Upaya
Terpadu Pengentasan Kemiskinan
Haryono Suyono, KETUA YAYASAN DAMANDIRI
SUMBER : SUARA KARYA, 5
Maret 2012
Beberapa tahun lalu, menjelang tanggal 11 Maret yang sangat
terkenal itu, ada gerakan sungguh-sunguh untuk mensinergikan upaya pengentasan
kemiskinan antara program pemerintah dan gerakan masyarakat di desa yang
dianggap tidak tertinggal untuk penduduk di desa tertinggal. Desa-desa,
kabupaten atau provinsi tertinggal, didefinisikan sebagai wilayah yang
mempunyai prosentase penduduk miskin yang tinggi dan ditetapkan oleh pemerintah
untuk segera ditangani dengan sungguh-sungguh secara terpadu. Upaya terpadu itu
diwujudkan melalui instruksi yang ditetapkan untuk menangani desa tertinggal
atau instruksi desa tertinggal (program IDT). Untuk mensinergikan upaya
masyarakat di desa tidak tertinggal, kemudian dikeluarkan Instruksi 11 Maret
yang melahirkan program Takesra dan Kukesra untuk keluarga di desa tidak
tertinggal.
Kedua upaya besar itu berjalan beriringan, sehingga keluarga di
desa tertinggal dan di desa tidak tertinggal mendapat dukungan yang luar biasa
dalam upaya pengentasan kemiskinan. Hasilnya sangat menggembirakan karena pada
tahun 1997 pemerintah, melalui Presiden HM Soeharto, memperoleh penghargaan
internasional PBB oleh UNDP karena berhasil mengurangi kemiskinan dari 70
persen di tahun 1970 menjadi sekitar 11 persen di tahun 1996.
Upaya gerakan pengentasan kemiskinan seperti itu dewasa ini
sungguh gegap gempita. Pemerintah dengan dana yang relatif melimpah, melakukan
upaya melalui program PNPM Mandiri perkotaan dan pedesaan serta berbagai program
lain dalam jaringan yang luas.
Program-program kredit usaha rakyat (KUR) atau
lainnya juga didorong untuk merangsang tumbuhnya usaha ekonomi mikro, kecil dan
menengah. Disamping itu lembaga dan organisasi masyarakat, biarpun dengan dana
yang relatif terbatas, mendorong gerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan yang berkeadilan dan pro rakyat melalui pembentukan pos
pemberdayaan keluarga (posdaya). Perusahaan dan lembaga Keuangan melalui
corparate social responsibility (CSR) menambah barisan yang membentuk dan
mengisi posdaya atau upaya pengentasan kemiskinan melalui dukungan dana yang
tidak kecil. Semuanya bekerja keras berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3
Tahun 2010 yang dikeluarkan pada tanggal 21 April 2010.
Keterpaduan pelaksanaan berbagai program berdasarkan Inpres
tersebut yang intinya adalah pengembangan program pembangunan yang berkeadilan,
pro rakyat dan diarahkan pada percepatan pencapaian sasaran millenium
development goals (MDGs) itu pada akhir Maret lalu dipamerkan dalam acara,
Gemari Show di TVRI nasional secara menakjubkan. Para anggota SIKIB
(Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu), yang diwakili oleh Ibu Silvia
Agung Laksono, selaku Ketua III, dan dua orang anggota lainnya, Ibu Ina Gufron
Mukti dan Ibu Melly Budiman, ikut menghadiri acara yang menarik tersebut.
Disampaikan bahwa SIKIB ikut mendukung upaya pengentasan kemiskinan melalui
program Indonesia Sehat, Indonesia Pintar, Indonesia Kreatif, Indonesia Hijau
dan Indonesia Peduli. Upaya ini ternyata mampu merangsang keluarga pedesaan
mengembangkan gagasan yang mengangkat derajat dan kesejahteraan rakyat banyak.
Program untuk daerah dengan tingkat kemiskinan sangat tinggi
diwakili oleh program PNPM Mandiri Pedesaan dan Perkotaan yang ternyata mampu
menolong daerah-daerah itu dengan pengembangan infrastruktur yang memungkinkan
rakyat banyak bertambah kreatif dan mampu melaksanakan pembangunan ekonomi yang
mendorong rakyat banyak mengentaskan dirinya dari lembah kemiskinan. Ada juga
yang maju sekali dan mampu mengekspor hasil produksinya ke manca negara seraya
mengangkat keluarga miskin menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Program yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dikembangkan
umumnya melalui pembentukan pos-pos pemberdayaan keluarga di kota dan desa. Di
Jakarta dinamakan forum komunikasi pemberdayaan keluarga (Rukodaya). Di
pedesaan dinamakan pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Hampir 90 perguruan
tinggi negeri dan swasta dengan puluhan ribu mahasiswa semester 7 dan 8 ikut
aktif menjadi penggerak pembentukan Posdaya dan Rukodaya di berbagai desa dan
kelurahan. Para anggota IPeKB, yaitu Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana di masa
lalu, ikut aktif menjadi tuan rumah di pedesaan dalam proses pengembangan pos
pemberdayaan keluarga di pedesaan. Para pimpinan masjid akhir-akhir ini juga
ikut aktif menjadikan masjid sebagai basis pemberdayaan keluarga yang efektif.
Dewasa ini diperkirakan sudah terbentuk sekitar 10 ribu - 15 ribu Posdaya dan
Rukodaya di seluruh Indonesia.
Sebagian dana awal pembentukan posdaya dibantu oleh Yayasan
Damandiri, yang secara operasional dikembangkan oleh masyarakat secara mandiri.
Perusahaan dan industri memberi bantuan melalui CSR atau kegiatan terpadu yang
ada kaitannya dengan perusahaannya. Tidak kurang dari Rp 8 triliun - Rp 9 trilliun
disediakan dan disalurkan oleh Bank BPD, Bukopin dan BPR melalui sinergi dengan
Yayasan Damandiri dalam bentuk kredit pundi kepada sekitar 1 juta keluarga
miskin atau keluarga pra sejahtera untuk usaha ekonomi mikro yang aksesnya
kepada bank disederhanakan dalam program Financial Inclusion.
Dalam acara televisi, Gerakan Masyarakat Mandiri (Gemari)
terlontar kemungkinan berbagai upaya pengentasan kemiskinan yang tujuannya
sejalan itu dapat makin dipadukan agar cakupan dan dampaknya bisa menjadi lebih
sinergi. Upaya itu bisa mendongkrak lebih banyak jumlah keluarga miskin yang
dapat dientaskan dan mencapai sasaran MDGs dengan mulus. Insya Allah bisa
terlaksana dan memudahkan terwujudnya program yang makin tepat sasaran dan
berhasil. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar