Selasa, 06 Maret 2012

Kosongkan Cangkir Anda !


Kosongkan Cangkir Anda !
Muk Kuang, PROFESSIONAL TRAINER, PEMBICARA PENULIS
MESSAGES OF HOPE, AMAZING LIFE, THINK AND ACT LIKE A WINNER
SUMBER : SINDO, 6 Maret 2012



Pada suatu hari, seorang filsuf China menerima profesor dari sebuah universitas ternama yang datang kepadanya untuk mencari tahu tentangajarankebajikan (chinese wisdom).
Tetapi, sebelum sang filsuf menjelaskan, sang profesor mulai menjelaskan panjang lebar apa yang diketahuinya tentang segala hal,dan pendapatnya terhadap ilmuilmu yang ada. Belum sempat sang filsuf berbicara, sang profesor terus mengutarakan apa yang menjadi kehebatannya. Dengan tenang dan sambil mendengarkan,sang filsuf menuangkan teh ke cangkir profesor.

Melihat sang profesor yang masih terus berargumentasi mengenai pengetahuan yang ia miliki, sang filsuf juga terus menuangkan teh ke dalam cangkir profesor.Sang profesor yang melihat hal tersebut,langsung berkata “Cangkir ini sudah penuh,teh yang Anda tuangkan menjadi tumpah”.

Sambil tersenyum bijak, sang filsuf menjawab profesor tersebut “Sama seperti cangkir ini, Anda terlalu banyak pendapat, pandangan pribadi, dan menunjukkan kehebatan diri Anda.Bagaimana saya dapat mengajari Anda mengenai ajaran kebajikan, jika Anda sendiri tidak mau mengosongkan diri atau mengosongkan ‘cangkir’ Anda?” Cerita klasik di atas mungkin pernah Anda dengar sebelumnya.

Cerita yang menggambarkan realita yang terjadi pada sebagian besar kehidupan manusia. Sebut saja misalnya, dalam sebuah organisasi, banyak individu yang terkadang berpikir bahwa tidak perlu lagi mengikuti pelatihan, tidak perlu lagi membaca buku, tidak perlu lagi mengikuti seminar, tidak perlu lagi memperkaya diri dengan ilmu. Ada orang yang merasa paling tahu, paling berpengalaman, paling pintar, sehingga enggan untuk belajar dari orang lain.

Hidup adalah sebuah proses pembelajaran tiada henti. Kita dapat belajar dari pengalaman, belajar dari rekan kerja, belajar dari atasan, bahkan dari tim kita sendiri pun kita bisa belajar.Ketika kita memutuskan untuk mau belajar, maka kita juga harus bersedia mengosongkan “cangkir”kita. Mungkin kita memiliki segudang pengalaman, jauh lebih senior, dan telah banyak belajar dari beberapa buku.

Namun, ketika kita merasa yang paling hebat,paling super,paling tahu segalanya, sebenarnya pada saat itulah kita menutup diri untuk bertumbuh. Dennis Waitley pernah berkata “Never become so much of an expert that you stop gaining expertise. View life as a continuous learning experience”. Seperti ilustrasi cerita di atas, sang filsuf ingin mengatakan bahwa kita harus senantiasa mengosongkan “cangkir” kita jika kita mau belajar dan mendengarkan orang lain.

Apabila kita tetap berpegang teguh pada ego pribadi dan menutup diri rapat-rapat terhadap masukan,pelajaran,dan ilmu yang diberikan (entah itu lewat sebuah seminar, buku, maupun training), maka tentunya kita tidak akan mampu menerima pelajaran apa pun dari orang lain. Selalu ada hal positif yang dapat kita pelajari dari setiap kondisi maupun dari orang lain. Hanya, semua kembali kepada individu masing-masing, apakah bersedia membuka diri dan mendengarkan orang lain atau sebaliknya justru menyombongkan diri dengan kemampuan yang dimilikinya.

Hal yang sangat disayangkan adalah ketika seseorang merasa butuh baru mau belajar. Misalnya, ketika seorang siswa menghadapi ujian,baru mulai membuka kembali buku untuk dipelajari. Begitupun halnya dalam organisasi, ketika terjadi permasalahan internal, penjualan yang menurun, biasanya baru sibuk mencari pelatihan yang sesuai. Padahal, jika saja seseorang mau melengkapi dirinya lebih awal, mungkin masalah bisa sedikit diminimalkan.

Pengalaman saya memberikan beberapa pelatihan,ada peserta yang begitu antusias belajar meski sudah banyak sekali pengalaman yang ia terima sebelumnya, namun ia masih haus untuk belajar dari orang lain. Adapula peserta yang cukup unik, yaitu sama sekali merasa terpaksa ketika mengikuti sebuah pelatihan, merasa sudah tahu banyak dan menganggap tidak perlu lagi diberi pelatihan.

Entah Anda termasuk yang mana,tapi yang pasti lewat pelatihan yang pernah saya berikan, saya selalu menemukan tipe-tipe yang saya sebutkan. Seorang mentor pernah berkata kepada saya “Jika kamu merasa tidak perlu lagi belajar, sebenarnya saat itu pulalah kamu perlu segera mendapat pelajaran yang berguna”. Sebuah pepatah mengatakan “Di dunia ini terdiri dari dua jenis manusia, yakni manusia yang pembelajar dan manusia yang belum menjadi pembelajar”.

Manusia yang belum menjadi pembelajar melihat bahwa setelah lulus sekolah, maka proses belajar sudah selesai dan saatnya mencari uang. Manusia pembelajar melihat bahwa setelah lulus sekolah, proses belajar masih terus berjalan. Sebagian ciri pribadi pembelajar: mau mendengarkan orang lain,mau terlibat aktif dalam proses pengembangan diri, dengan rendah hati mau membuka diri untuk belajar dari orang lain.

Sebagian ciri pribadi yang belum menjadi pembelajar: selalu menganggap dirinya yang hebat, tidak pernah mau mendengarkan orang lain,menutup diri,menganggap proses belajar adalah sia-sia, merasa tahu segala-galanya. Pilihan ada di tangan Anda, mau mengosongkan “cangkir” Anda atau justru menganggap “cangkir” Anda selalu terisi penuh. Buat keputusan yang bijak!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar