Minggu, 06 Oktober 2013

“Parenting” yang Ideal, Adakah?

“Parenting” yang Ideal, Adakah?
Agustine Dwiputri  ;  Penulis Rubrik Konsultasi Psikologi Kompas
KOMPAS, 06 Oktober 2013


Beberapa pertanyaan sering diajukan dalam ceramah yang berkait dengan pembinaan keluarga: bagaimana menjadi orangtua yang baik, cara mengasuh anak secara ideal, termasuk meningkatkan prestasi sekolah anak. Semua ini tercakup dalam kegiatan ”parenting”.

Menurut para ahli psikologi perkembangan, tidak mudah mencari padanan kata ”parenting” dalam bahasa Indonesia sebab menjadi orangtua itu bukan sekadar kegiatan mengasuh anak, tetapi juga tercakup di dalamnya interaksi timbal balik antara anak dan orangtuanya. Yang pasti, parenting adalah suatu profesi di mana kebanyakan orangtua sama sekali tidak mendapat pelatihan dan persiapan sebelumnya.
Memang sudah ada ribuan studi mengenai parenting yang dilakukan selama 50 tahunan terakhir ini, tetapi hanya sedikit dari pengetahuan tersebut yang sebenarnya memengaruhi apa yang orangtua masa kini lakukan. Nasihat mengenai cara mengasuh anak sering kontradiktif dan berubah secara drastis dengan berjalannya waktu. Misalnya, apakah baik menyekolahkan anak sedini mungkin, apakah kualitas waktu bersama anak adalah sesuatu yang paling penting, apakah kita harus bersikap sama terhadap setiap anak, dan sebagainya.
Mari kita renungkan lima pelajaran mendasar berdasarkan pandangan para lanjut usia yang tergolong bijaksana mengenai parenting, yang berhasil disimpulkan oleh Karl Pillemer PhD, seorang profesor ahli human development di Cornell University (2011). Pelajaran ini tidak menjamin kita akan menjadi orangtua yang hebat, tetapi dapat membantu kita terhindar dari berbagai kesalahan yang serius.
Lima pelajaran dasar
1. Semuanya adalah mengenai waktu
Menurut orang bijak, gunakan lebih banyak waktu bersama anak-anak Anda. Jika perlu berkorban untuk itu. Dalam kehidupan masa kini di mana orangtua sibuk bekerja dan berkarier, sering terjadi masalah dalam relasi orangtua dan anak-anak yang masih kecil. Untuk memperbaikinya, tidak ada kontribusi pengganti yang lebih ampuh, selain waktu dari orangtuanya.
Anak-anak tidak begitu menginginkan uang Anda (atau yang dapat dibeli dengan uang itu) dibandingkan dengan menginginkan Anda bersama mereka. Anda dan anak Anda harus bersama-sama dalam arus kehidupan rumah tangga sehari-hari dan tidak hanya pada saat yang direncanakan sebagai ”waktu yang berkualitas”. Jadi, kuantitas waktu bersama mereka sama pentingnya dengan kualitas. Waktu untuk berbicara, berbagi rahasia, dan saling berhubungan.
2. Adalah normal untuk memiliki anak favorit, tetapi jangan pernah memperlihatkannya
Norma budaya mengatakan bahwa orangtua harus membagi cinta secara adil pada semua anaknya. Namun, banyak penelitian mengenai parental favoritism menunjukkan bahwa kebanyakan ibu ataupun ayah mempunyai pilihan mana anak yang lebih dapat mereka ajak berdiskusi, mana yang kurang menimbulkan rasa nyaman. Hal ini sebenarnya sangat manusiawi dan wajar. Memang, jika hal ini dibuka secara jelas pada anak-anak, dapat menjadi sumber masalah, seperti persaingan antarsaudara. Karenanya, cobalah untuk menerima bahwa Anda mungkin memiliki favorit di antara anak-anak Anda, tetapi jangan pernah membiarkan mereka mengetahuinya.

3. Jangan memukul anak
Upayakan mendisiplinkan anak-anak dengan cara penuh kasih dan penghargaan dengan tidak memberikan hukuman fisik meski acap kali Anda sangat tidak tahan untuk melakukannya. Nasihat baik yang bersifat universal adalah cintailah anak Anda, berhati-hatilah jangan sampai memanjakan, dan secara tegas menanamkan nilai moral dan etika Anda.
4. Hindari keretakan hubungan
Lakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk menghindari keretakan yang menetap dalam hubungan dengan anak, bahkan jika ada peristiwa hebat yang membutuhkan kompromi dari pihak orangtua. Anak yang sudah remaja atau lebih dewasa dapat saja terlibat dalam tingkah laku negatif yang membuat orangtua sangat bermasalah. Orangtua perlu mengambil tindakan segera untuk mengatasi keretakan ini.
5. Berpandangan seumur hidup dalam membina hubungan
Masa menjadi orangtua berlangsung lama dan berkelanjutan sepanjang hidup. Karenanya, membuat keputusan yang tepat ketika anak masih kecil/muda akan mengarah pada hubungan yang positif di kehidupan Anda setelah mereka meninggalkan rumah.
Tidak ada orangtua sempurna
Secara logis, kebanyakan dari kita sudah menyadari kesia-siaan untuk menciptakan anak yang sempurna. Namun, kebanyakan orangtua bertahan pada semacam standar sempurna ketika mereka mengevaluasi cara mereka menjadi orangtua.
Mereka sering mengatakan, ”Kalau saja…,” padahal kalimat ini bisa bekerja dalam dua kondisi. Misalnya kalimat: ”Kalau saja saya memaksa dia lebih keras belajar, ia akan berprestasi lebih baik,” dapat juga berbunyi, ”Kalau saja saya tidak memaksa dia lebih keras belajar, ia akan berprestasi lebih baik.”
Menurut para bijak, tidak ada yang memiliki anak-anak yang sempurna. Mereka mengakui bahwa setiap anak mereka memiliki setidaknya beberapa kekurangan, cacat, masa ketidakbahagiaan, atau salah arah. Hal yang menggembirakan adalah bahwa sebagian besar anak-anak mereka ternyata tetap cukup baik.
Pesannya jelas: tinggalkan/abaikan semua pikiran membesarkan ”anak yang sempurna” atau menjadi orangtua yang sempurna, yang diperlukan hanyalah keterbukaan, kemampuan untuk mendengarkan, dan niat yang baik. Hal ini adalah kualitas-kualitas yang dapat dikembangkan oleh semua orangtua. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar