Kamis, 19 Januari 2012

Mobnas dan Kompetisi Global


Mobnas dan Kompetisi Global
Mudi Kasmudi, PRAKTISI INDUSTRI, ENERGI, DAN PERTAMBANGAN
Sumber : SINDO, 19 Januari 2012



Di awal 2012 ini, berita media cetak dan elektronik didominasi seputar pemberitaan keluarnya mobil Kiat Esemka. Komentar masyarakat, tokoh-tokoh nasional, tulisan, dan artikel memuat antusiasme akan lahirnya mobil nasional (mobnas).

Hal ini menunjukkan bahwa bangsa ini merindukan dan bangga akan lahirnya produk teknologi hasil karya anak bangsa yang selama ini didominasi produk-produk impor. Mobil Esemka, GEA-Inka, Tawon,dan Kancil,dengan adanya perdagangan bebas seperti AFTA dan WTO, sudah tidak bisa diproteksi seperti dulu lagi. Kesemuanya harus bisa berkompetisi di pasar domestik dengan produk automotif global,baik yang kecil maupun yang raksasa.

Selain itu,sebelum dijual ke pasar,mobnas harus melakukan uji keselamatan agar tidak membahayakan konsumen dan menghindari klaim dalam jumlah besar. Faktor keselamatan adalah yang paling utama. Sebagai contoh, antara 1999 hingga 2001, Ford dan Firestone mengalami kerugian besar yang timbul akibat Ford-Explorer mengalami ratusan kecelakaan yang menyebabkan kematian. Antara 2009 hingga 2010, raksasa automotif dunia Toyota merecall jutaan mobilnya karena masalah rem dan pedal gas yang menye-babkan kecelakaan.

Toyota menghadapi tuntutan pengadilan California dan Kongres AS yang mengakibatkan terpuruknya saham Toyota di bursa saham Nikkei Jepang. Untuk dapat berkompetisi dengan industri automotif global,mobnas harus dibangun dengan modal yang kuat untuk mencapai skala ekonominya.

Tentunya harus didukung dengan infrastruktur yang baik seperti manajemen industri komponen, leasing dan bank, jaringan distribusi, purnajual, dan suku cadang. Kompetisi yang ketat di pasar automotif membawa beberapa industri automotif dunia diterpa krisis keuangan. Contohnya Mazda, pada 1990 dan 1998, sebagian sahamnya diambil alih Ford. KIA pada 1998 diambil alih Hyundai dan Volvo pada 1999 diambil alih Ford.

Contoh lain adalah apa yang dialami Proton, industri automotif dari negara tetangga kita,Malaysia. Diberlakukannya perdagangan bebas menjadikannya harus bersaing dengan produk Jepang dan Korea.Proton sempat hampir diambil alih VW-Jerman yang pada akhirnya diselamatkan Pemerintah Malaysia.

Di Tengah Kompetisi Global

Industri automotif dunia saling bersaing satu sama lain untuk memperebutkan pasar sekalipun sesama produsen satu negara. Agar tetap bersaing, industri automotif membuat berbagai strategi agar tetap eksis dan terhindar dari kebangkrutan. Agar tetap kompetitif di pasar,GM dan Ford menginvestasikan 5% lebih dari penjualan tahunan untuk R&D dan pengembangan produknya.

Chrysler, GM, dan Ford pada 1990-an, ketika produk automotif Jepang membanjiri pasar AS dan Eropa, melakukan restrukturisasi industri komponen dari ribuan menjadi hanya ratusan. Adapun industri automotif China melakukan perampingan jumlah industri automotifnya dari 20 grup besar menjadi beberapa grup seperti FAW, Dongfeng, SAIC, TAIC,Yuejin Auto-Group, dan Heavy Vehicle Group.

Kompetisi yang ketat membuat industri automotif dunia melakukan langkah aliansi strategis dan merger. Sebagai contoh,pada akhir 1990,Daimler merger dengan Chrysler yang dikenal dengan megamerger dengan total aset USD160 miliar. Yang lainnya melakukan aliansi strategis seperti Renault dengan Nissan dan Samsung, Mitsubishi dengan Hyundai,Toyota dengan Daihatsu, GM dengan Isuzu, Suzuki,Subaru,dan Opel.

Tahapan Mobnas dan Industri Automotif

Proses dan tahapan mobnas tidak bisa dibandingkan dengan industri mobil Jepang, Eropa, dan AS.Mereka adalah generasi pertama industri automotif dunia.Tahapan yang bisa dibandingkan adalah dengan industri automotif Malaysia, Korea, Taiwan, China, dan India. Mereka menggunakan strategi partnership, joint venture (JV),dan akuisisi untuk transfer teknologi dan manajemen industri komponennya.

Beberapa contoh adalah sebagai berikut.Pertama,Malaysia. Industri automotifnya yang dikenal adalah Proton dan Perodua.Proton yang didirikan pada 1983 pada masa Mahathir Mohamad adalah JV antara BUMN dengan Mitsubishi. Pada 1996, Proton mengakuisisi Lotus Group International dan pada 2005 mengakuisisi MV Agusta Italia.Adapun pesaingnya, Perodua, berpartner dengan Daihatsu.

Kedua,Korea Selatan.Industri automotifnya yang terbesar adalah Hyundai dan KIA. Hyundai berdiri pada 1967 dengan memeganglisensi auto-assembly dari Ford.Ketika Hyundai ingin mengembangkan mobil sendiri, Hyundai mempekerjakan eksekutif, ahli mesin dan desain dari Austin Morris Inggris.Pada 2000 mereka membuat aliansi strategis dengan Daimler Chrysler untuk mengembangkan truk.

Adapun KIA berpartner juga dengan Ford, tetapi pada saat krisis Asia,KIA diakuisisi Hyundai. Kini Hyundai-KIA adalah produsen automotif nomor 4 terbesar dunia. Ketiga,Taiwan.Pada 1958 berdiri YueLoongCodengan lisensi dari Nissan. Dan antara tahun 1967 hingga 1969,menyusul JV Lio-Ho dengan Toyota,sedangkan San-Fu, Sam-Yang, dan China Motors bekerja sama dengan industri automotif Jepang lainnya.(Sun et.al,2001).

Keempat, China. Pemerintah China dikenal paling agresif melakukan JV dengan industri automotif global.Antara tahun 1981 hingga 1998, lebih dari 600 JV dilakukan di industri automotif dan komponen (Sutherland, 2003).Sebagai contoh,GM dengan SAIC,Ford dengan Changan Auto-Group, Citroen dengan Dongfeng, begitu pula industri komponen lainnya.

Di samping melakukan aliansi strategis dan JV,industri automotif baru Asia melakukan akuisisi perusahaan yang sudah maju. Contohnya, pada 2008, Tata Motors-India mengakuisisi Jaguar dan Land Rover dari Ford dan Geely Automobile- China mengakuisi Volvo dari Ford pada 2010. Apabila Indonesia ingin membangun industri mobnas, sudah selayaknya belajar dari pengalaman beberapa negara di atas.

Langkah terbaik adalah dengan melakukan strategi partnership, JV, dan akuisisi agar cepat mendapatkan transfer teknologi,manajemen,dan mampu berkompetisi di pasar domestik terlebih dahulu sebelum berkompetisi di pasar global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar