Mempersiapkan
Dialog Papua
Neles Tebay, PENGAJAR PADA STFT FAJAR TIMUR ABEPURA, PAPUA
Sumber : KOMPAS, 8 Desember 2011
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2011 di Jakarta mengumumkan pentingnya
suatu dialog terbuka dengan rakyat Papua untuk mencari dan menyepakati solusi
serta pilihan terbaik atas berbagai masalah di Tanah Papua.
Presiden
SBY menekankan bahwa dialog itu dapat dilaksana- kan atas dasar tiga pilar:
Negara Kesatuan Republik Indonesia, otonomi khusus, dan percepatan pembangunan
di Papua.
Memandang
dari Papua, Presiden SBY telah memberi harapan di tengah kebuntuan komunikasi
politik antara Jakarta dan Papua. Ternyata masih ada peluang menyelesaikan
konflik Papua secara damai.
Tanpa
tekanan dari luar, Presi- den SBY bahkan telah mengam- bil inisiatif menetapkan
langkah progresif. Presiden membentuk Unit Percepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat (UP4B) lalu mengangkat Letjen Purn Bambang Dharmono sebagai kepala
unit tersebut. UP4B diharapkan menjembatani komunikasi antara pemerintah pusat
di Jakarta dan rakyat serta pemerintah daerah di Provinsi Papua dan Papua
Barat.
Presiden
SBY juga mengangkat Farid Husein sebagai utusan khusus yang mempersiapkan
dialog antara pemerintah dan orang Papua. Sebagai wakil resmi pemerintah pusat,
ia ditugasi membangun komunikasi dengan para tokoh orang Papua baik di dalam
negeri maupun di luar negeri agar dialog antara pemerintah dan orang Papua
terlaksana.
Dengan
perkembangan dan inisiatif pemerintah ini, satu-satunya hal yang dibutuhkan
pemerintah saat ini adalah dukungan berbagai pihak. Semua pihak baik di Tanah
Papua, Jakarta, maupun di luar negeri perlu mendukung sepenuhnya inisiatif
pemerintah ini dengan berbagai cara dan sarana agar konflik Papua dapat diatasi
melalui dialog yang bermartabat serta tanpa pertumpahan darah.
Empat
Tahap Persiapan
Dialog
untuk menyelesaikan masalah Papua melibatkan pihak-pihak yang berkonflik selama
ini: pemerintah pusat di Jakarta dan orang asli Papua, terutama yang selama ini
melakukan perlawanan terhadap pemerintah.
Selain
pemerintah pusat dan orang asli Papua, aktor-aktor lain yang juga dapat
berperan sebagai pemicu konflik dan atau pemacu pembangunan di Tanah Papua
perlu dilibatkan dalam proses dialog Jakarta-Papua.
Menurut
pengamatan saya, aktor-aktor lain yang perlu dili- batkan dalam proses
persiapan dialog adalah penduduk Papua, terutama warga non-Papua yang jumlahnya
mencapai 48 persen dari penduduk di Papua dan Papua Barat, Polri, TNI,
pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota), serta perusahaan-perusahaan asing
dan domestik yang mengeksploitasi kekayaan alam di Tanah Papua.
Suara
dari semua aktor ini perlu didengar. Pendapat mereka perlu diakomodasi dan
diperhitungkan dalam proses persiapan dialog Jakarta-Papua. Oleh sebab itu,
perlu disiagakan tahap persiapan dialog Papua yang memungkinkan keterlibatan
semua aktor itu.
Kami
menawarkan empat tahap persiapan dialog Jakarta-Papua. Pertama, dimulai dengan
diadakannya konsultasi publik bagi orang asli Papua di semua kabupaten. Mereka
difasilitasi menyampaikan pendapat mereka tentang dialog dan pembangunan
perdamaian di tanah leluhur mereka. Rangkaian konsultasi publik juga perlu
diadakan bagi warga Papua, terutama melibatkan penduduk dari berbagai suku
bangsa di Indonesia yang hidup di ”negeri kasuari”.
Perlu
pula diadakan konsultasi publik terpisah bagi Polri, TNI, pemerintah daerah,
dan perusahaan asing serta domestik yang mengeksplotasi kekayaan alam di Tanah
Papua.
Setiap kelompok aktor ini perlu difasilitasi agar dapat merumuskan
pendapat kolektif mereka.
Kedua,
perlu diadakan dua konferensi regional yang membahas tentang perdamaian di
Tanah Papua. Satu konferensi bagi orang asli Papua dan satu lagi bagi warga
Papua. Kedua konferensi ini merupakan pertemuan terakhir dari rangkaian
konsultasi publik antara orang asli Papua dan warga Papua.
Ketiga,
diperlukan sebuah konferensi nasional tentang perdamaian Papua. Konferensi ini
diadakan di Jakarta dan dihadiri semua pemangku kepentingan. Hasil kedua
konferensi regional dan konsultasi publik bagi Polri, TNI, pemerintah daerah,
dan perusahaan dapat dipresentasikan dalam konferensi nasional ini. Dalam
konferensi ini dapat dibuatkan draf kerangka dialog Jakarta-Papua.
Keempat,
konferensi Papua bagi kelompok Organisasi Papua Merdeka yang menuntut
kemerdekaan Papua Barat. Dalam konferensi ini, wakil-wakil semua faksi
perlawanan diundang untuk membahas perdamaian dan kesejahteraan.
Tiga
Pertanyaan Sama
Semua
tahapan di atas mempersiapkan tahapan terakhir, yakni dialog antara wakil-wakil
pemerintah dan orang Papua. Semua kesepakatan ditetapkan dalam dua konferensi
yang terakhir di atas dapat dibahas dalam dialog Jakarta-Papua. Wakil
pemerintah dapat mempresentasikan hasil konferensi nasional dan wakil orang
Papua membawakan hasil konferensi Papua.
Agar
pembahasannya terfokus dan terarah, semua konsultasi publik, konferensi
regional, konferensi nasional, konferensi Papua, dan bahkan dialog
Jakarta-Papua perlu membahas tiga pertanyaan yang sama. (1) Apa indikator
perdamaian Papua? (2) Masalah-masalah apa yang perlu dituntaskan demi
perdamaian di Papua? (3) Apa solusi-solusi dari semua masalah yang sudah
diidentifikasi?
Mengikuti
cara dan tahapan persiapan ini, semua pemangku kepentingan mempunyai rasa
memiliki terhadap proses dan hasil dialog Jakarta-Papua. Hal ini akan membuat mereka
merasa bertanggung jawab juga atas implementasi kesepakatan yang ditetapkan
dalam dialog Jakarta-Papua. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar