Sabtu, 14 September 2013

Terkesima Istanbul

Terkesima Istanbul
Moh Mahfud MD  ;   Guru Besar Hukum Konstitusi
KORAN SINDO, 14 September 2013



Tentu saya tak menyia-nyiakan waktu untuk melihat jejak sejarah kebesaran Islam ketika pada paruh pertama pekan ini saya ada di Istanbul, Turki. Saya berkunjung ke pemakaman Abu Ayyub al-Anshory di Eyup dan peninggalan-peninggalan pemerintahan Sulaiman al- Fatih di Istanbul. 

Dua orang besar ini sangat menarik dan menggetarkan karena melakukan pekerjaan besarnya berdasarkan hadis Nabi yang memprediksi tentang nasib Konstantinopel yang kemudian bernama Istanbul itu. Ketika masih hidup, Nabi Muhammad pernah mengutus delegasi untuk menemui Kaisar Konstantinopel yakni Mukaukis, guna mengajaknya masuk Islam. Mukaukis menolak ajakan itu dan menyobek-nyobek surat Nabi dengan sombongnya. 

Mendapat laporan dari utusannya itu Nabi kemudian bersabda, seperti direkam dalam hadis sahih, “Kelak Konstantinopel akan dirobek-robek oleh seorang panglima dengan tentaranya. Itulah sebaik-baiknya panglima dan sebaik-baiknya tentara (pejuang)”. Hebatnya, sabda Nabi ini kemudian mendorong pejuangpejuang Islam untuk melakukan penaklukan ke Konstantinopel, sebab pejuang yang dimaksud oleh Nabi sebagai pejuang terbaik tentu sangat istimewa dan diyakini menjadi penghuni surga. 

Abu Ayyub al- Anshory, meski sudah tua, adalah sahabat Nabi generasi awal setelah wafatnya Nabi yang ingin menjadi tentara pejuang terbaik itu. Ia tercatat sebagai sahabat Nabi yang membawa pasukan dan berhasil masuk ke Konstantinopel sebagai orang gagah. Namun sebelum berhasil menaklukkan Konstantinopel, orang tua itu meninggal. Meski tidak berhasil menaklukkan Konstantinopel, ia tercatat telah berusaha keras menjadi tentara yang disebut sebagai tentara terbaik kaum muslimin itu. 

Setelah itu banyak usaha yang dilakukan oleh kaum muslimin untuk menaklukkan Konstantinopel karena disebut sebagai panglima dan tentara terbaik penakluk Konstantinopel seperti disebut di dalam hadis Nabi, namun banyak yang gagal karena begitu kuatnya Konstantinopel. Adalah Sulaiman al-Fatih (Sulaiman Sang Pendobrak) yang berhasil menaklukkan Konstantinopel dengan sangat heroik dan menakjubkan. Betapa tidak? Sulaiman al-Fatih mengepung Konstantinopel dengan kapal-kapal yang diseberangkan melalui bukit bukan melalui laut. 

Semula pasukan al-Fatih selalu gagal masuk melalui laut karena Selat Bosphorus ditutup dengan rantai-rantai besi yang dijaga ketat oleh tentara Konstantinopel. Berkali-kali al- Fatih mencoba masuk, tetapi selalu gagal. Akhirnya al-Fatih mencari akal lain yang tak terduga sama sekali oleh lawan, yakni memerintahkan bala tentaranya memasang tambang-tambang dan papan besar yang dilapisi mentega sebagai pelicin agar berfungsi sebagai rel untuk menyeberangkan ratusan kapal-kapalnya melompati Bukit Gatala. 

Dan, al-Fatih berhasil menyeberangkan kapalkapalnya masuk ke Konstantinopel tanpa melalui pelabuhan atau selat yang tersedia, melainkan melompati bukit untuk kemudian masuk ke laut dan menaklukkan Konstantinopel. Kita tahu bahwa atas kerja al- Fatih, panglima terbaik itulah, kemudian Islam menguasai Konstantinopel dan mengubah namanya menjadi Istanbul sebagai pusat Kerajaan Otoman (Utsman) atau Negara Turki. 

Sampai empat abad lebih lamanya (1586–19924), Kerajaan Oto manIslam menguasai Eropa Tenggara dan Asia serta mengendalikan seluruh negaranegara Islam, termasuk kawasan Timur Tengah. Penguasaan Turki atas dunia Islam hampir sama lamanya dengan penguasaan Majapahit atas Nusantara yang lebih dari tiga abad. Yang menakjubkan dari sejarah penaklukan Konstantinopel itu bukan hanya peninggalan-peninggalan situs budayanya yang luar biasa, 

sehingga dikunjungi oleh puluhan ribu orang setiap harinya, melainkan semangat yang mendasari penaklukan tersebut untuk mewujudkan ramalan Nabi tentang akan ditaklukkannya Konstantinopel oleh tentara terbaik Islam. Seperti diketahui, saat dilapori bahwa surat seruan dakwahnya dirobek-robek oleh Kaisar Mukaukis, Nabi Muhammad mengatakan bahwa pada suatu saat Konstantinopel akan ditaklukkan dan dirobek-robek oleh tentara Islam yang terbaik. 

Ternyata selain merangsang upaya kaum muslimin untuk menjadi tentara terbaik itu, Konstantinopel akhirnya benar-benar ditaklukkan dan disobek-sobek dengan cara menakjubkan oleh tentara-tentara terbaik Islam dengan dipanglimai oleh al-Fatih. Ini sungguh peristiwa menggetarkan yang dapat menguatkan iman. Menguatnya iman setiap muslim kadang memang diwarnai oleh peristiwa-peristiwa luar biasa, yang hampir mustahil tapi merupakan kenyataan. 

Isyarat Alquran tentang kalahnya Romawi yang kemudian menang kembali dalam perang besar melawan Persia, bisa disebut sebagai contoh lain. Ketika Nabi ditanya oleh orang-orang Quraisy tentang kalahnya imperium (negara besar) Romawi oleh Persia pada perang besar saat itu, Nabi mendapat wahyu bahwa Romawi akan menang kembali. Di dalam surat Rum Ayat (2)-(4) disebutkan, “Telah dikalahkan Romawi (oleh Persia),.. tetapi setelah kekalahannya itu mereka akan menang kembali dalam waktu “beberapa” tahun. 

Kata “beberapa” dalam ayat yang berbunyi “mereka akan menang kembali dalam beberapa tahun” menggunakan kata “bidh’i”,yakni “wa hum min ba’dhi ghalabihim sayaghlibuun, fie bidh’i sinien”. Dalam bahasa Arab kata Bhih’i berarti “beberapa” yang terbatas antara dua sampai dengan sembilan. 

Subhanallah, Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Tujuh tahun (fie bidh’i sinien) setelah kekalahannya itu imperium Romawi benar-benar dapat mengalahkan Persia dan berhasil meraih kembali kedaulatan atas daerah-daerah kekuasaannya. Dalam terkesima melihat tilas sejarah Islam di Istanbul itu, saya menjadi ingat yakin bahwa keimanan seseorang sering menguat tajam karena kejernihan pikiran (logika), getaran hati (rasa), dan keajaiban fakta (mukjizat dan karomah). ●  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar