Selasa, 17 Januari 2012

Mengapresiasi Mobil Esemka


Mengapresiasi Mobil Esemka
Abdul Haris, KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL, KOTA DEPOK,
ALUMNUS CARNEGIE MELLON UNIVERSITY, AS
Sumber : SUARA KARYA, 17 Januari 2012



Fenomena mobil Kiat Esemka sangat menarik dan bisa menjadi contoh kasus predikat good job, excellent job atau malah 'cibiran'? Dengan berhasilnya siswa SMK di Solo, Jateng merakit mobil Esemka, seyogianya predikat good job atau excellent yang semestinya diperoleh. Tetapi, kejadian di Republik ini terbalik. Ada memang pihak yang mengapresiasi dan memuji, tetapi juga tidak sedikit 'cibiran' atau keraguan yang datang secara bersamaan dari kalangan yang berbeda.

Mengapa fenomena ini menarik untuk dibicarakan? Karena, fenomena ini menyangkut karakter, motivasi dan kemajuan berpikir suatu individu atau masyarakat atau bahkan suatu bangsa. Betapa tidak, sekelompok siswa SMK yang telah berhasil membuat mobil, direspon dengan positif oleh sebagian kalangan. Antara lain, Walikota Solo yang dengan sukarela menggunakan mobil tersebut sebagai kendaraan dinasnya sebagai salah satu bentuk apresiasi nyata terhadap hasil kreasi anak bangsa.

Sementara sebagian kalangan lainnya justru 'mencibir' hal itu dengan anggapan bahwa itu adalah sesuatu yang tidak pantas. Dan, ada juga sebagian yang meragukan kelayakan mobil tersebut, padahal belum melihat, apalagi menggunakannya. Bukankah sikap macam ini sama saja dengan tidak menghargai karya anak bangsa?

Marilah kita bandingkan dengan suatu contoh baik yang terjadi di suatu bangsa yang lain, katakanlah di Amerika Serikat (AS). Seorang siswa yang mengerjakan latihan membuat karya dalam mata pelajaran tertentu, lantas dinilai oleh gurunya. Biasanya apa pun hasilnya diberi nilai antara good job dan excellent. Siswa yang membuatnya dengan hasil terburuk pun akan diberi predikat good job. Sedangkan siswa yang mengerjakan dengan hasil sangat baik akan mendapatkan predikat excellent. Semuanya ditulis besar pada kertas hasil pekerjaan mereka. Tentu, semua ini akan mempunyai makna tersendiri.

Mengapa demikian? Karena, yang pertama dihargai adalah niat baik dan upayanya mengerjakan pekerjaan tersebut. Yang kedua, untuk memberikan semangat kepada yang bersangkutan hingga dapat mengerjakan perbaikan jika ada kesalahan, atau memberi semangat untuk mengerjakan pekerjaan lainnya. Dengan demikian, diharapkan dorongan itu akan menciptakan produktivitas dan kemajuan berkarya. Jika tidak demikian, maka yang akan terjadi adalah sebaliknya, seperti demotivasi, deproduktivitas, dan kemunduran berkarya.

Oleh karena itu, respon secara proporsional dan konstruktif terhadap karya anak bangsa semacam siswa SMK dan kelompoknya perlu dikemukakan. Demikian pula terhadap produk hasil karya mereka pun perlu dihargai. Caranya dengan memberikan dorongan, semangat dan apresiasi terhadap inisiatif dan upaya mereka, dan kemudian terhadap hasil karya mereka. Terlepas dari apakah proses maupun hasilnya sempurna atau tidak, yang jelas sudah ada produknya. Kemudian, keberpihakan terhadap produknya melalui pembelaan konkrit, di antaranya dengan mempromosikan produknya, dan akan lebih baik lagi kalau bisa dan mampu untuk menggunakannya. Sikap dan tindakan optimis ini telah diberikan oleh Walikota Solo atas kehadiran mobil Esemka.

Bagaimanapun kita perlu menghindari atau paling tidak, lebih membatasi untuk menggunakan mobil impor, jika kita sudah memiliki mobil nasional. Karena, hal itu akan memberikan kemudahan, menghindarkan persoalan ekonomi, dan menguntungkan banyak pihak.

Kurangi Pengangguran

Produksi mobil nasional akan menciptakan kesempatan kerja dan menyerap tenaga kerja yang otomatis dapat mengurangi pengangguran, salah satu persoalan nasional yang sangat krusial saat ini. Pengurangan pengangguran dapat dipastikan akan berdampak bisa mengurangi kemiskinan. Sementara pengurangan pengangguran dan kemiskinan tentunya akan mencegah terjadinya kriminalitas seperti yang kini kian marak terjadi.

Begitu juga dari suku cadang, kalau bisa memakai produk lokal sudah barang tentu akan menghidupkan perekonomian bangsa sendiri. Sekaligus, menambah kesempatan kerja. Bukankah kalau membeli mobil impor hanya akan memperburuk neraca perdagangan negara? Apalagi, kalau sampai impor lebih besar, tanpa diimbangi dengan peningkatan ekspor yang lebih tinggi. Di lain pihak, produk mobil nasional dengan harga yang lebih murah, tentu akan meringankan beban masyarakat yang menggunakannya.

Akhirnya, untuk mengurangi pemiskinan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan devisa negara, hasil karya anak bangsa seperti mobil Esemka dan produk lain yang sejenis perlu didukung dan didorong pengembangannya. Dalam hal ini, dukungan pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha sangat diperlukan, baik dari segi produksi, promosi, maupun penggunaannya. Harus dihindari berbagai komentar sinis, sikap pesimis dan tindakan destruktif yang dapat melemahkan mental anak-anak bangsa dalam berkarya hingga berdampak dapat menghambat produksi dan perkembangan mobil nasional.

Saat ini banyak anggota masyarakat, pejabat, dan selebritis beramai-ramai memesan mobil Esemka. Bahkan muncul desakan untuk memproduksi Esemka secara massal sebagai cikal bakal mobil nasional. Apalagi, pelajar SMK yang ada yakin mampu memproduksi mobil Esemka dalam jumlah besar, melalui kerja sama antar-SMK dengan industri dan pemerintah.

Pemerintah pun rasa-rasanya perlu membantu investasi peralatan teknologi terbaru untuk pembuatan Esemka ke depan agar lebih sempurna, sekaligus untuk melengkapi peralatan yang sudah ada di SMK. Dengan demikian, Esemka dapat diproduksi secara massal sehingga dapat memenuhi kebutuhan bangsa sendiri, menuju kemandirian bangsa Indonesia. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar