|
“Tiap warga perlu
visi nasionalisme demi kemajuan negara, yang kini tengah dilanda krisis moral
dan etika”
MODAL sosial menjadi jargon penting untuk menuju kemajuan,
setelah sebelumnya ilmuwan lebih terfokus pada modal dalam pengertian aset, baik
fisik maupun kapasitas pengembangan SDM. Kemajuan masyarakat yang salah satunya
bisa dicapai melalui ranah politik memerlukan modal sosial.
Pada zaman Orde Baru, dengan corak pemerintahan yang
sentralistik dan otoritarian, semua keputusan bersifat tangan besi dengan
dominasi pihak eksekutif. Tingkat kepercayaan sebagai unsur penting dalam modal
sosial, terasa dipaksakan menurut kehendak penguasa. Anggota masyarakat kurang
dapat berkreasi di luar pranata berdasarkan standar yang begitu kaku.
Prahara politik terjadi karena tuntutan kebebasan
berdasarkan kepentingan desentralisasi dan otonomi daerah, yang kemudian
disebut reformasi. Alih-alih mendapat kemajuan, kita bisa melihat demokrasi
substantif belum juga terwujud. Ditambah kemunculan banyak raja kecil di daerah
dengan korupsi yang menjadi-jadi, termasuk kebebasan masyarakat yang sering
kebablasan dan menipisnya rasa kepercayaan di antara lapisan masyarakat.
Belajar dari pihak lain, kemajuan ekonomi di banyak negara
maju dapat memunculkan tingkat kepercayaan tinggi dalam masyarakat. Lewat novel
Ranah Tiga Warna, A Fuadi menceritakan bagaimana kesejahteraan muncul pada
masyarakat Kanada, termasuk di beberapa daerah terbawah. Ia menuliskan di
Quebec tidak ada rumah dikunci tapi tidak ada cerita orang kemalingan.
Kalau kesejahteraan rakyat merata karena orang bisa bekerja
dan institusi hukum bekerja secara berkeadilan maka tingkat kriminalitas pun
rendah. Yang lebih menarik lagi di Quebec, karena warga berbahasa Prancis maka
sebagian ingin memisahkan diri dari Kanada. Pemungutan suara menghasilkan
kemenangan pada pihak yang tetap ingin bersatu, kendati dengan perbedaan suara
sangat tipis, sekitar 1%.
Faktanya, kelompok masyarakat yang kalah dapat menerima
hasil itu, sementara yang menang tidak sombong. Kedua kubu bahkan saling
menghormati dan yang sangat penting tingkat kepercayaan kepada panita
pemungutan suara sangat tinggi. Memang tidak semua yang datang dari pihak lain,
termasuk Barat, itu baik. Namun kita disarankan belajar kepada pihak lain yang
unggul.
Kasus lain, di berbagai negara maju politik uang dapat
ditekan serendah-rendahnya dan semua itu berdampak pada kredibilitas seseorang,
termasuk politikus. Seorang teman yang menuntut ilmu di Jerman menuturkan
bagaimana ilmuwan sangat berpengaruh di dalam masyarakat, dan kita tahu mantan
presiden BJ Habibie pun pernah menuntut ilmu di negara itu.
Kita juga bisa melihat Angela Merkel, wanita yang bisa
melepaskan Jerman dari jerat krisis. Kendati demikian, begitu sang suami yang
guru besar berpendapat tentang sesuatu hal, ia tak menentang. Dalihnya,
ilmuwan pada umumnya berkait dengan kejujuran akademis, yang sampai sekarang
masih dijunjung tinggi.
Di negara kita, popularitas ilmuwan tidaklah setinggi di
negara maju, kendati secara umum terjaga dengan baik. Masih banyak ilmuwan
Indonesia yang tetap komit pada aras ilmu yang bertumpu pada kebenaran dan
kesejahteraan masyarakat. Di tengah beban hidup sehari-hari yang sekarang
kondisinya lebih baik (khususnya dosen yang bersertifikat), masih banyak yang
menjadikan integritas, objektivitas, dan kejujuran ilmiah sebagai roh dalam
beraktivitas.
Semangat Kebersamaan
Banyak ilmuwan berpendapat tingkat kemajuan di Indonesia
dan juga di daerah belum begitu kentara karena kurang memasukkan modal sosial
dalam tiap kebijakan. Seperti halnya kajian ilmu sosial, pengertian modal
sosial pun beragam. Modal sosial pada dasarnya mengerucut pada tiga indikator,
yaitu rasa percaya, norma, dan jaringan kerja (Nyoman Utari Vipriyanti, 2011).
Rasa percaya antargolongan masyarakat memudahkan kerja
sama. Makin tebal rasa percaya pada orang lain, makin kuat jalinan kerja sama
itu. Bila selama ini kancah politik masih fokus pada bagaimana memenangkan
kelompoknya lewat berbagai cara, keadaan ini kontradiktif bagi kemajuan.
Bahkan, dalam jangka panjang bisa mencerai-beraikan negara.
Adapun norma pada dasarnya nilai bersama yang mengatur
perilaku individu dalam masyarakat/kelompok. Sebaliknya Plateu (2000)
menawarkan pengertian sebagai aturan yang menentukan perilaku bersama dalam
suatu kelompok individu. Itu juga dipahami sebagai prinsip keadilan mengarahkan pelaku untuk tidak mementingkan
diri. Visi nasionalisme tiap warga negara diperlukan demi kemajuan negara, yang
tengah dilanda krisis moral dan etika.
Jaringan kerja menekankan pentingnya asosiasi vertikal dan
horizontal antarmanusia dan hubungan inter dan intraasosiasi. Kita memerlukan
silaturahmi antarkelompok yang beragam supaya bisa menghilangkan rasa curiga,
tidak percaya, dan menghidari kebohongan. Termasuk kembali mengingatkan sesanti
Bhinneka Tunggal Ika yang mulai meluntur dalam kancah pergaulan masyarakat.
Semua itu mensyaratkan untuk menghilangkan semua dusta.
Kemajuan pembangunan bisa berjalan bila mengadopsi modal sosial, yang tidak
lain adalah jargon gotong royong yang dulu begitu penting dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar