MENYAMBUT
INDONESIA 2012
Kualitas
SDM Indonesia Menghadapi Tantangan
Sumber
: SINDO, 19 Desember
2011
Laju perekonomian Indonesia sejak
beberapa tahun menunjukkan prestasi membanggakan. Bahkan salah satu negara Asia
yang cepat pulih dari krisis Asia tahun 1997 dan lolos dari krisis finansial
Amerika Serikat tahun 2008 lalu.
Indonesia juga berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi 6,5% tahun ini ketika negara-negara ASEAN lainnya justru merevisi ke bawah pertumbuhan ekonominya. Namun,di balik capaian positif tersebut,secara sosial Indonesia masih belum mengimbangi capaian di bidang ekonomi.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur dari dimensi pendidikan,kesehatan dan pendapatan masih menunjukkan stagnasi.
Berdasarkan laporan Human Development Report 2011 (UNDP),Indonesia berada di peringkat 124 dengan skor 0,617 dan tergolong sebagai negara berkembang dengan tingkat IPM medium (medium human development). Penghitungan IPM UNDP mengacu pada empat indikator utama yaitu angka harapan hidup (life expectancy), tingkat partisipasi sekolah (school enrolment), dan pendapatan per kapita.
Acuan yang digunakan UNDP berlaku universal dengan asumsi bahwa indikator-indikator tersebut merupakan kebutuhan dasar (basic needs) manusia yang harus dipenuhi. Di banding dengan negaranegara tetangga,Indonesia harus mengakui bahwa kualitas SDM Indonesia masih kalah. Peringkat IPM Indonesia lebih rendah dari Malaysia dan Thailand yang masing-masing berada di ranking 61 dan 103.
Indonesia bahkan masih kalah tipis dibanding Filipina (112), apalagi dibanding Singapura (26). Posisi Indonesia hanya sedikit lebih baik dibanding Laos atau Kamboja.Hal tersebut jelas membuat miris.Dengan peringkat tersebut,Indonesia gagal naik kelas dari negara berkembang (developing country) ke negara maju (high developed country).
Peringkat IPM Indonesia yang masih rendah menunjukkan pemerintah belum optimal meningkatkan kualitas manusia. IPM sangat terkait dengan dimensi pendidikan, kesehatan,dan pendapatan masyarakat.Dapat dikatakan, program-program pemerintah pusat dan daerah seperti pendidikan dan kesehatan gratis,serta peningkatan daya beli belum dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat.
Dari aspek pendidikan, tingkat partisipasi sekolah dan angka melek huruf menunjukkan kecenderungan positif setiap tahun. Menurut data BPS (2009),hampir sebagian besar anak-anak usia 7-12 tahun pernah mengenyam pendidikan dasar, atau di atas 96% setiap tahun. Hal yang sama juga dialami sebagian besar anakanak berusia 13-15 tahun di mana 84% di antara mereka pernah menduduki bangku SMP.
Tetapi, hal serupa tidak terjadi pada remaja usia 16-18 tahun.Tidak semua golongan ini mampu melanjutkan partisipasi pendidikan ke jenjang SMA,terlebih ke perguruan tinggi.Tercatat,hanya lebih dari separuh remaja usia 16-18 yang melanjutkan ke jenjang SMA (54%). Berdasarkan laporan UNDP, rata-rata lama sekolah manusia Indonesia adalah 6 tahun, sedangkan di Filipina dan Malaysia 9 tahun.Persoalan ini harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah yang saat ini gencar mendengungkan program pendidikan dasar 12 tahun.
Dari aspek kesehatan,harus diakui bahwa aksesabilitas masyarakat terhadap lembaga kesehatan cenderung meningkat. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap naiknya angka harapan hidup manusia Indonesia dari 68 tahun ke 69 tahun. Namun, angka itu masih di bawah rata-rata angka harapan hidup ASEAN yakni 71 tahun.
Hal ini disebabkan masih terdapat keluhan mengenai mahalnya biaya kesehatan dan adanya kesenjangan fasilitas dan tenaga medis antara daerah satu dengan lain, terutama di daerah terpencil. Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga masih tinggi, masing-masing 228 kematian per 100.000 ibu melahirkan dan AKB 34 kematian per 1.000 bayi.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional- /Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana mengakui, pertumbuhan ekonomi penting untuk meningkatkan Gross National Incomeyang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. ”Pendapatan merupakan komponen IPM sehingga kita jaga bagaimana agar ekonomi terus tumbuh dan juga tumbuh secara merata,” kata Armida.
Namun, menurut Armida, untuk mendapatkan dampak positif dari berbagai program pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan itu sendiri membutuhkan waktu. ”Efek positifnya mungkin baru terasa lima tahun ke depan,” ungkapnya. Dia menyontohkan, misalnya lama sekolah saat ini sudah ada yang 13 tahun. Maka, setelah dana BOS bergulir diharapkan lima tahun lagi masa sekolah bisa lebih lama. ● (m azhar/ dyah ayu Pamela)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar