|
Beberapa pertanyaan sering diajukan
dalam ceramah yang berkait dengan pembinaan keluarga: bagaimana menjadi
orangtua yang baik, cara mengasuh anak secara ideal, termasuk meningkatkan
prestasi sekolah anak. Semua ini tercakup dalam kegiatan ”parenting”.
Menurut para
ahli psikologi perkembangan, tidak mudah mencari padanan kata ”parenting” dalam
bahasa Indonesia sebab menjadi orangtua itu bukan sekadar kegiatan mengasuh
anak, tetapi juga tercakup di dalamnya interaksi timbal balik antara anak dan
orangtuanya. Yang pasti, parenting adalah suatu profesi di mana
kebanyakan orangtua sama sekali tidak mendapat pelatihan dan persiapan
sebelumnya.
Memang sudah
ada ribuan studi mengenai parenting yang dilakukan selama 50 tahunan
terakhir ini, tetapi hanya sedikit dari pengetahuan tersebut yang sebenarnya
memengaruhi apa yang orangtua masa kini lakukan. Nasihat mengenai cara mengasuh
anak sering kontradiktif dan berubah secara drastis dengan berjalannya waktu.
Misalnya, apakah baik menyekolahkan anak sedini mungkin, apakah kualitas waktu
bersama anak adalah sesuatu yang paling penting, apakah kita harus bersikap
sama terhadap setiap anak, dan sebagainya.
Mari kita
renungkan lima pelajaran mendasar berdasarkan pandangan para lanjut usia yang
tergolong bijaksana mengenai parenting, yang berhasil disimpulkan oleh
Karl Pillemer PhD, seorang profesor ahli human development di Cornell University (2011). Pelajaran ini tidak
menjamin kita akan menjadi orangtua yang hebat, tetapi dapat membantu kita
terhindar dari berbagai kesalahan yang serius.
Lima pelajaran dasar
1. Semuanya
adalah mengenai waktu
Menurut orang
bijak, gunakan lebih banyak waktu bersama anak-anak Anda. Jika perlu berkorban
untuk itu. Dalam kehidupan masa kini di mana orangtua sibuk bekerja dan
berkarier, sering terjadi masalah dalam relasi orangtua dan anak-anak yang
masih kecil. Untuk memperbaikinya, tidak ada kontribusi pengganti yang lebih
ampuh, selain waktu dari orangtuanya.
Anak-anak tidak
begitu menginginkan uang Anda (atau yang dapat dibeli dengan uang itu)
dibandingkan dengan menginginkan Anda bersama mereka. Anda dan anak Anda harus
bersama-sama dalam arus kehidupan rumah tangga sehari-hari dan tidak hanya pada
saat yang direncanakan sebagai ”waktu yang berkualitas”. Jadi, kuantitas waktu
bersama mereka sama pentingnya dengan kualitas. Waktu untuk berbicara, berbagi
rahasia, dan saling berhubungan.
2. Adalah
normal untuk memiliki anak favorit, tetapi jangan pernah memperlihatkannya
Norma budaya
mengatakan bahwa orangtua harus membagi cinta secara adil pada semua anaknya.
Namun, banyak penelitian mengenai parental favoritism menunjukkan
bahwa kebanyakan ibu ataupun ayah mempunyai pilihan mana anak yang lebih dapat
mereka ajak berdiskusi, mana yang kurang menimbulkan rasa nyaman. Hal ini
sebenarnya sangat manusiawi dan wajar. Memang, jika hal ini dibuka secara jelas
pada anak-anak, dapat menjadi sumber masalah, seperti persaingan antarsaudara.
Karenanya, cobalah untuk menerima bahwa Anda mungkin memiliki favorit di antara
anak-anak Anda, tetapi jangan pernah membiarkan mereka mengetahuinya.
3. Jangan
memukul anak
Upayakan
mendisiplinkan anak-anak dengan cara penuh kasih dan penghargaan dengan tidak
memberikan hukuman fisik meski acap kali Anda sangat tidak tahan untuk
melakukannya. Nasihat baik yang bersifat universal adalah cintailah anak Anda,
berhati-hatilah jangan sampai memanjakan, dan secara tegas menanamkan nilai
moral dan etika Anda.
4. Hindari
keretakan hubungan
Lakukan segala
sesuatu yang diperlukan untuk menghindari keretakan yang menetap dalam hubungan
dengan anak, bahkan jika ada peristiwa hebat yang membutuhkan kompromi dari
pihak orangtua. Anak yang sudah remaja atau lebih dewasa dapat saja terlibat
dalam tingkah laku negatif yang membuat orangtua sangat bermasalah. Orangtua
perlu mengambil tindakan segera untuk mengatasi keretakan ini.
5.
Berpandangan seumur hidup dalam membina hubungan
Masa menjadi
orangtua berlangsung lama dan berkelanjutan sepanjang hidup. Karenanya, membuat
keputusan yang tepat ketika anak masih kecil/muda akan mengarah pada hubungan
yang positif di kehidupan Anda setelah mereka meninggalkan rumah.
Tidak ada
orangtua sempurna
Secara logis,
kebanyakan dari kita sudah menyadari kesia-siaan untuk menciptakan anak yang
sempurna. Namun, kebanyakan orangtua bertahan pada semacam standar sempurna
ketika mereka mengevaluasi cara mereka menjadi orangtua.
Mereka sering
mengatakan, ”Kalau saja…,” padahal kalimat ini bisa bekerja dalam dua kondisi.
Misalnya kalimat: ”Kalau saja saya memaksa dia lebih keras belajar, ia akan
berprestasi lebih baik,” dapat juga berbunyi, ”Kalau saja saya tidak memaksa
dia lebih keras belajar, ia akan berprestasi lebih baik.”
Menurut para
bijak, tidak ada yang memiliki anak-anak yang sempurna. Mereka mengakui bahwa
setiap anak mereka memiliki setidaknya beberapa kekurangan, cacat, masa
ketidakbahagiaan, atau salah arah. Hal yang menggembirakan adalah bahwa
sebagian besar anak-anak mereka ternyata tetap cukup baik.
Pesannya jelas:
tinggalkan/abaikan semua pikiran membesarkan ”anak yang sempurna” atau menjadi
orangtua yang sempurna, yang diperlukan hanyalah keterbukaan, kemampuan untuk
mendengarkan, dan niat yang baik. Hal ini adalah kualitas-kualitas yang dapat
dikembangkan oleh semua orangtua. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar