Melalui 2012
dan Harapan 2013
Umar Juoro ; Ekonom Senior di CIDES dan the
Habibie Center
|
REPUBLIKA,
31 Desember 2012
Hari ini adalah hari
terakhir 2012. Kita patut ber syukur dapat melaluinya dengan cukup baik. Pertumbuhan
ekonomi masih di atas enam persen, inflasi relatif rendah sekitar 4,6 persen,
pengangguran dan angka kemiskinan menurun, meskipun masih banyak yang hidup
di bawah garis kemiskinan. Pasar modal mengalami peningkatan, sekalipun
nilai rupiah relatif melemah. Hal ini kita capai di tengah-tengah
ketidakpastian ekonomi dunia, terutama berkepanjangannya krisis Eropa yang
membuat neraca berjalan kita negatif.
Memasuki tahun 2013, kita masih akan menghadapi ketidakpastian ekonomi dunia karena krisis Eropa masih akan berlangsung. AS masih harus menyelesaikan permasalahan fiscal cliff, yaitu besarnya defisit anggaran. Ekonomi Cina yang menjadi rekan dagang utama Indonesia juga belum dapat diharapkan pulih pertumbuhannya seperti sebelumnya. Konsekuensinya kita masih harus menghadapi defisit neraca berjalan. Ekspor masih belum dapat diharapkan untuk pulih. Sementara impor masih tinggi, sekalipun mengalami penurunan. Ketidakseimbangan ini menjadi alasan bagi investor di pasar uang untuk menekan nilai rupiah.
Tantangan berat lainnya adalah tingginya
subsidi energi (BBM dan listrik) yang mencapai sekitar Rp 300 triliun.
Besarnya subsidi ini bukan saja memberatkan anggaran, melainkan menyebabkan
ketidakseimbangan yang melemahkan stabilitas ekonomi. Pengurangan subsidi
dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dapat mengurangi tekanan pada
anggaran dan defisit neraca berjalan. Dengan demikian, juga mengurangi tekanan
pada rupiah. Bukan saja impor minyak besar jumlahnya sekitar 38 miliar dolar
AS setahun, melainkan permintaan dolar AS oleh Pertamina untuk mengimpor
minyak menekan nilai rupiah.
Jika harga BBM dinaikkan, inflasi akan tinggi.
Konsekuensinya Bank Indonesia (BI) akan me naikkan BI Rate untuk mengimbangi
inflasi. Jika tidak, inflasi masih akan berkisar lima persen. Dalam skenario
ini, BI akan mempertahankan BI Rate 5,75 persen. Karena tahun 2013 adalah
tahun menjelang pemilu, kemungkinan harga BBM tidak akan dinaikkan. Dengan
demikian, permasalahan besarnya subsidi BBM akan diwariskan pada pemerintahan
baru pada 2014.
Di luar permasalahan tersebut, perekonomian
masih akan cukup baik. Konsumsi masyarakat masih akan tumbuh tinggi, sekitar
4,5 persen, begitu pula investasi. Karena itu, pertum- buhan ekonomi masih
bisa di atas enam persen. Harapan kita, pemerintah akan all out dalam tahun terakhir pemerintahan sebelum Pemilu 2014.
Paling tidak realisasi beberapa pembangunan infrastruktur penting dapat
dilakukan. Namun, menjelang pemilu kemungkinan para menteri dari parpol akan
lebih kon- sentrasi pada partainya.
Kegiatan bisnis masih akan cukup bergairah.
Sektor perdagangan ritel, telekomunikasi, perumahan, dan keuangan masih akan
tumbuh relatif tinggi. Namun, sektor manufaktur akan tertekan dengan kenaikan
tarif listrik, kenaikan upah minimum regional (UMR), dan menghadapi limpahan
(dumping) produk dari Cina. Kita
menghadapi tahun 2013 dengan harapan yang cukup baik. Tantangan harus kita
hadapi dan peluang kita manfaatkan sebaik-baiknya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar