Kamis, 10 Oktober 2013

Babak Baru Hubungan Amerika-Iran

Babak Baru Hubungan Amerika-Iran
Ardi Winangun  Penggiat Komunitas Penulis Lapak Isu (Koplaks)
OKEZONENEWS, 10 Oktober 2013


Komunikasi melalui telepon antara Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan Presiden Iran Hassan Rohani merupakan langkah awal untuk memperbaiki hubungan kedua negara yang sejak tahun 1980-an membeku. Titik cair hubungan kedua negara, berasal dari sikap Hassan Rohani yang moderat dan reformis yang memandang perlu dan penting untuk menjalin hubungann dengan Amerika Serikat.

Pengalaman Iran dipimpin oleh Presiden Ahmadinejad membawa rasa tersendiri bagi rakyat negeri para mullah itu bahwa kakunya dalam berkomunikasi dengan Amerika Serikat soal PLTN dan dugaan membuat bom nuklir membawa dampak yang tidak mengenakkan di mana membuat Iran diberi berbagai sanksi dan embargo ekonomi. Akibat yang demikian membuat Iran tak bisa menjalin hubungan dagang dengan banyak negara dan kesulitan menjual minyak kepada negara-negara yang selama ini menjadi langganannya. Sanksi dan embargo ekonomi pastinya mengimbas pada sulitnya masyarakat untuk memperoleh kebutuhan hidup.

Kebijakan Ahmadinejad tak kaku keluar, ke dalam pun juga demikian. Kontrol yang sangat kuat dari pemerintah kepada kebebasan berpendapat dan press membuat tak adanya saluran untuk mengekspresikan kegeraman masyarakat kepada kebijakan pemerintah yang dirasa tidak mengaspirasi kepentingan rakyat. Bila ada kelompok-kelompok kritis mereka dibungkam dan dituduh melanggar hukum.

Masa delapan tahun di bahwa Ahmadinejad dirasa sudah cukup bagi rakyat yang ingin perubahan sehingga dalam pemilu presiden yang berlangsung beberapa bulan yang lalu, kubu reformis Hassan Rohani mampu memenangi pemilihan presiden mengalahkan kelompok-kelompok konservatif. Hassan Rohani reformis benar adanya dan bukan pencitraan, buktinya dirinya mulai melakukan reformasi dengan membuka kemungkinan membangun kembali hubungan dengan Amerika Serikat.

Bila komunikasi kedua pemimpin itu berkelanjutan tentunya akan membawa dampak positif bagi rakyat Iran dan wilayah Timur Tengah. Poros panas di kawasan itu tidak hanya bersumbu antara Amerika Serikat dengan negara-negara Arab (sunni) namun juga dengan negara Persia (syiah). Dengan demikian bila ada ‘kesepakatan damai’ antara Iran dan Amerika Serikat, di mana masalah nuklir bisa diselesaikan dengan cara win-win solution, maka suasana panas di kawasan itu akan berkurang.

Kita ketahui bahwa Iran, di kawasan itu merupakan salah satu kekuatan militer yang cukup ditakuti. Negara-negara Arab yang berseteru dengan Iran tak mampu untuk membendung kekuatan militer Iran sehingga mereka harus mengundang Amerika Serikat ke kawasan itu. Bila kesepakatan damai Iran-Amerika Serikat terjadi maka secara otomatis ketegangan Arab-Iran akan melunak sebab negara-negara Arab yang mayoritas berada di bawah ketiak Amerika Serikat akan didorong oleh Amerika Serikat agar mereka menahan diri dan tak neko-neko ke Iran.

Tak hanya itu dampak positif bila kesepakatan damai antara Iran dan Amerika Serikat terjadi. Amerika Serikat bisa meminta tolong kepada Iran agar kelompok sipil bersenjata yang selama ini anti kepada Amerika Serikat, seperti Hizbullah, untuk meredakan aksinya. Aksi Hizbullah selama ini dirasa mengganggu kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sebagai mana diketahui Hizbullah adalah kelompok sipil bersenjata yang dibantu oleh Iran. Persamaan antara Hizbullah dan Iran tak hanya sama-sama beraliran syiah namun juga memerangi Israel. Kelompok ini sering melakukan aksinya melawan Israel secara sporadis tanpa rasa takut meski dengan persenjataan yang tak sekuat Israel. Anggota dari Hizbullah memiliki semangat juang yang tinggi. Di sinilah yang membuat Amerika Serikat dan Israel merasa miris meski dalam perang kedua negara itu bisa membendung serangan Hizbullah.

Kelompok yang dirasa dekat kepada Iran dan yang juga mengganggu Amerika Serikat dan Israel tak hanya Hizbullah namun juga Hamas. Hamas dalam perdamaian negara Palestina dengan Israel, dianggap oleh Amerika Serikat sebagai ganjalan. Hamas dirasa kaku sehingga upaya melakuka perjanjian damai Israel-Palestina tak mulus. Eksisnya Hamas bisa jadi karena dukungan dari Iran.

Amerika Serikat mengharap Iran tidak hanya menekan kelompok sipil bersenjata yang selama ini menggangu kepentingan Amerika Serikat namun paman sam juga mengharap Iran agar menekan negara di kawasan Timur Tengah, yakni Suriah, agar menghentikan penggunaan senjata kimia. Tak hanya itu, di Suriah diharapkan adanya demokratisasi.

Jadi dengan mencairnya hubungan Iran-Amerika Serikat banyak hal yang akan didapat oleh Amerika Serikat, yakni meredakan kelompok sipil bersenjata yang anti Amerik  Serikat dan menghentikan brutalisme rezim Bashar Al Assad. Bila semua terkendali maka beban militer dan ekonomi Amerika Serikat di Timur Tengah berkurang.

Tentu apa yang diinginkan dari Iran itu tidak gratis, Amerika Serikat, sekutunya, dan PBB harus segera mencabut sanksi ekonomi dan embargo perdagangan dan penjualan minyak. Ketika sanksi dan embargo dicabut, Iran akan tumbuh kembali menjadi negara yang memiliki perekonomian yang kuat yang dibangun dari laba penjualan minyak. Dari dana itulah tinggal Hassan Rohani bisa mengatur atau tidak untuk membangun dan memakmurkan rakyatnya.
Meski Barack Obama dan Hassan Rohani mempunyai keinginan kuat untuk memperbaiki hubungan namun cita-cita itu tidak mudah untuk direalisasikan. Keinginan itu akan ditentang oleh kelompok konservatif di Iran dan Israel. Bagi rakyat Iran yang berhaluan keras, menjalin hubungan dengan Amerika Serikat sama saja menyimpang dari cita-cita Revolusi Iran. 

Revolusi Iran adalah upaya untuk menegakkan kembali nilai-nilai Islam dalam politik dan sosial masyarakat dan mengeyahkan hal-hal yang berbau Barat. Barat di sini disimbolkan dengan Amerika Serikat. Dari sinilah maka ada anggapan bila berhubungan dengan Barat maka akan berhubungan dengan setan, istilah yang kelompok konservatif tujukan kepada Amerika Serikat. Berhubungan dengan setan pastinya diharamkan dan sebuah langkah yang terkutuk. Bukti penolakan itu terjadi saat Hassan Rohani pulang dari pertemuan di PBB, Amerika Serikat, dirinya didemo oleh kelompok konservatif. Tak hanya diteriakki, “Enyahlah Amerika” dan “Enyahlah Israel” namun dirinya juga dilempar sepatu meski tidak kena.

Bagi Israel mencairnya hubungan Iran-Amerika Serikat tentu sebagai sebuah malapetaka. Iran saat ini adalah ancaman yang paling menakutkan bagi Israel. Untuk itu Israel selalu meminta lindungan kepada Amerika Serikat. Menjadi masalah bagi Israel bila Amerika Serikat bersabahat dengan Iran maka perlindungan yang diberikan kepada Amerika Serikat menjadi kendor dan malah bisa membuat Amerika Serikat menekan Israel karena desakkan Iran. Bila ini terjadi tentu akan membahayakan masa depan bangsa Israel. Untuk itu pastinya Israel akan mati-matian dan melakukan lobby tingkat tinggi di parlemen dan kongres Amerika Serikat agar hubungan dengan Iran jangan dijalin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar