Menuntut
Kejujuran Politikus
Ahmad Maskur, JURNALIS LPM SOLIDARITAS,
AKTIVIS PMII SYARIAH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
AKTIVIS PMII SYARIAH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
SUMBER : SUARA KARYA, 7
Maret 2012
Rupanya panggung politik negeri ini, kini semakin seru dan
memanas. Sejumlah politisi dari partai politik masing-masing saling mencari
celah untuk menyindir kesalahan guna menggulingkan reputasi yang lain di mata
publik. Hal ini merupakan bagian dari langkah untuk memuluskan jalan guna
memenangkan Pemilu 2014 mendatang?
Dalam posisi seperti ini, partai-partai besar dan penguasa sangat
rawan. Kebohongan dan kebobrokannya akan dicari-cari untuk kemudian dibeberkan
di media. Partai yang mempunyai media, biasanya akan lebih tajam lagi
mengekspos kebohongan dan kejahatan yang dilakukan oleh politisi dari partai
lawannya. Media pun bisa jadi tidak fair. Dalam upaya menutupi kebohongan itu,
adakalanya partai yang kadernya bermasalah gemar melakukan 'pengalihan isu'.
Uakni, dengan membesar-besarkan kasus lain, sehingga seakan kesalahannya
tertutupi di mata publik.
Ketika kepentingan politik yang besar melingkupi media, maka perlu
dipertanyakan lagi keidealan pers. Kemerdekaan pers bisa saja disalahgunakan
hanya untuk tujuan politik tertentu. Sehingga, diharapkan kepada rakyat agar
lebih selektif dan harus bisa membaca muatan politik yang dibawa oleh setiap
media. Ini penting agar tidak diombang-ambingkan oleh pemberitaan.
Saling kecam dan menghujam seakan sudah menjadi hal yang lumrah.
Hal-hal macam ini mereka lakukan seakan tanpa salah. Mungkin bagi mereka,
'debat kusir' itu dianggap dapat menaikkan reputasinya. Sehingga, publik akan
tertarik padanya. Padahal, nyatanya berbanding terbalik dari anggapan itu.
Perseteruan sudah pasti terjadi. Meminjam istilah Gus Dur, 'bak
anak TK yang sedang beraksi'. Sehingga, rakyat pun menjadi korban. Korban
kemunafikan dan ketamakan politisi. Ambisius para penguasa untuk menduduki
jabatan telah melupakan mereka kalau saat ini mereka mempunyai amanah Allah
yang sangat besar, yaitu mengurusi, memakmurkan, dan menyejahterakan rakyat.
Reputasi Turun
Semakin para politisi saling menuding dan mengecam, reputasinya di
mata publik tidak akan bertambah baik melainkan akan semakin buruk. Kesalahan
tetap kesalahan dan kebaikan pun demikian. Rakyat kita saat ini bukanlah rakyat
terdahulu yang mudah diombang-ambingkan oleh isu publik. Rakyat sudah bisa
membaca dan memilah-milah mana berita yang bermuatan tujuan politik dan mana
yang tidak.
Semakin ia menutupi kesalahan yang sejak dahulu dan saat ini masih
dipertahankan, maka kesalahan itu akan semakin tampak jelas di mata rakyat.
Oleh karenanya, sebagai politisi yang tangguh sebaiknya sadarilah setiap
kesalahan yang lalu-lalu dan kemudian meminta maaflah kepada publik atas
kesalahannya.
Sungguh aneh dan memalukan, ketika mau melaksanakan pemilu lalu,
ada beberapa politisi yang menggembor-gemborkan kata-kata anti korupsi.
Ironisnya, justru malah saat ini dirinya sendiri yang terbelit kasus yang
sangat mendzolimi masyarakat itu. Di tengah kemelaratan dan berbagai persoalan
yang membelit masyarakat, sejumlah politisi diduga masih sempat-sempatnya
melakukan aksinya yang merugikan rakyat.
Ketika tindakan-tindakan semacam ini tidak segera dihentikan, maka
wajah politik akan segera hancur. Kewibawaan dan pamornya serta kemuliaannya
karena terkait dengan persoalan umat menjadi hilang.
Dicap Jelek
Rupanya kejujuran masih menjadi kata-kata yang ramai diceramahkan
di masjid-masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya. Kejujuran hanya sebagai
retorika yang tidak ada realisasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Begitu
pula para politisi kita, kata-kata manis nan menggiurkan seakan hanya menjadi
bumbu untuk menyedapkan tujuan politiknya, ketika pemilu akan dilangsungkan.
Uang dan berbagai benda kesukaan rakyat lainnya dibagi-bagikan
ketika hendak pelaksanaan pemilu. Sedangkan setelah menduduki jabatan kursi
empuk, mereka lupa akan tugas dan amanahnya, karena telah dibutakan dengan
buaian uang. Rupanya yang ada di benak mereka hanyalah mengembalikan modal yang
sudah dikeluarkan untuk pemenangan pemilu.
Bagaimanapun perbuatan politik semacam itu, pada akhirnya
merupakan tugas politik yang pada awalnya sangat mulya karena berkaitan dengan
masalah ummat, potretnya akan menjadi buram. Saat ini saja rakyat kita sudah
jenuh dengan sajian berita-berita politik yang kian memalukan.
Masyarakat sudah banyak menganggap pekerjaan politik adalah
pekerjaan haram begitu juga uang dari hasil politik. Karena ulah segelintir
politisi yang berkelakuan bejat sehingga semua politisi tak luput politisi yang
memang benar memperjuangkan hak rakyat pun harus menanggung risiko dicap jelek
dan merusak.
Ke depan dengan mengambil pelajaran dari kondisi perpolitikan
nasional di negeri ini, para politisi harus mengubah citra politik dengan sikap
baik dan penuh kejujuran dalam melakukan tugas yang diembannya. Layanilah
masyarakat dengan baik sehingga kepercayaan publik pada politik pun akan
menjadi pulih. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar