Selasa, 01 Januari 2013

Melalui 2012 dan Harapan 2013


Melalui 2012 dan Harapan 2013
Umar Juoro ;   Ekonom Senior di CIDES dan the Habibie Center
REPUBLIKA, 31 Desember 2012



Hari ini adalah hari terakhir 2012. Kita patut ber syukur dapat melaluinya dengan cukup baik. Pertumbuhan ekonomi masih di atas enam persen, inflasi relatif rendah sekitar 4,6 persen, pengangguran dan angka kemiskinan menurun, meskipun masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pasar modal mengalami peningkatan, sekalipun nilai rupiah relatif melemah. Hal ini kita capai di tengah-tengah ketidakpastian ekonomi dunia, terutama berkepanjangannya krisis Eropa yang membuat neraca berjalan kita negatif.

Memasuki tahun 2013, kita masih akan menghadapi ketidakpastian ekonomi dunia karena krisis Eropa masih akan berlangsung. AS masih harus menyelesaikan permasalahan fiscal cliff, yaitu besarnya defisit anggaran. Ekonomi Cina yang menjadi rekan dagang utama Indonesia juga belum dapat diharapkan pulih pertumbuhannya seperti sebelumnya. Konsekuensinya kita masih harus menghadapi defisit neraca berjalan. Ekspor masih belum dapat diharapkan untuk pulih. Sementara impor masih tinggi, sekalipun mengalami penurunan. Ketidakseimbangan ini menjadi alasan bagi investor di pasar uang untuk menekan nilai rupiah.
Tantangan berat lainnya adalah tingginya subsidi energi (BBM dan listrik) yang mencapai sekitar Rp 300 triliun. Besarnya subsidi ini bukan saja memberatkan anggaran, melainkan menyebabkan ketidakseimbangan yang melemahkan stabilitas ekonomi. Pengurangan subsidi dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dapat mengurangi tekanan pada anggaran dan defisit neraca berjalan. Dengan demikian, juga mengurangi tekanan pada rupiah. Bukan saja impor minyak besar jumlahnya sekitar 38 miliar dolar AS setahun, melainkan permintaan dolar AS oleh Pertamina untuk mengimpor minyak menekan nilai rupiah.
Jika harga BBM dinaikkan, inflasi akan tinggi. Konsekuensinya Bank Indonesia (BI) akan me naikkan BI Rate untuk mengimbangi inflasi. Jika tidak, inflasi masih akan berkisar lima persen. Dalam skenario ini, BI akan mempertahankan BI Rate 5,75 persen. Karena tahun 2013 adalah tahun menjelang pemilu, kemungkinan harga BBM tidak akan dinaikkan. Dengan demikian, permasalahan besarnya subsidi BBM akan diwariskan pada pemerintahan baru pada 2014.
Di luar permasalahan tersebut, perekonomian masih akan cukup baik. Konsumsi masyarakat masih akan tumbuh tinggi, sekitar 4,5 persen, begitu pula investasi. Karena itu, pertum- buhan ekonomi masih bisa di atas enam persen. Harapan kita, pemerintah akan all out dalam tahun terakhir pemerintahan sebelum Pemilu 2014. Paling tidak realisasi beberapa pembangunan infrastruktur penting dapat dilakukan. Namun, menjelang pemilu kemungkinan para menteri dari parpol akan lebih kon- sentrasi pada partainya.
Kegiatan bisnis masih akan cukup bergairah. Sektor perdagangan ritel, telekomunikasi, perumahan, dan keuangan masih akan tumbuh relatif tinggi. Namun, sektor manufaktur akan tertekan dengan kenaikan tarif listrik, kenaikan upah minimum regional (UMR), dan menghadapi limpahan (dumping) produk dari Cina. Kita menghadapi tahun 2013 dengan harapan yang cukup baik. Tantangan harus kita hadapi dan peluang kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar