Selasa, 20 Desember 2011

Saatnya yang Muda Memimpin


MENYAMBUT INDONESIA 2012
Saatnya yang Muda Memimpin
Sumber : SINDO, 19 Desember 2011



Hasil survei calon presiden belakangan ini yang menyatakan politik 2014 masih didominasi wajah lama seolah membenarkan bahwa dunia politik Indonesia tidak mengenal regenerasi.

Sebetulnya ada banyak politisi muda yang kini namanya sedang bersinar berpotensi memimpin bangsa ke depan. Misalnya Anas Urbaningrum yang berhasil terpilih sebagai ketua umum partai terbesar di Indonesia.Kemudian ada Puan Maharani,cucufounding fatherSoekarno,dari PDIP. Namun,elektabilitas mereka masih tenggelam dibandingkan politisi lain. Regenerasi politik sudah terjadi di dunia legislatif.

Di DPR, mayoritas penghuni Senayan berasal dari usia relatif muda, yaitu 40–50 tahun. Sayangnya, Tidak ada satu pun parpol yang mengusung tokoh muda sebagai capres. Tokoh-tokoh muda kalah pamor dari seniorseniornya. Seberapa besar peluang politisi muda untuk menjadi pemimpin bangsa? Jika melihat peta politik nasional, peluang tokoh muda dalam Pilpres 2014 cukup besar.

Dua figur sentral yang selalu mendominasi kepemimpinan nasional selama delapan tahun terakhir, SBY dan Megawati, hampir dapat dipastikan tidak akan mencalonkan diri. SBY sudah menjabat sebagai presiden dua periode, sedangkan Megawati yang kalah di dua pilpres sudah berusia senja. Pada pembukaan rapat koordinasi Hipmi di kawasan SCBD Jakarta Juni 2011 lalu, Presiden SBY telah mengisyaratkan bahwa dirinya dan keluarganya tidak akan maju dalam Pilpres 2014.

Pernyataan itu merespons isu yang muncul di publik bahwa Ibu Negara Ani Yudhoyono disebut akan maju sebagai capres pada 2014. Sinyal yang sama juga ditunjukkan Ketua Dewan Pertimbangan PDIP Taufiq Kiemas yang mengatakan bahwa Megawati sebaiknya tidak mencalonkan lagi. ”Megawati sudah 68 tahun (pada 2014), sudah waktunya kaderisasi,” ujar Taufiq beberapa waktu lalu.

Dengan demikian, peluang tokoh muda untuk muncul sebagai pemimpin alternatif sangat terbuka lebar. Karena itu, sudah saatnya pemimpin muda bersaing di pentas kepemimpinan nasional, bahkan menjadi pemenang pada Pilpres 2014. Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan mengatakan, pentas Pemilu 2014 bisa diambil sebagai kesempatan emas bagi para pemimpin muda untuk menduduki tampuk kepemimpinan nasional.

“Perjalanan reformasi sudah cukup panjang dan kita sudah melewati empat pemilu. Dari perjalanan itu, para figur muda sudah mendapat banyak pengalaman dan banyak pelajaran sehingga 2014 adalah saatnya para pemuda tampil di depan,” ujarnya. Anies menambahkan, banyak pos kepemimpinan yang bisa diisi para tokoh dan pemimpin muda potensial di negeri ini.

Kualifikasi kepemimpinan dan daya saing pemuda sangat dibutuhkan untuk menduduki kursi-kursi strategis nasional,termasuk di instansi pemerintahan. “Sekarang kepemimpinan pemuda itu dibutuhkan dan karena itu porsi figur muda dalam pembangunan bangsa ke depan akan semakin banyak. Para figur muda itu kansangat dinamis, memiliki karakter serta kemampuan berkompetisi.

Keunggulan pemuda ini akan menjadi modal utama dalam pembangunan Indonesia ke depan,” ucapnya. Anies menjelaskan,sejak dibukanya keran demokrasi melalui Reformasi 1998,para pemimpin muda sebenarnya sudah menancapkan kiprahnya di berbagai bidang. Kondisi ini akan menciptakan persaingan sehat dan positif, tidak hanya antara politikus muda dan tua,tapi juga kompetisi antarsesama politisi muda.

“Kondisi ini tentu sangat sehat bagi kemajuan bangsa Indonesia,” terangnya. Pengamat politik dari Indo Barometer M Qodari menilai animo publik terhadap pemimpin muda masih terbentur pada realitas politik. Menurut dia, realitas politiknya selalu didominasi tokoh-tokoh senior.“ Padahal masyarakat pemilih yang dari kalangan muda itu sangat signifikan. Tapi kenapa itu tidak diikuti oleh munculnya pemimpin muda,” ujarnya.

Dia memprediksi realitas seperti itu masih akan terjadi di Pilpres 2014.Menurut beberapa survei,jelas dia, nama-nama tokoh muda pimpinan parpol yang umurnya di bawah 50 tahun itu seperti Muhaimin Iskandar, Lutfi Hasan Ishaaq, Anas Urbaningrum, Puan Maharani, dan Sri Mulyani ternyata belum muncul dan tidak mendapat dukungan signifikan.“ Apalagi, beberapa di antaranya disebut-sebut tersangkut kasus korupsi.

Maka sulit bagi mereka untuk tampil pada 2014,”jelasnya. Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto mengatakan,para calon pemimpin dari kalangan pemuda harus memiliki kompetensi dan berani melawan pragmatisme politik. “Keberanian dan idealisme itu baru bisa terwujud jika ada kompetensi dari calon pemimpin muda.

Sebab yang akan mereka kembangkan adalah karya nyata berdasarkan kompetensi yang dimiliki,” ujar Bima kepada SINDO. Bima menjelaskan, pemimpin muda tak bisa hanya mengandalkan retorika,sedangkan dalam praktik nyata mereka justru alpa.“ Jika punya kompetensi, saya yakin pemimpin muda akan tahan ujian. Sebab ujian terbesar yang harus dilawan adalah korupsi dan pragmatisme,” ujarnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, politisi muda bisa bersaing bukan dengan senjata retorika ataupun hanya berdasarkan semangat juang. Lebih dari itu,para pemimpin muda dituntut mampu menunjukkan integritas, kapasitas, sekaligus rekam jejak mereka.“ Artinya harus ada prestasi dan kiprah yang menunjukkan bahwa pemuda itu mampu.Jadi sangat terbuka lebar pintu bagi para pemimpin muda untuk bersaing di pentas atas politik nasional,” terangnya.

Agen Perubahan

Tampilnya banyak calon pemimpin muda memberikan energi positif karena dinilai lebih mampu membawa perubahan bagi negeri ini.Tak salah apabila kaum muda dikatakan sebagai agen perubahan sosial.Berkaca pada sejarah,setiap tonggak kebangkitan nasional selalu dimotori kaum muda, misalnya Boedi Oetomo 1908, Sumpah Pemuda 1928,dan masa pergerakan dan revolusi 1945-1949.Dinamika perubahan politik tahun 1965,1974 dan 1998 juga dimotori pemuda.

Di setiap lintasan sejarah itu muncul tokoh-tokoh muda yang menjadi pemimpin di masanya. Bung Karno,Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan Tan Malaka adalah sedikit di antara banyak nama yang berperan penting dalam pembentukan negara-bangsa Indonesia.Tidak hanya itu, pemikiran, gagasan, dan tindakan mereka tidak terbatas di lingkup politik dalam pengertian sempit, tapi juga bergulat dalam ide-ide kebangsaan.

Merekalah peletak dasar-dasar kebangsaan Indonesia. Bung Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia pada usia 26tahun,dan berhasil menjadi presiden RI pertama di usia 44 tahun. Gagasan besarnya tentang Pancasila menjadi perekat bangsa dan tidak pernah pudar setelah lebih dari 60 tahun. Bung Hatta pada usia 19 tahun sudah bertolak ke Belanda untuk belajar ekonomi,dan akhirnya menjadi wakil presiden RI pertama di usia 43 tahun.

Di sela-sela studinya Hatta memimpin organisasi Perhimpunan Indonesia dari Belanda, dan memperkenalkan nama ”Indonesia”- nama yang sangat tabu bagi pemerintah Kolonial Belanda- di forumforum dan acara liga bangsa internasional. Sjahrir menjadi perdana menteri pertama pada usia 36 tahun.

Tan Malaka berpidato di Moskow sebagai pemimpin forum Komintern IV, sebuah perserikatan buruh dari seluruh penjuru dunia,pada usia kurang dari 30 tahun. Luar biasa, sebab apa yang diraih para founding father di atas tidak diperoleh secara instan, bahkan sebagian waktunya dihabiskan di tanah pengasingan.
 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar