Swasembada
pangan, Kunci Atasi Kemiskinan
Arif Budimanta ; Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan,
Kaukus Ekonomi Konstitusi
|
INILAH.COM,
05 Januari 2013
Kita perlu mewaspadai mengenai
keadaan kemiskinan yang terjadi saat ini. Walaupun pada tahun 2012 secara
populasi menurut statistik terjadi penurunan kemiskinan menjadi 28,59 juta
orang (11,6%) tetapi secara kualitas, persoalankemiskinan di Indonesia mengalami
involusi dan cenderung mengarah pada kondisi yang semakin kronis.
Hal ini
ditunjukkkan semakin meningkatnya indeks keparahan kemiskinan, terutama di
wilayah perdesaan dengan peningkatan hampir dua kali lipat selama tahun 2012
(BPS, 2013 menunjukkan indeks keparahan pada maret 2012 sebesar 0,36 –
sedangkan pada september 2012 menjadi 0,61).
Kenaikan indeks ini
menunjukan dua hal kepada kita; yang pertama adalah semakin melebarnya
kesenjangan antar-penduduk miskin. Kedua, semakin rendahnya daya beli
masyarakat kelompok miskin. Mereka kian tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
dasar untuk hidup sampai dengan batas pengeluaran garis kemiskinan yang hanya
sebesar Rp 259.520 per bulan.
Kondisi penduduk
miskin di wilayah perdesaan yang semakin parah ini diakibatkan oleh tingginya
tingkat inflasi wilayah perdesaan yang sebesar 5,08 persen apabila
dibandingkan dengan inflasi nasional yang yang sebesar 4,3 persen selama
tahun 2012. Inflasi di wilayah perdesaan yang tinggi disumbangkan oleh
kenaikan harga–harga bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang dan
kesehatan.
Pada sisi lain
kenaikan upah yang diterima buruh tani ataupun buruh hanya berkisar antara 1
sampai 3 persen dalam tahun 2012. Tidak seimbangnya antara kenaikan upah yang
diterima dengan kenaikan harga kebutuhan dasar tersebut inilah menjadi salah
satu penyebab keadaan kemiskinan di Indonesia tidak berubah banyak dari
waktu-kewaktu.
Selama delapan
tahun penduduk miskin hanya berkurang 7,51 juta rata-rata setiap tahun hanya
0,94 juta jiwa jauh dibawah produktivitas laju penurunan 5 tahun sebelumnya
(1999-2004) yang rata-rata mencapai 2 juta per tahun.
Untuk mempercepat
produktivitas laju penurunan kemiskinan maka kebijakan penanggulan kemiskinan
haruslah dirumuskan ulang. Pencapaian swasembada pangan melalui kebijakan
yang diprioritaskan untuk wilayah perdesaan dan pertanian adalah kata kunci
yang harus dilakukan segera.
Dalam hal ini,
pemerintah harus memberikan prioritas yang lebih kepada petani terutama
dengan melalui program intensifikasi yang bersifat menyeluruh tidak
partikulatif.
Kebijakan yang
menyeluruh ini dimulai dari pengembangan riset dan teknologi yang berbasis
pertanian pangan, pengembangan infrastruktur pertanian, insentif kepada
petani sampai dengan program industrialisasi perdesaan.
Dengan pencapaian
swasembada panganlah maka kemudian pemerintah dapat lebih mudah menjaga
stabilistas harga pangan. Stabilitas harga pangan yang terkendali akan
mempercepat proses penurunan kemiskinan karena orang miskin 73,5%
pengeluarannya dipergunakan untuk membeli bahan makanan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar