Kamis, 15 Maret 2012

Flu Singapura: Tak Perlu Cemas, namun Waspada


Flu Singapura:
Tak Perlu Cemas, namun Waspada
Mangku Sitepoe, ANGGOTA PDHI DAN IDI    
SUMBER : SINAR HARAPAN, 14 Maret 2012



Beberapa waktu lalu (dan sampai kini) di Indonesia sempat dikabarkan berjangkit sebuah penyakit yang disebut sebagai flu singapura, yang banyak menerpa anak-anak. Ciri penyakit itu adalah muncul sariawan di mulut, ada bintil-bintil seperti cacar air di seputar telapak kaki dan tangan yang kemudian membesar.

Sesungguhnya penyakit ini tidaklah membahayakan, namun ketika menjangkiti anak-anak tentulah menimbulkan kepanikan, sehingga ada baiknya kita mengenalnya lebih jauh.
Beberapa tahun lalu penyakit flu singapura itu sudah pernah diramaikan di Indonesia, yakni pada awal Mei 2008 ketika banyak dibahas mengenai Enterovirus 71, salah satu dari virus penyebab penyakit Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit tangan, kaki dan mulut pada manusia.

Pada hewan sebelumnya telah lama dijumpai penyakit Foot and Mouth Disease (FMD tanpa H) atau penyakit mulut dan kuku (PMK) dengan penyebab virus yang serupa yaitu famili Piconaviride dan genus Enterovirus dengan tipe A, O dan C yang juga dapat menyerang manusia. PMK termasuk penyakit zoonosis, penyakit hewan yang ditularkan ke manusia.

Indonesia telah bebas penyakit mulut dan kuku (FMD) pada hewan. Kalau begitu, mengapa penyakit HFMD masih tetap berjangkit di kalangan anak-anak di Indonesia?
Meski penyakit tangan, kaki dan mulut itu bersifat self limitating disease atau penyakit sembuh sendiri, tetaplah harus diwaspadai. Ini karena China pada 2008 juga pernah mengalami wabah HFMD yang disebabkan Enterovirus 71, dengan sebutan penyakit Enterovirus 71 (EV-71).

Sejumlah 24.932 orang (terutama anak-anak) terterpa dan yang meninggal 34 orang. Ketika sempat muncul kekhawatiran, apakah EV-71 itu akan menjadi sumber pandemi, mengingat di beberapa negara seperti Singapura, Vietnam, dan Indonesia HFMD hanya merupakan penyakit self limitating.

Sejarah HFMD

Pada 1949 telah diisolasi virus dari tinja anak-anak menderita paralisa di Kota Coxackie, Amerika Serikat. Tahun 1957 di Kanada mewabah penyakit vesicular stomatis diikuti adanya exanthema di tangan dan kaki pada anak-anak.

Sesudah diisolasi virus penyebabnya adalah Coxackie tipe A 16. Kemudian diikuti wabah vesicular stomatis yang diikuti exanthema di tangan dan kaki pada anak-anak. Sesudah diisolasi virus penyebab juga Coxackie tipe A 16.

Ketika penyakit dengan gejala serupa berjangkit di Inggris mulai saat itu penyakit stomatis vesicular disebut hand foot and mouth disease (HFMD). Penyebab HFMD adalah virus coxackie anggota dari jenis enterovirus dan famili dari Picornaviridae. Wabah dari HFMD di dunia selalu disebabkan virus Coxackie Tipe 16 dan Enterovirus 71 yang dominan.
Oleh badan kesehatan dunia WHO penyakit itu diberi kode ICD-9 074.3; ICD-10 B08.4. Penyakit yang pernah mewabah di China adalah HFMD, disebabkan Enterovirus 71.

Beberapa tahun yang lalu di Singapura dijumpai banyak kasus HFMD pada anak-anak berumur di bawah 10 tahun, dan umumnya itu menerpa anak-anak yang sering bepergian ke tempat keramaian misalnya supermarket.

Penyakit itu kemudian juga menjalar ke Indonesia menurut laporan para dokter spesialis anak berdasarkan gejala klinisnya. Namun, karena merupakan penyakit yang masuk kategori self limitating disease maka penyakit itu tidak mendapat perhatian di Indonesia.

Sejumlah pakar kesehatan mengatakan penyakit HFMD (kemungkinan hanya berdasarkan gejala klinis tanpa mengisolasi jenis virusnya) telah lama dijumpai di Nusantara dan telah ditangani berbagai rumah sakit. Penyakitnya sembuh total tanpa menyebabkan kematian.

Kenali HFMD

Pada wabah HFMD penyebab dominannya adalah Enterovirus 71 dan Coxsackie A16, namun ada pula penyebabnya berupa virus coxsackie dengan tipe A 4-7, A9, A10, B2 dan B5.

Penyakit ini punya masa inkubasi 3-6 hari, ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan hidung atau dari tinja yang telah menjadi droplet. Jadi, belum pernah ada laporan penyakit ini menular melalui gigitan insek, melalui makanan atau melalui air.

Mereka yang rentan tertular adalah anak-anak di bawah umur 10 tahun melalui penularan juga antaranak-anak. Pada orang dewasa juga dijumpai, tetapi tanpa memberikan gejala atau yang disebut asimptomatis.

Gejala klinis flu singapura adalah suhu tubuh penderita sedikit meningkat, merasa tidak enak badan, perut sakit dan gangguan pernapasan. Sukar makan, mulai muncul adanya erymateus macula dan popula yang kemudian menjadi vesicular di daerah mulut.

Lesi pada lidah merah dan radang yang menimbulkan rasa sakit akan hilang dalam kurun waktu lima hari. Lesi berikutnya dijumpai pada tangan bagian atas (dorsal) dari telapak tangan yang disusul pada kaki bagian atas telapak kaki. Dimulai bintik merah kemudian popula dan pecah menjadi vesicular; dan menghilang sesudah 7-10 hari.

Di negara-negara yang iklimnya subtropis virus coxsackie memperlihatkan gejala keganasan dibandingkan dengan negara tropis. Di Jepang dilaporkan HFMD yang disebabkan Enterovirus 71 menimbulkan gangguan neurologis. Di negara tropis seperti Indonesia penyakit HFMD bisa sembuh sendiri.

Demi mencegah terpapar penyakit ini, sebaiknya anak-anak dihindarkan dari mendatangi tempat keramaian seperti ke mal, dan khusus pada anak-anak balita apalagi bayi, sebaiknya tetap berada di dalam kereta bayi. Lalu budayakan perilaku hidup bersih dan sehat, serta membiasakan cuci tangan dan tindakan higienis lainnya.

PMK pada Hewan

FMD (foot and mouth disease) atau penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan juga disebabkan enterovirus dari famili Piconaviridae, sehingga bisa menular ke manusia atau penyakit zoonis.

Indonesia telah bebas dari PMK sejak 1991. Kalau ada kebijakan mengimpor “daging” (termasuk jeroan) dari negara-negara yang masih berjangkit PMK maka potensi penyakit tersebut menular pada manusia juga sangat besar.

Misalnya, OIE (Organisasi Kesehatan Hewan Sedunia) pada Februari 2008 melalui artikel 2.2.10.22 dari OIE melarang ekspor daging dari negara-negara yang belum bersih PMK. Di Indonesia masih berlaku Staatsblad 1912 no.432 Pasal 3 yang melarang importasi daging jeroan dari negara yang tertular PMK.

Jadi, selain kita harus waspadai Enterovirus 71 atau HFMD yang berasal dari China, pemerintah juga sebaiknya tidak membiarkan importasi “daging” (yang memasukkan pula jeroan) sapi dari negara-negara yang belum bersih dari PMK. Hal itu demi mengurangi risiko ancaman mewabahnya penyakit FMD baik pada hewan maupun pada manusia. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar