Flu
Singapura:
Tak
Perlu Cemas, namun Waspada
Mangku Sitepoe, ANGGOTA
PDHI DAN IDI
SUMBER : SINAR HARAPAN, 14 Maret 2012
Beberapa waktu lalu (dan sampai kini) di
Indonesia sempat dikabarkan berjangkit sebuah penyakit yang disebut sebagai flu
singapura, yang banyak menerpa anak-anak. Ciri penyakit itu adalah muncul
sariawan di mulut, ada bintil-bintil seperti cacar air di seputar telapak kaki
dan tangan yang kemudian membesar.
Sesungguhnya penyakit ini tidaklah
membahayakan, namun ketika menjangkiti anak-anak tentulah menimbulkan
kepanikan, sehingga ada baiknya kita mengenalnya lebih jauh.
Beberapa tahun lalu penyakit flu singapura
itu sudah pernah diramaikan di Indonesia, yakni pada awal Mei 2008 ketika
banyak dibahas mengenai Enterovirus 71, salah satu dari virus penyebab penyakit
Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit tangan, kaki dan mulut pada
manusia.
Pada hewan sebelumnya telah lama dijumpai
penyakit Foot and Mouth Disease (FMD tanpa H) atau penyakit mulut dan kuku
(PMK) dengan penyebab virus yang serupa yaitu famili Piconaviride dan
genus Enterovirus dengan tipe A, O dan C yang juga dapat menyerang
manusia. PMK termasuk penyakit zoonosis, penyakit hewan yang
ditularkan ke manusia.
Indonesia telah bebas penyakit mulut dan kuku
(FMD) pada hewan. Kalau begitu, mengapa penyakit HFMD masih tetap berjangkit di
kalangan anak-anak di Indonesia?
Meski penyakit tangan, kaki dan mulut itu
bersifat self limitating disease atau penyakit sembuh sendiri, tetaplah
harus diwaspadai. Ini karena China pada 2008 juga pernah mengalami wabah HFMD
yang disebabkan Enterovirus 71, dengan sebutan penyakit
Enterovirus 71 (EV-71).
Sejumlah 24.932 orang (terutama anak-anak)
terterpa dan yang meninggal 34 orang. Ketika sempat muncul kekhawatiran, apakah
EV-71 itu akan menjadi sumber pandemi, mengingat di beberapa negara seperti
Singapura, Vietnam, dan Indonesia HFMD hanya merupakan penyakit self
limitating.
Sejarah HFMD
Pada 1949 telah diisolasi virus dari tinja
anak-anak menderita paralisa di Kota Coxackie, Amerika Serikat. Tahun 1957 di
Kanada mewabah penyakit vesicular stomatis diikuti adanya exanthema di
tangan dan kaki pada anak-anak.
Sesudah diisolasi virus penyebabnya adalah
Coxackie tipe A 16. Kemudian diikuti wabah vesicular stomatis yang
diikuti exanthema di tangan dan kaki pada anak-anak. Sesudah diisolasi
virus penyebab juga Coxackie tipe A 16.
Ketika penyakit dengan gejala serupa
berjangkit di Inggris mulai saat itu penyakit stomatis vesicular disebut
hand foot and mouth disease (HFMD). Penyebab HFMD adalah
virus coxackie anggota dari jenis enterovirus dan famili dari Picornaviridae.
Wabah dari HFMD di dunia selalu disebabkan virus Coxackie Tipe 16 dan
Enterovirus 71 yang dominan.
Oleh badan kesehatan dunia WHO penyakit itu
diberi kode ICD-9 074.3; ICD-10 B08.4. Penyakit yang pernah mewabah di China
adalah HFMD, disebabkan Enterovirus 71.
Beberapa tahun yang lalu di Singapura
dijumpai banyak kasus HFMD pada anak-anak berumur di bawah 10 tahun, dan
umumnya itu menerpa anak-anak yang sering bepergian ke tempat keramaian
misalnya supermarket.
Penyakit itu kemudian juga menjalar ke
Indonesia menurut laporan para dokter spesialis anak berdasarkan gejala
klinisnya. Namun, karena merupakan penyakit yang masuk kategori self
limitating disease maka penyakit itu tidak mendapat perhatian di Indonesia.
Sejumlah pakar kesehatan mengatakan penyakit
HFMD (kemungkinan hanya berdasarkan gejala klinis tanpa mengisolasi jenis
virusnya) telah lama dijumpai di Nusantara dan telah ditangani berbagai rumah
sakit. Penyakitnya sembuh total tanpa menyebabkan kematian.
Kenali HFMD
Pada wabah HFMD penyebab dominannya adalah
Enterovirus 71 dan Coxsackie A16, namun ada pula penyebabnya berupa virus
coxsackie dengan tipe A 4-7, A9, A10, B2 dan B5.
Penyakit ini punya masa inkubasi 3-6 hari,
ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan hidung atau dari tinja yang
telah menjadi droplet. Jadi, belum pernah ada laporan penyakit ini menular
melalui gigitan insek, melalui makanan atau melalui air.
Mereka yang rentan tertular adalah anak-anak
di bawah umur 10 tahun melalui penularan juga antaranak-anak. Pada orang dewasa
juga dijumpai, tetapi tanpa memberikan gejala atau yang disebut asimptomatis.
Gejala klinis flu singapura adalah suhu tubuh
penderita sedikit meningkat, merasa tidak enak badan, perut sakit dan gangguan
pernapasan. Sukar makan, mulai muncul adanya erymateus macula dan popula
yang kemudian menjadi vesicular di daerah mulut.
Lesi pada lidah merah dan radang yang
menimbulkan rasa sakit akan hilang dalam kurun waktu lima hari. Lesi berikutnya
dijumpai pada tangan bagian atas (dorsal) dari telapak tangan yang disusul pada
kaki bagian atas telapak kaki. Dimulai bintik merah kemudian popula dan pecah
menjadi vesicular; dan menghilang sesudah 7-10 hari.
Di negara-negara yang iklimnya subtropis
virus coxsackie memperlihatkan gejala keganasan dibandingkan dengan negara
tropis. Di Jepang dilaporkan HFMD yang disebabkan Enterovirus 71 menimbulkan
gangguan neurologis. Di negara tropis seperti Indonesia penyakit HFMD bisa sembuh
sendiri.
Demi mencegah terpapar penyakit ini,
sebaiknya anak-anak dihindarkan dari mendatangi tempat keramaian seperti ke
mal, dan khusus pada anak-anak balita apalagi bayi, sebaiknya tetap berada di
dalam kereta bayi. Lalu budayakan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
membiasakan cuci tangan dan tindakan higienis lainnya.
PMK pada Hewan
FMD (foot and mouth disease) atau
penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan juga disebabkan enterovirus dari
famili Piconaviridae, sehingga bisa menular ke manusia atau penyakit
zoonis.
Indonesia telah bebas dari PMK sejak 1991.
Kalau ada kebijakan mengimpor “daging” (termasuk jeroan) dari negara-negara
yang masih berjangkit PMK maka potensi penyakit tersebut menular pada manusia
juga sangat besar.
Misalnya, OIE (Organisasi Kesehatan Hewan
Sedunia) pada Februari 2008 melalui artikel 2.2.10.22 dari OIE melarang ekspor
daging dari negara-negara yang belum bersih PMK. Di Indonesia masih berlaku
Staatsblad 1912 no.432 Pasal 3 yang melarang importasi daging jeroan dari negara
yang tertular PMK.
Jadi, selain kita harus waspadai Enterovirus
71 atau HFMD yang berasal dari China, pemerintah juga sebaiknya tidak
membiarkan importasi “daging” (yang memasukkan pula jeroan) sapi dari
negara-negara yang belum bersih dari PMK. Hal itu demi mengurangi risiko
ancaman mewabahnya penyakit FMD baik pada hewan maupun pada manusia. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar