Minggu, 22 September 2013

PR Wali Kota Ada di Jalan

PR Wali Kota Ada di Jalan
Dindin Samsudin ;   PNS di Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat
KORAN SINDO, 21 September 2013


Terpilihnya Ridwan Kamil (RK) bersama Oded M Danial (Mang Oded) menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung periode 2013–2018 diharapkan dapat memberikan perubahan dan perbaikan yang signifikan. 

Seperti diketahui, cukup banyak permasalahan yang ada di Kota Kembang ini. RK menyadari hal itu dan beliau mengungkapkan bahwa sudah menyiapkan sekitar 300 program untuk penyelesaian permasalahan yang ada di Kota Bandung. Tentu saja masyarakat Kota Bandung berharap semua program tersebut dapat berjalan dengan baik. Kota Bandung saat ini sudah identik dengan kemacetan, kesemrawutan pedagang kaki lima, sampah yang berserakan, banjir cileuncang, dan jalan berlubang. 

Selain itu, suhu udara yang dulu sejuk kini sudah jarang dirasakan warga kota. Perubahan cuaca selain seiring dengan pemanasan global di muka bumi, juga diperparah dengan ditumbangkannya pohon-pohon pelindung demi pembangunan dan pelebaran jalan. Satu hal lagi yang semakin meresahkan warga Kota Bandung saat ini, seperti yang belakangan diberitakan dalam beberapa media di Kota Bandung, berkenaan dengan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMSK). 

Bertebarannya pengemis, pedagang asongan, pengamen, “manusia silver”, dan cleaning service kendaraan di setiap perempatan jalan Kota Bandung yang sudah sangat memprihatinkan. Setiap berhenti di lampu merah, pengguna jalan pasti langsung diserbu mereka. Belakangan, setiap lampu merah di perempatan Kota Bandung juga dimeriahkan oleh pertunjukan doger monyet. 

Atraksi monyet untuk mengundang perhatian para dermawan agar dapat memberikan uang ala kadarnya itu selain membahayakan dan mengganggu kenyamanan pengguna jalan, juga mengeksploitasi binatang karena bukan pada tempatnya. Rupanya keresahan terhadap situasi Kota Bandung tidak hanya dirasakan penduduk kota, tetapi juga para pelancong. 

Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jawa Barat melansir, banyak wisatawan yang datang ke Kota Bandung merasa tidak nyaman dengan ulah pengamen, pengemis, dan pedagang asongan yang kian hari kian berani memaksa pengendara yang sedang menunggu lampu hijau menyala. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena mencoreng muka orang Bandung yang dikenal dengan keramahannya. 

Untuk mengatasi hal ini, Satpol PP dan polisi harus segera melakukan penertiban dengan cara yang baik, bijak, dan persuasif. Imbauan untuk tidak memberikan uang kepada mereka masih belum efektif, mengingat keselamatan masyarakat atau pengguna jalan dapat terancam. Menurut saya, cara merazia dan mengembalikan mereka ke daerah asal perlu terus dilakukan. 

Akan tetapi, setelah dirazia, perlu dipilah siapa saja di antara mereka yang memiliki motivasi untuk beralih pekerjaan. Selanjutnya, mereka diberikan pembekalan keterampilan dan usaha lainnya dan diberikan pekerjaan yang layak agar memiliki penghasilan. Rasanya berbagai anggaran untuk acara seremonial menjadi tidak begitu penting dan lebih bermanfaat jika digu-nakan untuk membiayai programprogram sosial tersebut. 

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembinaan harus tetap dilakukan dengan berusaha menyentuh keserasian pemenuhan kebutuhan material dan spiritual serta keserasian pemenuhan kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu, upaya hukum perlu ditempuh seandainya terdapat indikasi kegiatan mereka sebagai tindakan terorganisasi. Aparat keamanan juga harus bertindak tegas jika adanya perilaku yang sudah dikategorikan mengganggu masyarakat dan menjurus ke arah kriminalitas. 

Fenomena ketidaknyamanan di perempatan jalan Kota Bandung pada umumnya merupakan suatu kasus yang perlu dicarikan solusinya secara bijak dan berkearifan lokal. Karena itu, perlu pemikiran, komitmen, dan kepedulian bersama untuk memulai pemberdayaan para pengemis, pedagang, pengamen, “manusia silver”, dan pemain doger monyet agar mereka kembali memiliki habitat yang layak dan tidak semakin termarginalkan. 

Tentu hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga semua masyarakat, khususnya mereka yang berkomitmen dan memiliki kepedulian terhadap nasib sesama yang berada di bawah garis kemiskinan. Sebagai warga Bandung, kita pasti berharap kota ini tetap menjadi salah satu kota yang menjadi tujuan wisata utama di Indonesia Memang, dalam kondisi sosial ekonomi bangsa kita yang masih rendah sekarang ini, beragam cara dilakukan orang untuk mengais rezeki demi sesuap nasi. 

Namun, hendaknya hak untuk mencari nafkah seseorang jangan sampai mengganggu hak orang di sekitarnya dalam mendapatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan. Keramahan masyarakat Bandung harus tetap menjadi kebanggaan kita dan pastikan itu sebagai salah satu magnet bagi para wisatawan untuk berwisata ke Kota Bandung. Rencana Dinas Sosial Kota Bandung untuk terus menertibkan anak jalanan, gelandangan, pengemis, “manusia silver”, dan doger monyet di jalanan Bandung patut kita beri apresiasi dan dukungan . 

Kini RK beserta Mang Oded harus bekerja keras untuk meningkatkan tingkat kenyamanan Kota Bandung. Semoga program 100 hari pertamanya dalam menghidupkan kembali Bandung Bersih, Hijau, dan Berbunga (Berhiber) dapat tercapai. Marilah kita kembalikan pamor Kota Bandung sebagai Paris Van Java yang senantiasa nyaman dan aman. Kita tunjukkan bahwa Bandung merupakan kota jasa yang bermartabat. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar