|
Di tengah gejolak pasar keuangan
dunia dan pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia, investasi di sektor riil dan
infrastruktur sangat dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian suatu
negara.
Peningkatan investasi berarti lapangan kerja tetap tersedia, daya beli masyarakat terjaga, pengangguran berkurang, dan pertumbuhan ekonomi terjaga. Upaya menarik dan meyakinkan investor untuk melakukan investasi di sektor riil menjadi tantangan utama para pengambil kebijakan di semua negara.
Saat ini diplomasi investasi tengah gencar dilakukan Indonesia di sejumlah forum, baik bilateral maupun multilateral, dengan tetap meningkatkan peran-serta BUMN dan swasta nasional. Dalam kerangka kerja sama bilateral, sejumlah kesepakatan investasi dengan mitra usaha di Korea Selatan, Australia, dan China dilakukan. Adapun, dalam kerangka multilateral, forum KTT APEC 2013 di Bali juga dioptimalkan untuk menarik sebesar mungkin peluang investasi ke Indonesia.
Terlebih selama KTT APEC di Bali, terdapat lebih dari 1.200 CEO yang akan menghadiri APEC CEO Summit. Kehadiran para CEO perusahaan kelas dunia merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menarik investasi di sektor riil dan infrastruktur. Pada tingkat bilateral, kerja sama dan kemitraan antara dunia usaha di Indonesia dengan mitra strategis negara sahabat terus ditingkatkan.
Pada akhir September 2013, dilakukan Forum Bisnis Indonesia-Korea Selatan di Seoul yang telah menghasilkan kesepakatan untuk melakukan 13 megaproyek pembangunan infrastruktur di Indonesia. Tidak lama berselang, perdana menteri terpilih Australia Tonny Abott melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.
Kunjungan ini juga dimanfaatkan oleh Indonesia tidak hanya untuk kerja sama bidang perdagangan tetapi juga investasi. Total nilai investasi Australia pada 2012 mencapai USD743,6 juta disepakati akan terus ditingkatkan. Indonesia juga mengundang investor Australia untuk terlibat dalam pelaksanaan program MP3EI di enam koridor ekonomi.
Selang satu hari, kunjungan Presiden China Xi Jinping juga dioptimalkan oleh Indonesia untuk meningkatkan kerja sama di bidang investasi. Pertemuan bisnis antara 200 delegasi dari China dengan 600 pelaku bisnis Indonesia dilakukan untuk semakin meningkatkan investasi di sektor riil dan infrastruktur di Tanah Air. Di dalam pertemuan tersebut, seperti kita ketahui bersama dunia usaha Indonesia- China juga telah menandatangani 21 kerja sama dengan nilai lebih dari USD28,2 miliar.
Kerja sama industri dengan China meliputi berbagai sektor perkebunan, transportasi, pertambangan, pulp, kawasan industri, energi, dan alih teknologi. Diplomasi investasi juga dilakukan dalam KTT APEC di Bali. Selama pertemuan APEC Business Advisory Council (ABAC) dan CEO Summit tidak hanya membahas perbaikan dan peningkatan investasi di kawasan, melainkan juga dimanfaatkan untuk melakukan diplomasi dan penjajakan kerjasama business to business dan government business dalam skema private public partnership (PPP).
Sebagai Ketua dan tuan rumah KTT APEC, dunia usaha di Indonesia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melakukan penjajakan bisnis dengan mitranya di kawasan Asia Pasifik. Pertemuan tingkat menteri APEC tanggal 4-5 Oktober 2013 juga telah menghasilkan sejumlah kesepakatan yang dituangkan dalam Joint Ministerial Statement.
Dalam pernyataan bersama tingkat menteri tersebut, dua tema di antaranya terkait dengan peningkatan investasi yakni “APEC Framework on Connectivity” dan “APEC Multi-year Plan on Infrastructur Development and Investment”. ‘APEC Framework on Connectivity memfokuskan peningkatan konektivitas fisik, konektivitas institusional dan konektivitas manusia (people-to-people contact).
Hal ini tentunya sejalan dengan program konektivitas nasional dalam MP3EI dan konektivitas kawasan dalam Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC). Sedangkan, dalam “APEC Multi-year Plan on Infrastructur Development and Investment’’, direkomendasikan perlunya mendorong kemitraan antara pemerintah dan swasta (Public-Private Partnership) sebagai salah satu cara dalam mengatasi masalah kesenjangan infrastruktur. Pembiayaan pembangunan infrastruktur menjadi sangat penting untuk mewujudkan integrasi kawasan yang kuat dan berdaya saing.
Dengan infrastruktur yang kuat dan tangguh, rantai pasokan akan lebih efisien, produktivitas akan meningkat, lapangan kerja tercipta dan ekonomi lintas sektor tumbuh . Indonesia telah menempatkan investasi sebagai salah satu agenda penting pada keketuaan APEC 2013. Keberhasilan Indonesia memasukkan agenda peningkatan investasi tercermin pada dokumen rekomendasi ABAC kepada para pemimpin kawasan ekonomi APEC.
Dalam dokumen tersebut dicantumkan dukungan dunia usaha untuk mencapai peningkatan kinerja supply-chain sebesar 10% di kawasan pada 2015. Selain itu juga, ABAC juga merekomendasikan agar para pemimpin APEC terus meningkatkan kerja sama dan koordinasi pembangunan infrastruktur kawasan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menaruh perhatian khusus pada investasi melalui peningkatan capacity-building, konektivitas dan peningkatan kemampuan pendanaan kawasan. Ini dilakukan agar tercipta pembangunan infrastruktur kawasan yang lebih merata di antara anggota APEC. Di saat upaya perbaikan dan reformasi-struktural di sejumlah bidang terus dilakukan, Indonesia telah menjadi salah satu negara tujuan investasi utama kawasan.
Beberapa lembaga pemeringkat internasional telah menaikkan rating Indonesia pada kategori Investment Grade. Selain itu, survei pada sekitar 500 CEO perusahaan di Asia Pasifik yang dilakukan Pricewaterhouse Coopers International beberapa waktu lalu merekomendasikan China, Indonesia, dan Amerika Serikat sebagai destinasi investasi utama di wilayah Asia Pasifik untuk lima tahun ke depan.
Indonesia bahkan diyakini menjadi negara target utama tujuan investasi di samping China. Terdapat beberapa hal yang menjadikan Indonesia menarik bagi banyak investor dunia. Pertama, pasca-krisis 1998 Indonesia dipandang memiliki stabilitas politik dan keamanan yang menjamin keberlangsungan investasi dalam jangka panjang.
Kedua, Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi di atas 5,5% selama 10 tahun terakhir. Bahkan, saat krisis subprime mortgage dan menjelang Pemilu 2009, ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh positif. Di tengah gejolak pasar keuangan dunia saat ini, ekonomi Indonesia diprediksi tetap tumbuh positif dan tetap mampu menjaga pertumbuhan ekonomi tertinggi setelah China di antara negaranegara G-20.
Ketiga, besarnya permintaan domestik dengan semakin meningkatnya kelas menengah baru di Indonesia akan menciptakan peluang serta pasar baru. Keempat, melimpahnya sumber daya alam Indonesia akan memberikan jaminan pasokan raw-material. Melalui strategi industrialisasi dan hilirisasi, Indonesia akan terus meningkatkan investasi pengolahan sumber daya alam.
Kelima, adanya MP3EI akan memberikan kejelasan tentang peluang investasi dan sekaligus komitmen Indonesia terhadap ketersediaan infrastruktur pendukung investasi. Bagi para investor, kehadiran MP3EI membantu mereka melakukan evaluasi dan penentuan proyek infrastruktur seperti apa yang akan dikerjasamakan dengan mitra dari Indonesia. Keenam, upaya untuk terus mengurangi high-cost-economy dilakukan secara konsisten oleh Indonesia melalui serangkaian kebijakan pro-investasi.
Kebijakan ini tecermin antara lain dari strategi pemberantasan korupsi, pelayanan terpadu satu atap (PTSP), penyederhanaan birokrasi dan perizinan usaha. Kenaikan peringkat daya saing Indonesia 2013–2014 menjadi peringkat 38 dunia dari peringkat 50, menunjukkan upaya telah membuahkan hasil positif dan perlu terus kita tingkatkan. Upaya menarik dan meningkatkan investasi di sektor riil dan infrastruktur akan terus dilakukan.
Tingginya permintaan domestik membutuhkan dukungan produksi dalam negeri untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Selama ini masih tingginya kebutuhan sejumlah barang masih dipenuhi melalui impor.
Semakin mengalirnya investasi di sektor riil dan manufaktur akan meningkatkan kemampuan produksi nasional sebagai strategi import-substitution. Semakin berkurangnya impor juga akan membuat neraca perdagangan kita lebih kuat. Kenaikan investasi juga akan semakin meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional. ●
Peningkatan investasi berarti lapangan kerja tetap tersedia, daya beli masyarakat terjaga, pengangguran berkurang, dan pertumbuhan ekonomi terjaga. Upaya menarik dan meyakinkan investor untuk melakukan investasi di sektor riil menjadi tantangan utama para pengambil kebijakan di semua negara.
Saat ini diplomasi investasi tengah gencar dilakukan Indonesia di sejumlah forum, baik bilateral maupun multilateral, dengan tetap meningkatkan peran-serta BUMN dan swasta nasional. Dalam kerangka kerja sama bilateral, sejumlah kesepakatan investasi dengan mitra usaha di Korea Selatan, Australia, dan China dilakukan. Adapun, dalam kerangka multilateral, forum KTT APEC 2013 di Bali juga dioptimalkan untuk menarik sebesar mungkin peluang investasi ke Indonesia.
Terlebih selama KTT APEC di Bali, terdapat lebih dari 1.200 CEO yang akan menghadiri APEC CEO Summit. Kehadiran para CEO perusahaan kelas dunia merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menarik investasi di sektor riil dan infrastruktur. Pada tingkat bilateral, kerja sama dan kemitraan antara dunia usaha di Indonesia dengan mitra strategis negara sahabat terus ditingkatkan.
Pada akhir September 2013, dilakukan Forum Bisnis Indonesia-Korea Selatan di Seoul yang telah menghasilkan kesepakatan untuk melakukan 13 megaproyek pembangunan infrastruktur di Indonesia. Tidak lama berselang, perdana menteri terpilih Australia Tonny Abott melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia.
Kunjungan ini juga dimanfaatkan oleh Indonesia tidak hanya untuk kerja sama bidang perdagangan tetapi juga investasi. Total nilai investasi Australia pada 2012 mencapai USD743,6 juta disepakati akan terus ditingkatkan. Indonesia juga mengundang investor Australia untuk terlibat dalam pelaksanaan program MP3EI di enam koridor ekonomi.
Selang satu hari, kunjungan Presiden China Xi Jinping juga dioptimalkan oleh Indonesia untuk meningkatkan kerja sama di bidang investasi. Pertemuan bisnis antara 200 delegasi dari China dengan 600 pelaku bisnis Indonesia dilakukan untuk semakin meningkatkan investasi di sektor riil dan infrastruktur di Tanah Air. Di dalam pertemuan tersebut, seperti kita ketahui bersama dunia usaha Indonesia- China juga telah menandatangani 21 kerja sama dengan nilai lebih dari USD28,2 miliar.
Kerja sama industri dengan China meliputi berbagai sektor perkebunan, transportasi, pertambangan, pulp, kawasan industri, energi, dan alih teknologi. Diplomasi investasi juga dilakukan dalam KTT APEC di Bali. Selama pertemuan APEC Business Advisory Council (ABAC) dan CEO Summit tidak hanya membahas perbaikan dan peningkatan investasi di kawasan, melainkan juga dimanfaatkan untuk melakukan diplomasi dan penjajakan kerjasama business to business dan government business dalam skema private public partnership (PPP).
Sebagai Ketua dan tuan rumah KTT APEC, dunia usaha di Indonesia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melakukan penjajakan bisnis dengan mitranya di kawasan Asia Pasifik. Pertemuan tingkat menteri APEC tanggal 4-5 Oktober 2013 juga telah menghasilkan sejumlah kesepakatan yang dituangkan dalam Joint Ministerial Statement.
Dalam pernyataan bersama tingkat menteri tersebut, dua tema di antaranya terkait dengan peningkatan investasi yakni “APEC Framework on Connectivity” dan “APEC Multi-year Plan on Infrastructur Development and Investment”. ‘APEC Framework on Connectivity memfokuskan peningkatan konektivitas fisik, konektivitas institusional dan konektivitas manusia (people-to-people contact).
Hal ini tentunya sejalan dengan program konektivitas nasional dalam MP3EI dan konektivitas kawasan dalam Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC). Sedangkan, dalam “APEC Multi-year Plan on Infrastructur Development and Investment’’, direkomendasikan perlunya mendorong kemitraan antara pemerintah dan swasta (Public-Private Partnership) sebagai salah satu cara dalam mengatasi masalah kesenjangan infrastruktur. Pembiayaan pembangunan infrastruktur menjadi sangat penting untuk mewujudkan integrasi kawasan yang kuat dan berdaya saing.
Dengan infrastruktur yang kuat dan tangguh, rantai pasokan akan lebih efisien, produktivitas akan meningkat, lapangan kerja tercipta dan ekonomi lintas sektor tumbuh . Indonesia telah menempatkan investasi sebagai salah satu agenda penting pada keketuaan APEC 2013. Keberhasilan Indonesia memasukkan agenda peningkatan investasi tercermin pada dokumen rekomendasi ABAC kepada para pemimpin kawasan ekonomi APEC.
Dalam dokumen tersebut dicantumkan dukungan dunia usaha untuk mencapai peningkatan kinerja supply-chain sebesar 10% di kawasan pada 2015. Selain itu juga, ABAC juga merekomendasikan agar para pemimpin APEC terus meningkatkan kerja sama dan koordinasi pembangunan infrastruktur kawasan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menaruh perhatian khusus pada investasi melalui peningkatan capacity-building, konektivitas dan peningkatan kemampuan pendanaan kawasan. Ini dilakukan agar tercipta pembangunan infrastruktur kawasan yang lebih merata di antara anggota APEC. Di saat upaya perbaikan dan reformasi-struktural di sejumlah bidang terus dilakukan, Indonesia telah menjadi salah satu negara tujuan investasi utama kawasan.
Beberapa lembaga pemeringkat internasional telah menaikkan rating Indonesia pada kategori Investment Grade. Selain itu, survei pada sekitar 500 CEO perusahaan di Asia Pasifik yang dilakukan Pricewaterhouse Coopers International beberapa waktu lalu merekomendasikan China, Indonesia, dan Amerika Serikat sebagai destinasi investasi utama di wilayah Asia Pasifik untuk lima tahun ke depan.
Indonesia bahkan diyakini menjadi negara target utama tujuan investasi di samping China. Terdapat beberapa hal yang menjadikan Indonesia menarik bagi banyak investor dunia. Pertama, pasca-krisis 1998 Indonesia dipandang memiliki stabilitas politik dan keamanan yang menjamin keberlangsungan investasi dalam jangka panjang.
Kedua, Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi di atas 5,5% selama 10 tahun terakhir. Bahkan, saat krisis subprime mortgage dan menjelang Pemilu 2009, ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh positif. Di tengah gejolak pasar keuangan dunia saat ini, ekonomi Indonesia diprediksi tetap tumbuh positif dan tetap mampu menjaga pertumbuhan ekonomi tertinggi setelah China di antara negaranegara G-20.
Ketiga, besarnya permintaan domestik dengan semakin meningkatnya kelas menengah baru di Indonesia akan menciptakan peluang serta pasar baru. Keempat, melimpahnya sumber daya alam Indonesia akan memberikan jaminan pasokan raw-material. Melalui strategi industrialisasi dan hilirisasi, Indonesia akan terus meningkatkan investasi pengolahan sumber daya alam.
Kelima, adanya MP3EI akan memberikan kejelasan tentang peluang investasi dan sekaligus komitmen Indonesia terhadap ketersediaan infrastruktur pendukung investasi. Bagi para investor, kehadiran MP3EI membantu mereka melakukan evaluasi dan penentuan proyek infrastruktur seperti apa yang akan dikerjasamakan dengan mitra dari Indonesia. Keenam, upaya untuk terus mengurangi high-cost-economy dilakukan secara konsisten oleh Indonesia melalui serangkaian kebijakan pro-investasi.
Kebijakan ini tecermin antara lain dari strategi pemberantasan korupsi, pelayanan terpadu satu atap (PTSP), penyederhanaan birokrasi dan perizinan usaha. Kenaikan peringkat daya saing Indonesia 2013–2014 menjadi peringkat 38 dunia dari peringkat 50, menunjukkan upaya telah membuahkan hasil positif dan perlu terus kita tingkatkan. Upaya menarik dan meningkatkan investasi di sektor riil dan infrastruktur akan terus dilakukan.
Tingginya permintaan domestik membutuhkan dukungan produksi dalam negeri untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Selama ini masih tingginya kebutuhan sejumlah barang masih dipenuhi melalui impor.
Semakin mengalirnya investasi di sektor riil dan manufaktur akan meningkatkan kemampuan produksi nasional sebagai strategi import-substitution. Semakin berkurangnya impor juga akan membuat neraca perdagangan kita lebih kuat. Kenaikan investasi juga akan semakin meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar