Selasa, 20 Desember 2011

Dunia Milik Kita, tetapi dengan Syarat

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 INTERNASIONAL
Dunia Milik Kita, tetapi dengan Syarat
Sumber : KOMPAS, 19 Desember 2011


Masih ingat betapa keadaan Indonesia kacau menjelang tahun 1998 dan setelahnya? Demonstrasi ala Arab Springs yang fatal hingga kejatuhan rezim atau dinasti telah kita alami. Aksi protes ala warga Yunani karena krisis ekonomi juga sudah kita jalani lebih dari 10 tahun lalu.

Banggalah menjadi Indonesia yang melewati semua itu. Kita relatif berhasil melewati annus horribilis seperti diingatkan Prof Dr Anwar Nasution jauh-jauh hari sebelum 1998.
Kesalahan dan pelajaran masa lalu Indonesia ternyata tidak ditangkap sejumlah rezim atau dinasti di dunia. Dana Moneter Internasional dengan pimpinan yang didominasi think tank Eropa tak juga berhasil menyehatkan zona euro dan kini menjadi penyebab kemerosotan ekonomi global.

Muncullah aksi protes dan kesengsaraan yang tampaknya belum berakhir hingga tahun 2012 dan membuat kantor berita Reuters menyebutkan bahwa 2011 sebagai annus horribilis. Hampir tidak ada berita menyenangkan selain perkawinan aristokrat Pangeran William dan Kate Middleton dari Inggris.

Hiburan lain adalah dukungan warga yang menginginkan dan mendoakan Presiden Argentina Cristina Fernandez agar terus berkuasa. Sang janda pemimpin ini begitu memesona warga, kontras dengan dunia Arab.

Selebihnya, keadaan sepanjang tahun 2011 adalah annus horribilis global yang lain. Gempa yang menyebabkan tsunami di Jepang pada Maret 2011 menambah kesesakan global karena mengganggu produksi otomotif global. Banjir selama tiga bulan di Thailand juga melumpuhkan sektor ekonomi.

Ledakan bom di Pakistan dan Afganistan, meski Osama bin Laden telah dapat ”diamankan”, juga menambah mosaik-mosaik hitam dunia. Kepergian Amerika Serikat (AS) dari Irak tidak menjamin Irak nyaman. Bahkan, kepergian AS dikhawatirkan akan membuat Iran ingin unjuk gigi menjadi salah satu pemain paling disegani di kawasan. Ini jelas tidak didiamkan para pemikir geopolitik Barat, yang tidak ingin Iran mendominasi.

Kegamangan

Apakah annus horribilis lain juga akan muncul pada tahun 2012? Dari segi ekonomi, tidak ada jaminan. Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyehatkan zona euro jika benar-benar bisa disehatkan.

Ekonom Harvard, Martin Feldstein, bahkan meramalkan dengan pasti kejatuhan zona euro. Feldstein dengan yakin mengatakan, zona euro tak akan bertahan dengan bentuknya sekarang walaupun euro ingin dipertahankan.

Arab dengan aksi protes yang terus berlanjut di Suriah, dan selanjutnya mungkin di Iran, rasanya tidak bisa dijamin untuk selesai.

Kewaspadaan harus menjadi dasar pemikiran elite dan rakyat Indonesia agar tahun 2012 tidak menjadi ajang utama annus horribilis.

Ada potensi besar untuk menghindari itu. Ada faktor eksternal yang memungkinkan Indonesia tampil sebagai negara harapan dunia, bahkan pilar dunia, setidaknya secara ekonomi.

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Julian Wilson dan Duta Besar Jerman untuk Indonesia Dr Norbert Baas melihat potensi Indonesia sebagai penyangga kekuatan ekonomi global. Pasar yang berkembang dan generasi baby boomers Asia menjadi dasar penggerak ekonomi dunia.

Ini menjadi faktor eksternal kondusif bagi Indonesia. Hal ini juga terlihat dari kejayaan BRIC, yang kini menjadi BRICS, simbol kejayaan baru dunia secara ekonomi dan juga ke depan mungkin secara geopolitik yang melibatkan Brasil, Rusia, India, China, serta Afrika Selatan.

Perkiraan National Intelligence Council, AS, belum mencabut Indonesia dalam ramalannya sebagai salah satu superpower pada masa depan. Faktor demografi dengan keberadaan penduduk berusia muda menjadi penguat perekonomian.

Kebangkitan Asia, yang disebutkan langsung oleh Direktur Utama Bank Pembangunan Asia Haruhiko Kuroda, memperkuat gelindingan bola salju perekonomian Asia dan Indonesia.

ASEAN, dengan kasus Myanmar yang menjadi faktor pengganggu, tampaknya memperkuat faktor eksternal. Keberadaan Aung San Suu Kyi yang didukung Barat dan kesediaan Suu Kyi mendorong kemajuan Myanmar dengan menghindari kekerasan semakin memperkuat ASEAN.

Profesor Dr Kishore Mahbubani dari National University of Singapore juga menuliskan itu dalam bukunya, The New Asian Hemisphere.

Relatif paripurna faktor eksternal yang bisa memajukan Indonesia dan menghindari Indonesia menjadi salah satu ajang annus horribilis 2012.

Kepemimpinan

Tidak semua itu otomatis menjadi faktor eksternal positif bagi Indonesia ke depan. Ada syarat-syarat yang harus dilakukan. Salah satunya adalah memenuhi program MDGs (Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium) dari PBB, yang jauh dari target.

Good governance menjadi syarat lain yang harus diperbaiki, bukan malah menghasilkan lagi fenomena Gayus, Nazaruddin, dan kasus Bank Century.

Bagaimana mencegah itu semua? Faktor kualitas kepemimpinan menjadi penentu. General Electric, yang bertumbuh baik di bawah Jack Welch, menunjukkan peran dahsyat kepemimpinan. Kepemimpinan ala Mahathir Mohamad, yang sejak kecil bermimpi menjadikan Malaysia maju, layak ditiru.

Terlalu sayang jika semua potensi ini tidak dimanfaatkan. Terlalu sayang jika Indonesia tidak berhasil mengangkat dirinya. Terlalu sayang jika Indonesia tetap menjadi ajang eksploitasi perusahaan-perusahaan tambang AS. Adalah hal menyakitkan jika Indonesia tidak beranjak dan menjadi bulan-bulanan kapal patroli Malaysia, yang berani menangkap aparat Indonesia di perairan sendiri.

Dengan Indonesia yang kuat dan segala beban bencana yang tampaknya akan muncul di Indonesia, derita ratusan juta warga masih miskin relatif bisa diringankan.                 (simon saragih)


 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar