Senin, 19 Maret 2012

Kontroversi RSBI


Kontroversi RSBI
A.M. Fatwa, ANGGOTA DPD RI DARI PROVINSI DKI JAKARTA
SUMBER : REPUBLIKA, 19 Maret 2012



Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) telah menjamur di kota besar seperti di Jakarta. Keberadaannya menimbulkan pro dan kontra pada banyak masyarakat. Yang pro beralasan antara lain bahwa RSBI/ SBI sesuai dengan semangat mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara, yang kontra antara lain menganggapnya bahwa RSBI/ SBI merupakan komersialisasi dan liberalisasi pendidikan.

Mereka juga beralasan bahwa RSBI/SBI menimbulkan diskriminasi dan menimbulkan kesenjangan dalam bidang pendidikan yang berdampak psikologis pada generasi muda.
Terlepas dari pro dan kontra itu, seyogianya masalahnya dikembalikan kepada tujuan pendidikan seperti diamanatkan dalam konstitusi. Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih jelas lagi ditegaskan pada Pasal 31 ayat 3 yang mengarahkan untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.

Agar tujuan dan sasaran lebih jelas lagi maka Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa pendidikan nasional ditujukan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan.

Apa yang digariskan dalam konstitusi dan perundang-undangan tersebut sangat jelas bahwa pendidikan bukan hanya menjadikan peserta didik pandai secara akademik atau intelektual dan bertaraf internasional. Pendidikan yang diharapkan harus memiliki “roh“ yang mengembangkan nilai-nilai bijak dan mengarahkan pada kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.

Kecerdasan emosional merupakan etika dalam berhubungan dengan orang lain, pribadi yang sensitif dan ketajaman jiwa yang penting untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan emosional memiliki dimensi sosial yang berfungsi sebagai etika dalam hubungannya dengan sesama manusia yang merupakan kemestian dalam kehidupan sebagai makhluk sosial dengan sikap kepedulian, kepekaan, dan menjaga solidaritas sosial.

Kecerdasan spiritual akan membimbing suara hati yang jernih yang mengarahkan kepada yang baik dan benar serta memberikan kekuatan moral, memberikan kepastian jawaban tentang sesuatu yang baik dan buruk. Yang benar dan salah dan bertanggung jawab terhadap hidup dan lingkungannya kepada Tuhan YME dan kemanusiaan.

Pada saat ini, dirasakan telah terjadi kemerosotan moral dan etika berbangsa dan bernegara. Publik sudah tahu maraknya korupsi, tindak kekerasan, kejahatan seks, gejolak di daerah, egoisme, hedonisme, dan sebagainya. Kondisi tersebut perlu diantisipasi maupun dicarikan solusi untuk menghadapinya. Internasionalisasi/ globalisasi mengandung hal-hal yang positif, namun juga membawa segi-segi negatif bagi bangsa Indonesia.

Dengan globalisasi diharapkan akan terjadi kovergensi, tetapi juga dapat menimbulkan devergensi. Bangsa Indonesia harus pandai-pandai menangkap dan memanfaatkan peluang dari segi-segi positifnya dan tetap berdiri pada nilai-nilai yang telah diikrarkan, dibela, dan dijunjung tinggi. Di tengah-tengah perubahan, bangsa Indonesia harus senantiasa mampu mengatasi dan mengendalikan perubahan demi kemajuan dan kejayaan bangsa, bukan ikut larut dalam hal-hal yang negatif dari dampak globalisasi.

Menghadapi globalisasi, bangsa Indonesia harus dapat tegak dengan memiliki kedaulatan di bidang politik, kemandirian bidang ekonomi, kepribadian dalam kebudayaan, dan memiliki daya lenting yang kuat dalam ketahanan nasional. Lebih dari itu, harus tetap memperkokoh jati diri dan pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 dan memperkokoh tegaknya NKRI dengan kebinekaannya.

Mencermati hal-hal tersebut, masa lah pendidikan bangsa menjadi sangat penting peranannya. Harus diakui bahwa pendidikan bertaraf internasional penting agar bangsa dapat bersaing. Bangsa harus menjadi pemenang dalam persaingan dunia yang kini mengglobal. Kita harus menjadi the winner, bukan the loser. “Indonesia jangan men jadi penonton, harus jadi bagian pelaku untuk kepentingan bangsa, negara, dan kemanusiaan sedunia.”

Dalam kaitan dengan RSBI/SBI harus diperhatikan sampai sejauh mana isi dalam kurikulum atau satuan acara perkuliahan. Apakah sudah me muat untuk mencapai tujuan pendidikan seperti diamanatkan dalam konstitusi? Seperti, untuk membangun karakter unggul bangsa. Jangan sampai adanya RSBI/SBI hanya membuat anak didik menjadi pandai secara akademik walaupun bertaraf internasional, tetapi harus memiliki keimanan, ketakwaan, moral, kepribadian, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, ketulusan, dan lebih penting lagi adalah memiliki jiwa dan semangat kebangsaan atau nasionalisme Indonesia. Mencapai prestasi dan kompetensi bertaraf internasional merupakan hal yang sangat baik, tetapi jangan sampai tercerabut dari ”akar” jati diri sebagai bangsa Indonesia.

1 komentar:

  1. RSBI dan MUTU

    RSBI sesungguhnya dipahami oleh sekolah penyelenggra program sebagai suatu strategi peningkatan mutu pendidikan. Mutu yang difokuskan pada peningkatan input, proses, maupun output sekolah sehingga sekolah mampu mengembangkan potensi daya fikir, daya kalbu, dan daya fisik siswa secara optimal). Melalui RSBI sekolah melaksanakan inovasi dalam pengelolaan sekolah dalam rangka mewujudkan layanan prima sesuai dengan tuntutan landasan yuridis di bidang pendidikan, kebutuhan masyarakat setempat di tingkal lokal, nasional, dan global.

    Meskipun diwarnai kontroversi, namun sebenarnya melalui program RSBI telah tumbuh semangat di sekolah - sekolah untuk memperbaiki kualitas layanannya dan tidak semua sekolah menarik biaya yang tinggi.

    Sebagai satu kasus, di SMA 1 Wonosari, sebuah sekolah di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai RSBI sekolah ini telah memberikan layanan pendidikan murah (gratis) pada 102 murid yang berprestasi dan dari keluarga kurang mampu (data per Maret 2012) dari secara total jumlah siswa yang menerima beasiswa mencapai 153 siswa dari 610 siswanya dan secara keseluruhan orang tua wali yang memiliki penghasilan kurang dari 2 juta rupiah sebanyak 183 orang. Mereka yang memperoleh beasiswa mendapat bantuan beasiswa antara 50 s/d 90% dari beban biaya pendidikan yang harus orang tua / wali tanggung.

    Dilihat dari SPP siswa membayar Rp. 235.000,- per bulan dan sumbangan pendidikan awal tahun Rp. 1.750.000,- ( bandingkan ini dengan sekolah - sekolah non RSBI yang menarik dana lebih dari itu... ).

    Fokus utama peningkatan mutu di SMA ini ditujukan pada peningkatan kualitas layanan proses pembelajaran dan pengembangan diri (SKL/Isi/Proses/Penilaian)di dukung dengan tersedianya tenaga pendidik dan kependidikan yang semakin meningkat kualitasnya, sistem manajemen yang efektif dan efisien, sarana dan prasarana yang dikembangkan berdasar analisis kebutuhan program dan layanan pendidikan, dan pengelolaan biaya yang dilaksanakan secara transparan, akuntabel, efisien, efektif, dan sustainibel.

    Dampak apa yang kemudian di peroleh oleh siswa dan sekolah.

    Dalam 3 tahun terakhir secara statistik dan menurut data yang tersedia di sekolah ini :

    1. Jumlah siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu yang dilayani setiap tahun meningkat (102 siswa gratis dari 153 yang memperoleh beasiswa).
    2. Akreditasi mencapai 97,06 (A)
    3. Prestasi akademis meningkat hingga pada tahun terakhir ini seluruh rerata nilai UN terkategori A, / lulus : 100% ,/ keterterimaan di PT favorit > 90%, dan mengikuti OSN hingga level nasional pada mata pelajaran Biologi dan Komputer.
    4. Prestasi seni siswa meningkat mencapai tingkat nasional (Kriya dan poster). Sekolah menyelenggarakan Pekan Seni, Ilmiah, Bahasa, dan Teknologi. Siswa menampilkan seni budaya daerah dan nasional baik itu musik maupun tari.(RSBI berbasis budaya lokal).
    5. Prestasi bidang keagamaan meningkat hingga mencapai tingkat nasional. Kehidupan keagamaan di sekolah semakin mendorong peningakatn keimanan dan ketakwaan siswa melalui berbagai kegiatan sekolah seperti pembacaan kitab uci Al Qur'an dan yang lain pada hari Jum'at.
    6. Kegiatan pengembangan karakter siswa yang intensif dan beragam.
    7. Kondisi sarana sesuai dengan kebutuhan meningkat secara bertahap(IT, perpustakaan digital, laboratorium, dan sarana pendukung pengembangan diri siswa)
    8. Peningkatan kapasitas tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan dalam kualifikasi akademik maupun dalam profesionalisme kerjanya dan kinerjanya.

    Melalui itulah sasaran tujuan pendidikan nasional dicapai oleh sekolah. RSBI agar dipahami sebagai rintisan. Apabila pun rintisan itu, tidak secepat yang diharapkan tentu bukan berarti program tersebut tidak berarti bagi pengembangan sekolah dan peningkatan mutu pendidikan.

    Bagi sekolah ini, banyak hal yang telah mengalami perubahan dan peningkatan. Sekolah ini telah berkembang dengan karakternya, yang mungkin berbeda dengan RSBI yang lain dan sekolah non RSBI yang lain.

    Ujung - ujungnya adalah layanan siswa ....

    (Suryanto)

    BalasHapus