Sabtu, 17 Desember 2011

Mempertahankan Itu Sulit


LAPORAN OLAHRAGA AKHIR TAHUN 2011
Mempertahankan Itu Sulit
Sumber : KOMPAS, 17 Desember 2011


Siapa sangka tim perahu naga putra Indonesia mampu meraih tiga emas sekaligus di ajang Asian Games 2010? Siapa sangka tim Indonesia berbalik dikalahkan di ajang SEA Games XXVI/ 2011 oleh rival sengit di Asian Games 2010?

Serba tidak terduga! Itulah games, olahraga. Hasil cemerlang Asian Games 2010 maunya dijadikan modal untuk menyapu bersih nomor-nomor perahu naga dalam SEA Games 2011. Namun, fakta berbicara lain.

Tim perahu naga Indonesia, baik yang terdiri atas 12 pedayung maupun 22 pedayung, tidak sanggup membuktikan ketangguhan mereka di nomor-nomor yang amat mereka kuasai: 2.000 meter putra/putri, 1.000 meter putra/putri, dan 500 meter putra/putri. Di nomor jarak pendek 250 meter yang diincar sanggup diselesaikan oleh tim perahu naga Indonesia, hasilnya nihil juga.

Alhasil, harapan di nomor-nomor unggulan kandas. Myanmar membalikkan keunggulan Indonesia. Myanmar meluluhlantakkan skuad Merah Putih.

Myanmar akhirnya pulang dengan sembilan emas dan satu perak. Indonesia selesai dengan lima perak dan empat perunggu.

Mental Pemain

Itu cerita hampir satu bulan yang lalu. Akan tetapi, rasanya itu menjadi ganjalan bagi tim Merah Putih yang harus dicari tahu penyebabnya.

”Mereka sudah terus berusaha dan menyiapkan diri dengan keras. Namun, catatan waktu mereka tidak pernah bisa menyamai catatan waktu selama di Asian Games,” ujar Koordinator Cabang Terukur Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Prima) Utama, Sebastian Hadi Wihardja, Rabu (14/12).

Di Asian Games 2010, catatan waktu sekitar tiga menit dibukukan untuk melahap habis jarak 1.000 meter. Di SEA Games, mereka membukukan empat menit hingga lima menit untuk menuntaskan jarak tersebut.

Apa ada yang salah? ”Rasanya kesalahan itu ada pada mental pemain. Mereka belum siap menjadi juara. Padahal, manajer ataupun pelatih sudah selalu mengingatkan para atlet untuk berhati-hati. Myanmar adalah lawan yang belum ketahuan kekuatannya,” ujar manajer tim perahu naga Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI), Young Mardinal Djamaludin.

Selama persiapan menghadapi SEA Games, tim perahu naga Indonesia selalu mendominasi setiap uji coba yang diikuti, baik kejuaraan perahu naga di Malaysia maupun kejuaraan di Korea Selatan.

Sayangnya, tiap kali mengikuti uji coba, Myanmar tak pernah turun. Tim Indonesia boleh merajai semua nomor. Namun, tim Indonesia belum berarti apabila belum bertemu tim Myanmar.

Dari awal, seharusnya tim Indonesia terus mempertahankan kewaspadaan. Di Asian Games 2010, meski unggul, catatan waktu Indonesia berselisih tipis saja dari Myanmar.
Di nomor 250 meter putra, Indonesia mencatatkan 48,681 detik, sementara Myanmar 49,401 detik. Di nomor 500 meter putra, tim Indonesia mencatat waktu 1 menit 44,506 detik, sedangkan Myanmar 1 menit 45,622 detik. Begitu juga di nomor 1.000 meter putra, catatan waktu Indonesia dengan Myanmar juga tidak begitu jauh. ”Catatan waktu ini seharusnya menjadi catatan penting tim Indonesia,” ujar Hadi.

Apalagi, menurut Hadi, tak sekalipun dalam setiap uji coba di luar negeri tim Indonesia berjumpa dengan rival berat dari Asia Tenggara itu. ”Tim kita seperti lengah,” tuturnya.
Hal lain yang kurang dicermati adalah jadwal perlombaan. Di Asian Games 2010, tim perahu naga turun lebih dahulu kemudian para pedayung Indonesia turun di nomor kano serta kayak.

Di SEA Games XXVI/2011, dengan kekuatan tim yang sama dengan tim di Asian Games, para pedayung Indonesia rupanya sudah turun lebih dahulu di nomor kano dan kayak. Kemudian mereka tampil di nomor perahu naga.

Baik di Asian Games maupun SEA Games, tim Indonesia diperkuat para pedayung terkuat kano dan kayak. Dari dua pembagian jadwal itu, saat di Asian Games, Indonesia diuntungkan dengan pedayung yang masih segar bugar. Energi mereka amat berguna saat menuntaskan nomor-nomor lomba. Sementara di SEA Games, para pedayung terlihat kelelahan.

Padahal, secara teori iptek keolahragaan, seharusnya para pedayung Indonesia bisa pulih cepat setelah berlomba di nomor sebelumnya. Apalagi, dayung memiliki dukungan ilmu keolahragaan yang cukup.

”Saya juga kurang bisa memastikan mengapa para pedayung sepertinya tidak bisa pulih dengan cepat untuk turun di perahu naga,” ujar Mardinal.

Justru ketika para pedayung kano/kayak turun ke perahu naga, mereka kesulitan untuk menyamakan irama dan kecepatan kayuhan. Semakin dipacu kayuhan, perahu makin tidak terpacu.

”Sepertinya saat tim kita tersusul lawan, para pedayung kita, kok, malah grogi dan panik. Saya kira masalah mental juga berpengaruh,” ujar Mardinal.

Harus Spesialisasi

Mencermati kandasnya tim Merah Putih di pesta negara-negara Asia Tenggara itu, tim dayung Indonesia rasanya harus mengubah strategi.

Sudah saatnya tim manajer dan pelatih dayung memfokuskan para pedayung. Untuk disiplin kano dan kayak, para pedayung sebaiknya disiapkan khusus untuk tim kano dan kayak saja, juga untuk tim perahu naga. Dengan begitu, setiap pedayung mempunyai spesialisasi dan bisa difokuskan untuk kejuaraan single event atau multi-events seperti SEA Games.

Mardinal mengatakan, saat ini cabang dayung tengah menggelar kualifikasi Pekan Olahraga Nasional. Ia berharap para pedayung terbaik bisa diambil dari hasil tersebut untuk diarahkan ke spesialisasi.

Memang, mempertahankan hasil terbaik jauh lebih berat ketimbang saat berupaya meraihnya.
(Helena F Nababan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar