LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 INTERNASIONAL
Bahaya
Terorisme Pasca-Osama
Sumber : KOMPAS, 19 Desember
2011
Tokoh teroris paling dicari, Osama bin Laden,
tewas dalam sebuah operasi militer AS di kota Abbottabad, Pakistan, awal Mei
2011, tapi tidak berarti ancaman teroris melemah. Banyak pakar mengatakan,
jaringan teroris sedang menyusun strategi baru sehingga masih menjadi ancaman
yang berbahaya bagi dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Aksi-aksi teror, atau terorisme, bukanlah hal
baru. Serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror,
suasana panik, terhadap masyarakat sudah terjadi sejak lama. Meski demikian,
terorisme menjadi lebih aktual sejak muncul serangan ke World Trade Center di
New York, AS, pada 11 September 2001.
Nama Osama bin Laden semakin populer
pascatragedi nine eleven yang menewaskan lebih dari 3.000 orang tersebut. Sejak
itu, semua negara di dunia berada dalam posisi siaga tinggi, termasuk
negara-negara yang mayoritas penduduknya mungkin diam-diam ”mensyukuri”
serangan yang menyasar ke ”negeri adidaya” itu.
Sejak itu pula, perburuan terhadap Osama dan
upaya memberangus basis-basis jaringan teroris Al Qaeda pimpinan Osama
diproklamasikan oleh AS. Bekerja sama dengan para sekutunya, AS mengerahkan
pasukan dan seluruh logistik perangnya ke Afganistan, lalu merambat ke Irak,
Iran, dan Pakistan pun dijadikan basisnya.
Hampir 10 tahun kemudian, tepatnya 1 Mei 2011
waktu AS, Presiden Barack Obama mengumumkan bahwa pemimpin jaringan teroris Al
Qaeda itu sudah tewas. Osama tewas dalam sebuah operasi khusus pasukan elite
Navy SEAL, AS, di Abbottabad. Sebagian besar tentara AS berpesta pora setelah
mengetahui Osama tewas.
Kita tidak perlu mempersoalkan bagaimana
Osama tewas. Bagaimana Osama muncul, apakah jaringannya sudah mati dan sudah
amankah kita dari terorisme, adalah gugatan yang lebih aktual untuk disikapi.
Mungkinkah dunia bisa aman dari terorisme, jaringan internasional yang tertata
itu?
Osama, bernama lengkap Usamah bin Muhammad
bin Awwad bin Ladin, berasal dari keluarga petani miskin Yaman, negeri paling
miskin di Arab, yang kini masih bergolak. Dia mulai membangun jaringan
komunikasinya pada 1979 ketika ia tiba di Afganistan dari Arab Saudi, negeri
keduanya.
Di Afganistan dia bergabung dalam milisi
perang kaum mujahidin yang berperang melawan invasi Uni Soviet. Menurut analis
Timur Tengah, Hazhir Teimourian, jihad melawan Uni Soviet ini didukung dana AS,
mendapat restu Arab Saudi dan Pakistan, dan dia pun mendapat pelatihan keamanan
dari CIA.
Osama pun mendirikan Maktab al-Khidimat yang
merekrut pejuang dari seluruh dunia dan mengimpor peralatan untuk membantu
perlawanan Afganistan melawan Soviet. Setelah penarikan Soviet, ”the Arab
Afghans”, sebutan terhadap faksi Osama, berbalik menyerang AS dan sekutunya di
Timur Tengah. Tahun 1988-1989 Osama mendirikan Al Qaeda yang berarti fondasi.
Osama kembali ke Arab Saudi untuk bekerja di
bisnis konstruksi keluarga, namun diusir pada 1991 karena kegiatan
antipemerintah di sana. Osama lalu menghabiskan lima tahun berikutnya di Sudan
hingga tekanan AS mendorong Sudan untuk mengusirnya, dan dia akhirnya kembali
ke Afganistan.
Jauh sebelum serangan 11 September 2001,
Osama terlibat dalam tiga rangkaian serangan mematikan, yakni bom WTC tahun
1993, pembunuhan terhadap 19 tentara AS di Arab Saudi tahun 1996, dan bom di
Kenya dan Tanzania pada 1998.
Perburuan terhadap Osama pun dilakukan sejak
September 2001, pasca-serangan di WTC dan Pentagon, AS, yang menewaskan lebih
dari 3.000 orang. AS menegaskan, Osama adalah ”sponsor paling signifikan bagi
aktivis ekstremis di dunia”.
Apakah jaringan terorisme yang dibangun Osama
telah melemah? Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa jaringan terorisme
telah mati. Salah satu sayap Al Qaeda paling kuat saat ini berada di Tanduk
Afrika, yakni Al Shabaab.
Boko Haram yang berbasis di Nigeria, Afrika
Barat, terkait dengan Maghreb Islam, cabang Al Qaeda di Afrika Utara dan Al
Shabaab. Boko Haram: The Emerging Jihadist Threat in West Africa-Ideology,
Anti-Defamation League, December 12 2011 menyebutkan, petinggi Boko Haram mengindikasikan
secara terbuka: mereka menganut ideologi Al Qaeda.
Jemaah Islamiah (JI) yang bergerak di Asia
Tenggara masih perlu diwaspadai. Indonesia belakangan ini beberapa kali
menangkap dan memenjarakan tersangka teroris JI. Sama seperti di aktivis Al Shabaab
dan Boko Haram, aktivis JI pun telah mengubah target serangan ke simbol-simbol
pemerintah. Mungkin juga kini mereka ”surut” untuk merancang strategi baru. ● (PASCAL S BIN SAJU)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar