Rabu, 06 Maret 2013

Pasar Modal dan Ekonomi Riil


Pasar Modal dan Ekonomi Riil
Firmanzah ;  Dekan Fakultas Ekonomi UI
KOMPAS, 06 Maret 2013


Penutupan perdagangan akhir minggu lalu (1/3/2013) menghasilkan rekor baru: IHSG ditutup menguat 15,824 poin dan berada pada level 4.811,6. Level ini meningkat tajam jika kita bandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Misalnya pada penutupan perdagangan 2008, IHSG berada pada level 1.355,408.
Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir-akhir ini dipicu baik oleh sentimen eksternal maupun faktor internal-domestik. Sentimen positif eksternal didorong oleh menguatnya pasar modal Eropa dan Amerika Serikat. Saham-saham di Wall Street bergerak naik sebagai respons sentimen publikasi menguatnya sektor manufaktur dan data konsumen.
Selain itu, stabilitas makroekonomi dan tumbuhnya ekonomi Indonesia juga menjadi faktor penarik bagi investor global di tengah semakin terbatasnya negara tujuan investasi. Kondisi ini membuat pasar modal di Indonesia terus menguat dengan semakin besarnya likuiditas di lantai bursa.
Yang menarik dari rekor capaian terbaru IHSG adalah baik investor lokal maupun asing banyak memborong saham sektor konstruksi dan infrastruktur. Nilai transaksi kedua sektor ini mencapai Rp 6,6 triliun atau 87 persen dari total 5,23 juta lot dengan nilai transaksi Rp 7,63 triliun pada 1 Maret 2013.
Investasi pada pasar modal di sektor konstruksi dan manufaktur merupakan respons dari semakin besarnya realisasi dan potensi ekonomis pada kedua sektor ini. Selain itu, semakin menguatnya daya beli serta kelas menengah juga memperbesar keyakinan berinvestasi di Indonesia.
Semakin membesarnya ekonomi Indonesia membutuhkan peran pasar modal untuk memediasi investor dan perusahaan melakukan ekspansi usaha. Kuat dan besarnya permintaan domestik membuka peluang korporasi untuk intensifikasi strategi pertumbuhan. Namun, hingga saat ini, jumlah investor lokal tercatat masih di bawah 1 persen dari total populasi Indonesia.
Dari sisi jumlah emiten, peluang untuk terus menambah emiten baru juga terbuka luas. Saat ini Bursa Efek Indonesia berencana menambah 150 emiten baru sampai tahun 2017. Upaya edukasi dan sosialisasi, baik untuk perusahaan maupun investor, perlu terus kita tingkatkan untuk terus menjadikan pasar modal sebagai pembiayaan dan investasi strategis di Indonesia.
Potensi Pembiayaan
Peran pasar modal sebagai salah satu instrumen pertumbuhan ekonomi dan percepatan pembangunan perlu terus didorong agar dapat mengalir pada sektor-sektor riil. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari aksi spekulasi uang panas yang berpotensi membahayakan perekonomian nasional.
Selain itu pasar modal juga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan. Di banyak negara maju, instrumen pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Pada saat yang sama, pembangunan infrastruktur yang tercantum dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di enam koridor membutuhkan dana yang sangat besar. Sumber-sumber pembiayaan baru terus diidentifikasi dalam menopang kebutuhan pembangunan infrastruktur nasional.
Sepanjang tahun 2012 telah terealisasi peletakan batu pertama 71 proyek dengan total nilai investasi Rp 212,3 triliun. Untuk tahun 2013, proyek MP3EI ditargetkan pembangunan 146 proyek dengan nilai investasi mencapai lebih dari Rp 545 triliun. Kebutuhan dana pembangunan infrastruktur akan semakin besar di kemudian hari seiring dengan komitmen nasional meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur nasional. Percepatan pembangunan infrastruktur diharapkan dapat menekan ekono- mi berbiaya tinggi dan meningkatkan daya saing nasional.
Besarnya kebutuhan pembangunan infrastruktur memang salah satu perhatian kita bersama untuk mempercepat distribusi pembangunan dan pertumbuhan yang berkualitas. Pada APBN 2013 dianggarkan belanja infrastruktur melampaui Rp 201 triliun. Jumlah ini perlu ditambah dengan sumber pembiayaan baik dari BUMN maupun swasta.
Selain pembiayaan melalui perbankan, instrumen pasar modal menjadi salah satu sumber pembiayaan yang cukup potensial. Besarnya likuiditas pasar modal Indonesia saat ini dapat menjadi salah satu pilihan merangsang perekonomian domestik, khususnya di sektor riil. Terserapnya likuiditas di pasar modal pada sektor riil tentunya mengurangi potensi kondisi pemanasan ekonomi dan bubble yang berisiko pada stabilitas, baik pasar keuangan maupun perekonomian secara keseluruhan.
Bagi investor, pasar modal Indonesia merupakan tujuan investasi yang saat ini cukup menjanjikan di tengah perlambatan ekonomi dan pelemahan bursa global. Penggunaan pasar modal sebagai media intermediasi bagi pendanaan investasi dapat membuat struktur pendanaan perusahaan menjadi lebih terdiversifikasi dan lebih efisien dalam hal biaya.
Tahun 2012, pertumbuhan kapitalisasi pasar modal Indonesia meningkat 15,69 persen dari Rp 3.537,29 triliun pada akhir 2011 menjadi Rp 4.092,23 triliun per 27 Desember 2012. Sementara itu, kontribusi pasar modal terhadap sektor riil di periode yang sama Rp 315 triliun atau naik 51 persen dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp 209 triliun.
Kontribusi itu diperoleh dari penerbitan saham Rp 30 triliun dan obligasi sekitar Rp 76 triliun sehingga total modal yang disalurkan untuk keperluan ekspansi korporasi mencapai Rp 106 triliun. Sementara itu, fund raising untuk pemerintah mencapai Rp 209 triliun guna mendanai proyek pembangunan jalan, jembatan, dan lain-lain.
Kontribusi pasar modal terus menunjukkan peningkatan, tetapi dipandang masih relatif rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Rasio pembiayaan dari pasar modal terhadap produk domestik bruto Indonesia masih di rentang 50 persen. Bandingkan, misalnya, dengan Malaysia yang mencapai 160 persen, Singapura 260 persen, atau Hongkong yang jauh lebih tinggi mencapai di atas 1.000 persen.
Kita bersama perlu terus mendorong serta mendukung upaya optimalisasi peran pasar modal terhadap pertumbuhan dan percepatan pembangunan nasional. Saat ini dan ke depannya, pasar modal diharapkan terus menjadi entitas di industri keuangan yang secara efektif menjadi agen katalis pembangunan, di samping perbankan dan industri keuangan lainnya. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar