Mengoptimalkan
Pendidikan Kewirausahaan
Herman, MAHASISWA
FAI-UMJ, AKTIF DI BASIC SYARIAH ECONOMIC CAMPUS (BASECAMP)
Sumber
: SUARA KARYA, 1 Maret 2012
Membaca tulisan Aunur Rofiq yang berjudul, Wirausaha Entaskan
Kemiskinan (Koran Jakarta, 12/1/2012) sangat menarik untuk dibahas. Dalam
tulisannya Aunur Rofiq mengatakan bahwa kewirausahaan yang di dalamnya menuntut
kreativitas dan inovasi, menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan mengentaskan kemiskinan.
Apabila kegiatan kewirausahaan yang dirangsang melalui program-program tersebut
berjalan efektif dan konsisten, maka akan memperluas kesempatan kerja di sektor
formal maupun informal.
Berdasarkan pemaparan di atas, pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship)
memiliki peranan yang sangat penting. Kewirausahaan memiliki peranan untuk
menambah daya tampung tenaga kerja. Jiwa kewirausahaan akan mendorong seseorang
memanfaatkan peluang yang ada menjadi sesuatu yang menguntungkan. Apalagi,
jumlah pengangguran dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2011 saja,
jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,12 juta orang. Hal ini disebabkan
sedikitnya lapangan pekerjaan, sedangkan jumlah lulusan sekolah menengah dan
perguruan tinggi terus bertambah. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara
lapangan pekerjaan dan orang yang akan bekerja.
Sedangkan proporsi wirausaha Indonesia diperkirakan baru sekitar
0,24 persen dari populasi, padahal untuk membangun ekonomi bangsa yang maju,
menurut sosiolog David Mc Cleiland, dibutuhkan minimal dua persen atau 4,8 juta
wirausaha dari populasi penduduk Indonesia. Sebagai perbandingan, Singapura
memiliki wirausaha 7,2 persen, Malaysia 2,1 persen, Thailand 4,1 persen, Korea
Selatan 4,0 persen, dan Amerika Serikat (AS) 11,5 persen dari total
penduduknya.
Menurut data Direktorat Jendral Pemuda dan Pendidikan Luar Sekolah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dari 75.3 juta pemuda Indonesia, 6,6
persen lulus sarjana. Dari jumlah tersebut, 82 persen di antaranya bekerja pada
instansi pemerintah maupun swasta, sementara hanya 18 persen yang berusaha
sendiri atau menjadi wirausahawan. Padahal, semakin banyak lulusan perguruan
tinggi yang menjadi wirausahawan akan dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
Sangat Mendesak
Purdi E Chandra (2004) dalam bukunya, Menjadi Entrepreneur Sukses,
mengatakan bahwa di era otonomi daerah saat ini, pendidikan kewirausahaan
sangat dibutuhkan. Karena, dengan pendidikan tersebut sebenarnya akan banyak
menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Tak hanya penting, tetapi sangat
mendesak. Maka sebaiknya, iklim untuk menekuni dunia usaha harus diciptakan.
Melihat peningkatan tenaga kerja yang tidak diiringi dengan
peningkatan lapangan kerja membuat pemerintah berusaha mengatasinya dengan
membuat berbagai program yang berhubungan dengan peningkatan kewirausahaan.
Melalui program peningkatan kewirausahaan, pemerintah berharap kesadaran
mahasiswa mengenai kewirausahaan akan muncul sehingga mahasiswa memiliki
motivasi untuk membuka usaha sendiri sehingga dapat mengurangi angka
pengangguran.
Pendidikan kewirausahaan yang didapatkan mahasiswa di bangku
kuliah berperan penting sebagai bekal pengetahuan yang dibutuhkan dalam
mengelola usaha terutama ketika menghadapi suatu permasalahan. Perguruan tinggi
sebagai wadah berlangsungnya pendidikan formal akan mendorong individu menjadi
seorang wirausahawan.
Mengingat jumlah pengangguran yang masih tinggi, perguruan tinggi
harus mampu berperan aktif guna menyiapkan sumber daya manusia terdidik yang
mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik lokal, regional maupun
internasional. Untuk mewujudkan itu semua maka diperlukan pendidikan berbasis
kewirausahaan, yaitu pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi
ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) melalui kurikulum yang
terintegrasi.
Pendidikan yang demikian mempunyai orientasi pada pembentukan jiwa
kewirausahaan (enterpreneurship) peserta didik. Yaitu, jiwa keberanian dan
kemauan menghadapi permasalahan hidup dan kehidupan secara wajar, berjiwa mandiri,
tangguh dan berdaya saing, berjiwa kreatif serta inovatif untuk mencari solusi
dalam mengatasi berbagai permasaahan yang dihadapinya.
Jiwa wirausaha yang diperoleh mahasiswa diharapkan lebih berhasil
karena pendidikan dan teknik manajemen modern yang mereka pelajari, sehingga
individu lebih sadar akan realitas dunia usaha. Perpaduan antara pengetahuan
dan teknologi nantinya akan meningkatkan terciptanya pengusaha-pengusaha muda
yang juga mampu menciptakan lapangan kerja.
Pengembangan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi dilaksanakan
untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan para mahasiswa. Pendidikan
kewirausahaan di perguruan tinggi akan memberikan nilai tambah (added value)
bagi kemandirian perekonomian daerah maupun nasional. Demikian pula para
lulusan perguruan tinggi tidak hanya berorientasi dan mampu menjadi pekerja
saja, tetapi juga berorientasi dan mampu bekerja mandiri, menciptakan usaha
baru dan industri sendiri.
Jadi, pendidikan kewirausahaan harus dimiliki oleh mahasiswa
karena mahasiswa sebagai pemimpin masa depan diharapkan mampu menjadi tulang
punggung bangsa. Sehingga, dengan penguasaan ilmu dan teknologi yang
dimilikinya mampu menciptakan lapangan kerja, bukan malah menambah jumlah
pengangguran. Karenanya, sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa dituntut
untuk berpikir secara kreatif dan inovatif, khususnya dalam melihat peluang
usaha yang ada di masyarakat. Mahasiswa berjiwa wirausaha berani mencoba untuk
memulai usaha. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar