|
Ketika saya memenuhi ajakan untuk
berbicara di berbagai workshop dan training perusahaan maupun seminar di
kampus, saya selalu menekankan kepada audience bahwa pengalaman yang saya
ceritakan jangan di-copy paste (baca:
ditiru habis-habisan).
Setiap orang, termasuk Anda dan saya, punya idola atau orang yang menginspirasi kita. Biasanya, bukan hanya satu orang yang menginspirasi kita. Ada banyak. Bagi mereka yang terlahir dan besar bukan di zaman internet, pada umumnya idola mereka adalah ayah dan ibunya. Saya lahir pada 1978, jadi saya masih termasuk di generasi ini. Memang betul, salah satu idola saya adalah kedua orang tua saya. Kenapa? Karena hingga saya remaja, saya belum menikmati yang namanya internet.
Jadi, orang sukses yang saya tahu saat itu yahanya ayah dan ibu saya. Belum ada Google. Saya belum tahu ada jutaan orang sukses di luar negeri yang pantas untuk menjadi sumber inspirasi bagi diri saya. Memang, harus saya akui, berkat teknologi yang ada, selain kedua orang tua saya, saat ini ada beberapa orang sukses yang juga menginspirasi saya. Mereka menginspirasi saya dari banyak hal. Donald Trump—Hampir semua bukunya sudah saya baca.
Dia pernah bangkrut, bangkit dari kebangkrutannya, dan hingga saat ini dia memiliki kekayaan lebih dari Rp20 triliun. Yang menginspirasi saya adalah bagaimana dia bisa mem-brandingdirinya. Dia adalah ”celebrity entrepreneur” yang sukses. Bisnis utamanya hingga detik ini masih di properti. Tapi, acara reality show yang dibuat oleh Mark Burnett dan Donald bintangi, The Apprentice, juga sangat sukses.
Dia sekarang pun punya merek baju dan parfum dengan nama ”Trump”. Namun, harus saya akui bahwa saya tidak lantas setuju 100% dengan semua perilaku atau karakternya dalam melihat beberapa hal. Dia terkenal sebagai orang yang: Kalau Anda mengganggu saya, saya akan balas jauh lebih keras dari yang Anda bisa bayangkan. Robert Kiyosaki—Saya memulai karier saya sebagai seorang karyawan.
Pada tahun kelima saya berkarier, saya membaca buku karangan Robert Kiyosaki yang berjudul Rich Dad, Poor Dad. Pemikiran saya terbuka. Saya tidak mau terjebak di dalam ”rat race”, setiap bulan terima gaji, dan gajinya hanya habis untuk kebutuhan sehari- hari. Di situ saya mendapatkan inspirasi untuk menjadi pengusaha. Keluar dari kuadran ”E” (employee = karyawan) dan masuk ke kuadran ”B” (business owner= pemilik perusahaan). Untuk pertama kalinya saya berpikir, ”Wah, enak juga ya jadi pemilik perusahaan. Ketika lagi tidur ataupun berlibur, (kalau perusahaannya sudah menguntungkan) uang akan mengalir masuk terus ke kantong.”
Setiap orang, termasuk Anda dan saya, punya idola atau orang yang menginspirasi kita. Biasanya, bukan hanya satu orang yang menginspirasi kita. Ada banyak. Bagi mereka yang terlahir dan besar bukan di zaman internet, pada umumnya idola mereka adalah ayah dan ibunya. Saya lahir pada 1978, jadi saya masih termasuk di generasi ini. Memang betul, salah satu idola saya adalah kedua orang tua saya. Kenapa? Karena hingga saya remaja, saya belum menikmati yang namanya internet.
Jadi, orang sukses yang saya tahu saat itu yahanya ayah dan ibu saya. Belum ada Google. Saya belum tahu ada jutaan orang sukses di luar negeri yang pantas untuk menjadi sumber inspirasi bagi diri saya. Memang, harus saya akui, berkat teknologi yang ada, selain kedua orang tua saya, saat ini ada beberapa orang sukses yang juga menginspirasi saya. Mereka menginspirasi saya dari banyak hal. Donald Trump—Hampir semua bukunya sudah saya baca.
Dia pernah bangkrut, bangkit dari kebangkrutannya, dan hingga saat ini dia memiliki kekayaan lebih dari Rp20 triliun. Yang menginspirasi saya adalah bagaimana dia bisa mem-brandingdirinya. Dia adalah ”celebrity entrepreneur” yang sukses. Bisnis utamanya hingga detik ini masih di properti. Tapi, acara reality show yang dibuat oleh Mark Burnett dan Donald bintangi, The Apprentice, juga sangat sukses.
Dia sekarang pun punya merek baju dan parfum dengan nama ”Trump”. Namun, harus saya akui bahwa saya tidak lantas setuju 100% dengan semua perilaku atau karakternya dalam melihat beberapa hal. Dia terkenal sebagai orang yang: Kalau Anda mengganggu saya, saya akan balas jauh lebih keras dari yang Anda bisa bayangkan. Robert Kiyosaki—Saya memulai karier saya sebagai seorang karyawan.
Pada tahun kelima saya berkarier, saya membaca buku karangan Robert Kiyosaki yang berjudul Rich Dad, Poor Dad. Pemikiran saya terbuka. Saya tidak mau terjebak di dalam ”rat race”, setiap bulan terima gaji, dan gajinya hanya habis untuk kebutuhan sehari- hari. Di situ saya mendapatkan inspirasi untuk menjadi pengusaha. Keluar dari kuadran ”E” (employee = karyawan) dan masuk ke kuadran ”B” (business owner= pemilik perusahaan). Untuk pertama kalinya saya berpikir, ”Wah, enak juga ya jadi pemilik perusahaan. Ketika lagi tidur ataupun berlibur, (kalau perusahaannya sudah menguntungkan) uang akan mengalir masuk terus ke kantong.”
Itulah salah satu alasan kenapa
saya memberanikan diri mulai menggali entrepreneurial
spirit saya dan mulai menciptakan perusahaan-perusahaan yang saya miliki
sekarang ini. PT Jakarta International Management (2006), Rolling Stone Café
(2010), PT YOT Nusantara (2012), dan De’HUB Jakarta (2013).
Namun, seperti pandangan saya terhadap Donald Trump, saya juga tidak setuju 100% dengan pandangan dan tindakan yang dilakukan Robert Kiyosaki. Beberapa tahun yang lalu terdengar bahwa dia telah bangkrut. Saya sempat kaget, namun begitu saya Google, ternyata dia hanya ”membangkrutkan” salah satu perusahaannya karena dia tidak mau membayar fee kepada seorang promotor yang ikut mengorbitkan namanya sebagai pembicara kawakan pada awal-awal kariernya.
Kekayaannya Rober Kiyosaki hingga saat ini masih diperkirakan sekitar Rp800 miliar. Andy F Noya—Siapa yang tidak kenal host berambut kribo ini? Eh, sekarang sudah botak ya?! Anyway, saya kali pertama bertemu dengannya ketika pada April 2009, saya diundang untuk menjadi salah satu narasumber di Kick Andy Show di Metro TV mengangkat tema ”Young On Top”, yang memang mengambil judul dari buku saya yang saat itu baru terbit.
Seminggu setelah itu saya ditelepon oleh Mas Andy dan diajak untuk datang ke kantornya. Berbulan-bulan kami menjadi teman, akhirnya kami menjadi mitra bisnis, melahirkan Rolling Stone Cafe pada Juni 2010. Selama menjadi mitra bisnis, saya semakin kagum dengan dirinya. Apa yang kita lihat di televisi tidak berbeda dengan aslinya. Dia orang yang bijak, cerdas, dan berjiwa sosial sangat tinggi.
Dia sosok yang berintegritas. Berkat dirinyalah, saya pun memutuskan untuk berbagi di Metro TV di program ”Young On Top”. Saya pun disarankan untuk mendirikan sebuah perusahaan supaya saya terus bisa berbuat sosial atas nama Young On Top, lahirlah PT YOT Nusantara setahun yang lalu.
Saya masih punya idola-idola lain. Namun, yang saya mau tekankan di sini adalah bahwa saya tidak meng-copy paste kesuksesan idola-idola saya ini 100%. Dari masing-masing individu yang saya anggap sebagai sumber inspirasi, saya hanya mengambil intisari inspirasi yang cocok dengan pola pikir dan karakter saya. Saya tidak ingin menjadi seorang Donald Trump. Saya juga tidak ingin menjadi seorang Robert Kiyosaki.
Saya pun tidak ingin menjadi seorang Andy F Noya. Tapi, dari orang-orang inilah, saya terinspirasi akan ihwal positif yang mereka lakukan dan membentuk seorang Billy Boen. Saya adalah saya. Kenapa saya bilang, ”Jangan meng-copy paste kesuksesan seseorang?” Karena kita semua terlahir dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda, baik dari ras, agama, finansial, tingkat pendidikan, maupun seterusnya.
Donald Trump bisa seperti itu karena latar belakang keluarganya yang memang berbisnis dibidang properti. Diapun bisa setegas seperti sekarang ini karena didikan ayahnya. Saya tidak bilang bahwa seseorang yang bukan terlahir dari keluargayang berbisnis di bidang properti lantas tidak bisa memulai bisnis ini lohya! Begitu juga dengan Robert Kiyosaki dan Andy F Noya.
Mereka menjadi masing-masing karena kehidupan yang menempa mereka menjadi seperti itu. Jadi, jangan ingin menjadi idola Anda. Jadikan idola Anda sebagai sumber inspirasi. Cermati apa yang baik dari mereka, tanyakan ke diri Anda, apakah Anda cocok dan mampu melakukan hal serupa, kemudian coba lakukan dengan cara Anda sendiri.
Kehidupan setiap orang berbeda, apa yang dilalui masing-masing orang pasti berbeda. Jadi jangan berharap Anda bisa meng-copy paste 100% apa yang dilakukan seseorang dan mengharapkan hasil yang sama 100%. Itu mimpi namanya.
Kalau bisa jadikan idola Anda sebagai sumber inspirasi dan melakukan hal serupa lebih baik dari yang idola Anda lakukan, kenapa harus meng-copy paste? See you on Top! ●
Namun, seperti pandangan saya terhadap Donald Trump, saya juga tidak setuju 100% dengan pandangan dan tindakan yang dilakukan Robert Kiyosaki. Beberapa tahun yang lalu terdengar bahwa dia telah bangkrut. Saya sempat kaget, namun begitu saya Google, ternyata dia hanya ”membangkrutkan” salah satu perusahaannya karena dia tidak mau membayar fee kepada seorang promotor yang ikut mengorbitkan namanya sebagai pembicara kawakan pada awal-awal kariernya.
Kekayaannya Rober Kiyosaki hingga saat ini masih diperkirakan sekitar Rp800 miliar. Andy F Noya—Siapa yang tidak kenal host berambut kribo ini? Eh, sekarang sudah botak ya?! Anyway, saya kali pertama bertemu dengannya ketika pada April 2009, saya diundang untuk menjadi salah satu narasumber di Kick Andy Show di Metro TV mengangkat tema ”Young On Top”, yang memang mengambil judul dari buku saya yang saat itu baru terbit.
Seminggu setelah itu saya ditelepon oleh Mas Andy dan diajak untuk datang ke kantornya. Berbulan-bulan kami menjadi teman, akhirnya kami menjadi mitra bisnis, melahirkan Rolling Stone Cafe pada Juni 2010. Selama menjadi mitra bisnis, saya semakin kagum dengan dirinya. Apa yang kita lihat di televisi tidak berbeda dengan aslinya. Dia orang yang bijak, cerdas, dan berjiwa sosial sangat tinggi.
Dia sosok yang berintegritas. Berkat dirinyalah, saya pun memutuskan untuk berbagi di Metro TV di program ”Young On Top”. Saya pun disarankan untuk mendirikan sebuah perusahaan supaya saya terus bisa berbuat sosial atas nama Young On Top, lahirlah PT YOT Nusantara setahun yang lalu.
Saya masih punya idola-idola lain. Namun, yang saya mau tekankan di sini adalah bahwa saya tidak meng-copy paste kesuksesan idola-idola saya ini 100%. Dari masing-masing individu yang saya anggap sebagai sumber inspirasi, saya hanya mengambil intisari inspirasi yang cocok dengan pola pikir dan karakter saya. Saya tidak ingin menjadi seorang Donald Trump. Saya juga tidak ingin menjadi seorang Robert Kiyosaki.
Saya pun tidak ingin menjadi seorang Andy F Noya. Tapi, dari orang-orang inilah, saya terinspirasi akan ihwal positif yang mereka lakukan dan membentuk seorang Billy Boen. Saya adalah saya. Kenapa saya bilang, ”Jangan meng-copy paste kesuksesan seseorang?” Karena kita semua terlahir dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda, baik dari ras, agama, finansial, tingkat pendidikan, maupun seterusnya.
Donald Trump bisa seperti itu karena latar belakang keluarganya yang memang berbisnis dibidang properti. Diapun bisa setegas seperti sekarang ini karena didikan ayahnya. Saya tidak bilang bahwa seseorang yang bukan terlahir dari keluargayang berbisnis di bidang properti lantas tidak bisa memulai bisnis ini lohya! Begitu juga dengan Robert Kiyosaki dan Andy F Noya.
Mereka menjadi masing-masing karena kehidupan yang menempa mereka menjadi seperti itu. Jadi, jangan ingin menjadi idola Anda. Jadikan idola Anda sebagai sumber inspirasi. Cermati apa yang baik dari mereka, tanyakan ke diri Anda, apakah Anda cocok dan mampu melakukan hal serupa, kemudian coba lakukan dengan cara Anda sendiri.
Kehidupan setiap orang berbeda, apa yang dilalui masing-masing orang pasti berbeda. Jadi jangan berharap Anda bisa meng-copy paste 100% apa yang dilakukan seseorang dan mengharapkan hasil yang sama 100%. Itu mimpi namanya.
Kalau bisa jadikan idola Anda sebagai sumber inspirasi dan melakukan hal serupa lebih baik dari yang idola Anda lakukan, kenapa harus meng-copy paste? See you on Top! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar