Rabu, 07 Maret 2012

Menuntut Kejujuran Politikus


Menuntut Kejujuran Politikus
Ahmad Maskur, JURNALIS LPM SOLIDARITAS,
AKTIVIS PMII SYARIAH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
SUMBER : SUARA KARYA, 7 Maret 2012



Rupanya panggung politik negeri ini, kini semakin seru dan memanas. Sejumlah politisi dari partai politik masing-masing saling mencari celah untuk menyindir kesalahan guna menggulingkan reputasi yang lain di mata publik. Hal ini merupakan bagian dari langkah untuk memuluskan jalan guna memenangkan Pemilu 2014 mendatang?

Dalam posisi seperti ini, partai-partai besar dan penguasa sangat rawan. Kebohongan dan kebobrokannya akan dicari-cari untuk kemudian dibeberkan di media. Partai yang mempunyai media, biasanya akan lebih tajam lagi mengekspos kebohongan dan kejahatan yang dilakukan oleh politisi dari partai lawannya. Media pun bisa jadi tidak fair. Dalam upaya menutupi kebohongan itu, adakalanya partai yang kadernya bermasalah gemar melakukan 'pengalihan isu'. Uakni, dengan membesar-besarkan kasus lain, sehingga seakan kesalahannya tertutupi di mata publik.

Ketika kepentingan politik yang besar melingkupi media, maka perlu dipertanyakan lagi keidealan pers. Kemerdekaan pers bisa saja disalahgunakan hanya untuk tujuan politik tertentu. Sehingga, diharapkan kepada rakyat agar lebih selektif dan harus bisa membaca muatan politik yang dibawa oleh setiap media. Ini penting agar tidak diombang-ambingkan oleh pemberitaan.

Saling kecam dan menghujam seakan sudah menjadi hal yang lumrah. Hal-hal macam ini mereka lakukan seakan tanpa salah. Mungkin bagi mereka, 'debat kusir' itu dianggap dapat menaikkan reputasinya. Sehingga, publik akan tertarik padanya. Padahal, nyatanya berbanding terbalik dari anggapan itu.

Perseteruan sudah pasti terjadi. Meminjam istilah Gus Dur, 'bak anak TK yang sedang beraksi'. Sehingga, rakyat pun menjadi korban. Korban kemunafikan dan ketamakan politisi. Ambisius para penguasa untuk menduduki jabatan telah melupakan mereka kalau saat ini mereka mempunyai amanah Allah yang sangat besar, yaitu mengurusi, memakmurkan, dan menyejahterakan rakyat.

Reputasi Turun

Semakin para politisi saling menuding dan mengecam, reputasinya di mata publik tidak akan bertambah baik melainkan akan semakin buruk. Kesalahan tetap kesalahan dan kebaikan pun demikian. Rakyat kita saat ini bukanlah rakyat terdahulu yang mudah diombang-ambingkan oleh isu publik. Rakyat sudah bisa membaca dan memilah-milah mana berita yang bermuatan tujuan politik dan mana yang tidak.

Semakin ia menutupi kesalahan yang sejak dahulu dan saat ini masih dipertahankan, maka kesalahan itu akan semakin tampak jelas di mata rakyat. Oleh karenanya, sebagai politisi yang tangguh sebaiknya sadarilah setiap kesalahan yang lalu-lalu dan kemudian meminta maaflah kepada publik atas kesalahannya.

Sungguh aneh dan memalukan, ketika mau melaksanakan pemilu lalu, ada beberapa politisi yang menggembor-gemborkan kata-kata anti korupsi. Ironisnya, justru malah saat ini dirinya sendiri yang terbelit kasus yang sangat mendzolimi masyarakat itu. Di tengah kemelaratan dan berbagai persoalan yang membelit masyarakat, sejumlah politisi diduga masih sempat-sempatnya melakukan aksinya yang merugikan rakyat.

Ketika tindakan-tindakan semacam ini tidak segera dihentikan, maka wajah politik akan segera hancur. Kewibawaan dan pamornya serta kemuliaannya karena terkait dengan persoalan umat menjadi hilang.

Dicap Jelek

Rupanya kejujuran masih menjadi kata-kata yang ramai diceramahkan di masjid-masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya. Kejujuran hanya sebagai retorika yang tidak ada realisasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula para politisi kita, kata-kata manis nan menggiurkan seakan hanya menjadi bumbu untuk menyedapkan tujuan politiknya, ketika pemilu akan dilangsungkan.

Uang dan berbagai benda kesukaan rakyat lainnya dibagi-bagikan ketika hendak pelaksanaan pemilu. Sedangkan setelah menduduki jabatan kursi empuk, mereka lupa akan tugas dan amanahnya, karena telah dibutakan dengan buaian uang. Rupanya yang ada di benak mereka hanyalah mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan untuk pemenangan pemilu.

Bagaimanapun perbuatan politik semacam itu, pada akhirnya merupakan tugas politik yang pada awalnya sangat mulya karena berkaitan dengan masalah ummat, potretnya akan menjadi buram. Saat ini saja rakyat kita sudah jenuh dengan sajian berita-berita politik yang kian memalukan.

Masyarakat sudah banyak menganggap pekerjaan politik adalah pekerjaan haram begitu juga uang dari hasil politik. Karena ulah segelintir politisi yang berkelakuan bejat sehingga semua politisi tak luput politisi yang memang benar memperjuangkan hak rakyat pun harus menanggung risiko dicap jelek dan merusak.

Ke depan dengan mengambil pelajaran dari kondisi perpolitikan nasional di negeri ini, para politisi harus mengubah citra politik dengan sikap baik dan penuh kejujuran dalam melakukan tugas yang diembannya. Layanilah masyarakat dengan baik sehingga kepercayaan publik pada politik pun akan menjadi pulih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar