumah Tahanan Cipinang, tempat Muhammad Nazaruddin ditahan dalam kasus korupsi Wisma Atlet.

Sebagai dosen Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, ia mendapat kesempatan baik setelah Presiden SBY mengangkatnya menjadi Staf Khusus Presiden bidang Hukum, HAM, dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Satgas Pemberantasan Mafia Hukum).

Setelah berhasil meringkus Gayus, Raja Mafia Pajak, Denny Indrayana diangkat menjadi Wamenhukham, walaupun bertentangan dengan Peraturan Presiden No 47/2009 yang mewajibkan Wamenhukham pegawai negeri karier eselon IA. Padahal Denny Indrayana baru eselon IIIC.

Namun dalang tidak kekurangan akal sehingga untuk keperluan itu dikeluarkanlah Peraturan Presiden Nomor 76/2011 yang mengubah peraturan sebelumnya. Ketua Mahkamah Mahfud MD mengatakan peraturan ini mengancam jenjang karier kepegawaian

Pada 6 Februari 2012 Denny dikukuhkan sebagai Profesor Hukum Konstitusi. Dalam orasinya ia mengucapkan terima kasih, antara lain kepada SBY yang memungkinkan dia menjadi profesor.

Dalam kapasitas sebagai Wamenhukham inilah Denny, dengan bantuan CCTV, dapat menjebak Muhammad Nasir, anggota Komisi III DPR, adik kandung Nazaruddin yang mengunjunginya di luar jam kunjungan. Ia melakukan inspeksi dadakan yang menurut pengakuannya dilakukan pada pukul 23.00, tetapi Nasir mengatakan pukul 21.00.

Sebagian besar rakyat menilai sidaknya ini psywar untuk mengalihkan perhatian rakyat banyak dan media yang menyorot terus menerus PD. Tindakannya ini dapatlah dimengerti, karena atasannya adalah tokoh dan mantan Sekretaris Dewan Kehormatan PD. Denny ingin membuktikan telah bekerja baik, seperti yang diinginkannya, dan menunjukkan baktinya kepada SBY.

Kasus ini mencuat dan menjadi perhatian pers dan media elektronika, serta online. Seperti telah dilakukan Cyrus Agung, Alexander Agung, dan Jengis Khan, psywar dapat diakhiri dengan mengalihkan perhatian pula.

Itulah sebabnya pers dan media elektronika jangan terpancing pada pengalihan masalah utama di dalaam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Teguh dan kukuhlah sampai akhir. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar