Rabu, 04 September 2013

Senyuman Tersangka Koruptor

Senyuman Tersangka Koruptor
B Retang Wohangara  Dosen Fakultas Sastra (Inggris)
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang,
Kandidat Doktor Folklore Indiana University Bloomington Amerika Serikat
SUARA MERDEKA, 03 September 2013


TERSENYUM merupakan pengalaman keseharian manusia. Dalam praktik, bentuk komunikasi tanpa kata (nonverbal) tersebut dapat mengundang dan menghadirkan berbagai interpretasi.
Tapi tidak jarang seseorang kesulitan memaknai senyuman orang lain. Apakah senyum itu tulus, palsu, melegakan hati, atau topeng untuk menyamarkan perasaan yang lain? Pertunjukan publik yang bisa melatih kemampuan memaknai senyuman adalah pameran senyum para tersangka kasus korupsi di gedung KPK atau pengadilan tipikor.

Orang yang jadi tontonan publik dan kemudian ”terkenal” karena dugaan melakukan kejahatan (infamy) seyogianya merasa tertekan. Minimal pasang muka serius atau sekurangkurangnya datar tapi tersangka koruptor senantiasa tersenyum. Penelitian awal tentang ekspresi wajah paling tidak dapat dirunut dari penerbitan buku The Expression of the Emotions in Man and Animals (1872) oleh Charles Darwin.

Penelitian Darwin bermuara pada kesimpulan bahwa senyuman merupakan aktualisasi kebahagian seseorang, atau yang akhirnya lebih dikenal sebagai Pendekatan Ekspresi Emotional (The Emotional Expression Approach). Pengusung pendekatan ini berkeyakinan bahwa senyuman senantiasa berhubungan dengan dan disebabkan oleh perasaan bahagia.

Maka ketika senyum itu terjadi, pesan umumnya adalah kebahagian meskipun tindakan itu bisa”tiputipu.” Barangkali senyumannya itu topeng, namun itu tetap merupakan stimulus kebahagian. Pendekatan kedua adalah pendekatan sosial.

Pendukung teori ini mencoba menjelaskan alasan seseorang tersenyum, pengaruh senyuman dalam interaksi sosial, dan fungsi evolusi primata seperti simpanse yang bisa menyeringai atau ìnyengirî, mirip manusia. Bagi simpanse, ekspresi wajah itu adalah pertanda tunduk pada atau mengalihkan perilaku permusuhan dari hewan lain yang lebih dominan. Menyeringai juga bermanfaat untuk mempertahankan atau meningkatkan ikatan antarsimpanse.

Hipotesisnya adalah bahwa senyuman manusia adalah jejak evolusi dari seringai primata (Kraut dan Johnston 1979: 1539-1541). Berbeda dari pendekatan sebelumnya, yang lebih menekankan senyuman sebagai gambaran perasaan individu pelaku, pendapat kedua lebih menekankan senyum sebagai produk interaksi antarmanusia.

Pola tingkah tersangka koruptor menarik untuk coba dipahami. Ketika masuk atau keluar dari gedung KPK atau pengadilan tipikor, mereka mengumbar senyuman. Tak jarang melambaikan tangan atau mengacungkan ibu jari. Apa yang sedang mereka rasakan? Apa yang mereka ingin sampaikan?

Pesan Sosial

Mungkin senyum mereka stimulus kebahagian karena durasia hukuman yang akan dijalani tak sebanding dengan lama waktu menikmati uang rakyat yang telah dijarah. Tak ada yang perlu dicemaskan karena tumpukan kekayaan mereka begitu besar. Mereka juga didampingi sepasukan pengacara elite yang siap memberi pembelaan total.

Dengan pengacara bereputasi andal, rentang waktu di dalam jeruji besi tidak akan lebih lama dari yang diperuntukkan bagi pencuri sandal jepit. Senyum tersangka kasus korupsi bisa sekaligus merupakan pesan sosial. Mereka memahami betul bahwa banyak mata orang Indonesia mengarah pada mereka. 

Seperti simpanse yang menyeringai sebagai tanda kepasrahan dan ”tidak layak” diserang oleh simpanse lainnya, (tersangka) koruptor tersenyum untuk mengatakan, ”saya tidak bersalah, jangan disakiti.”
Itulah alasannya di hadapan media mereka lantang mengatakan, ”Saya dizalimi”, ”Saya dijebak”, atau ”Saya korban konspirasi politik.” Senyum dan sedikit air mata adalah bahasa untuk meminta simpati, menjalin ikatan emosional dengan orang yang mungkin menganggap mereka musuh bersama.

Dengan memosisikan diri sebagai korban, para tersangka itu menganggap sepantasnya tidak dihukum. Seorang terdakwa yang saat ini menjalani proses hukum di pengadilan malah melibatkan Tuhan dengan mengatakan bahwa apa yang dialami keluarga dan dirinya adalah cobaan dari Allah. Sekarang pembaca dapat mengemukakan berbagai tafsiran tentang arti senyuman para (tersangka) koruptor.

Senyum mereka adalah ekspresi kebahagian. Senyuman diumbar untuk meminta simpati dari masyarakat yang ironisnya telah dijarah hak-haknya. Atau senyuman mereka adalah topeng untuk menyembunyikan rasa malu sekaligus kegeraman. Senyuman tersangka kasus korupsi sekaligus ejekan terhadap impotensi penegakan dan kewibaan hukum.

Senyum mereka adalah pernyataan kemenangan terhadap akal sehat dan niat baik dari orang-orang yang ingin membangun Indonesia bersih. Hanya kita wajib tahu bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa. Pelaku korupsi tak layak mendapat simpati, tidak pantas mendapat kesempatan berbahagia. ●  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar