Selasa, 03 September 2013

Perempuan Indonesia Berdaya

Perempuan Indonesia Berdaya
Mariska Lubis  Konsultan Pemberdayaan Wanita, Mengajar di sejumlah tempat, 
Lulusan Master International Studies University of Sydney, Australia
KORAN JAKARTA, 03 September 2013


Perempuan Indonesia sering dianggap lemah dan tak berdaya, menjadi objek dan jajahan kaum pria. Perempuan Indonesia sendiri barangkali berpikir demikian sehingga merasa perlu berjuang untuk dianggap setara dan berdaya. Bahkan, hingga diperlukan sebuah kementerian khusus pemberdayaan wanita untuk bisa membuat perempuan Indonesia berdaya.

Sesungguhnya, perempuan Indonesia sudah sangat berdaya sejak jaman dulu. Perempuan Indonesia bukanlah kaum yang lemah dan tak berdaya bila saja perempuan Indonesia sendiri mau menjadikan dirinya sebagai subjek yang sudah pasti setara dan penuh daya.

Banyak di antara kita yang mengkritisi betapa menyedihkannya bangsa ini karena tak memiliki jati diri lagi. Tidak juga memiliki kepercayaan diri dan terpengaruh oleh bangsa asing. Tak sedikit juga yang berjuang untuk menentang semua ini dan berusaha keras melawan semua bentuk "penjajahan baru" yang dilakukan oleh bangsa lain tersebut, termasuk di antaranya adalah perjuangan untuk membuat perempuan Indonesia menjadi lebih hebat dan berdaya.

Sayangnya, justru semua itu menjadi bukti bahwa kita memang mau saja dijajah asing yang membuat kita semakin kehilangan jati diri dan kepercayaan diri dan lupa akan apa dan siapa diri kita yang sebenarnya.

Ketika negara-negara Barat sedang heboh-hebohnya dengan isu feminisme, Indonesia sudah mencatat sejarah panjang tentang kehebatan perempuannya. Saat mereka ribut dengan keinginan kesetaraan agar perempuan bisa mendapatkan posisi yang tinggi dan penting di dalam institusi, Indonesia sudah memiliki banyak sekali tokoh perempuan yang menjabat posisi tinggi, baik di swasta maupun pemerintahan.

Bahkan, sejarah sudah membuktikan bahwa Indonesia sudah memiliki seorang laksamana perempuan bernama Mahalayati yang memimpin armada perang laut pada masa Kesultanan Atjeh pada saat dipimpin oleh Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV (1589-1604). Belum lagi para pejuang perempuan Indonesia lainnya yang gagah berani melawan penjajah dan memimpin pasukan untuk melakukan perlawanan.

Raden Ajeng Kartini yang kita anggap sebagai pahlawan perjuangan perempuan Indonesia pun sudah lebih dahulu memperjuangkan kesetaraan pendidikan bagi masyarakat Indonesia lewat pemikiran yang diuraikannya lewat surat. Bila diperhatikan lebih serius, beliau tidak hanya memperjuangkan kaum perempuan, tetapi lebih luas lagi yaitu untuk seluruh bangsa Indonesia. Pemikirannya yang dituangkan dalam karya "Habis Gelap Terbitlah Terang" tidak hanya mengajak kaum perempuan untuk lebih maju, tetapi semua masyarakat Indonesia. Lagi pula, perempuan Indonesia tidak bodoh sama sekali!

Meski barangkali tidak mendapatkan pendidikan formal seperti di negara-negara lain yang dianggap maju, tetapi Indonesia memiliki banyak pemikir perempuan yang hebat sejak masa lalu! Kalau memang bodoh, maka tak mungkin ada banyak karya yang dibuat perempuan Indonesia. Baca saja buku Nazam Aceh yang berisi berlembar-lembar tulisan tasawuf, pemikiran Pocut di Beutong, yang baru saja diterjemahkan dari manuskrip kuno ke dalam bahasa Indonesia.

Tidak bisa dimungkiri bahwa ada sebagian budaya masyarakat Indonesia yang masih menganggap bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya masuk ke dapur juga. Namun demikian, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti lemah dan tidak berdaya ataupun tidak sehebat perempuan yang berpendidikan tinggi, bekerja, dan berpenghasilan. Peranan ibu rumah tangga sangatlah besar terhadap keluarga dan generasi masa depan. Tanpa ada ibu yang hebat, kuat, dan cerdik, tidak akan ada surga yang membuat anak-anak di generasi berikutnya bahagia dan merdeka.

Bandingkan saja, mana yang lebih sulit? Mengasuh, merawat, dan mendidik anak plus mengurus rumah tangga atau bekerja di kantor?! Jika lebih mudah menjadi ibu rumah tangga, tentunya perempuan sekarang tidak perlu mengeluh bila tidak ada pembantu atau baby sitter ya?! Baik bekerja di kantor atau "hanya" menjadi ibu rumah tangga, sama-sama menunjukkan keberdayaan dan kekuatan di dalam bidang masing-masing.

Pemikiran Keliru

Jika sekarang perjuangan perempuan Indonesia dengan pemikiran feminisme yang ada saat ini dianggap bisa membuat perempuan Indonesia lebih berdaya, maka, menurut saya, itu adalah kesalahan besar. Contohnya saja kuota di arena politik yang membuat perempuan menjadi objek lelucon politik. Perempuan justru tampak lemah dan bodoh karena "dimanfaatkan" politik hanya untuk memenuhi kuota, bukan karena kemampuannya bersaing secara kualitas dan mutu. Begitu juga dengan soal gerbong kereta api dan tempat parkir khusus untuk perempuan, semakin menunjukkan betapa lemahnya kaum perempuan sehingga merengek untuk mendapatkan perlakuan khusus. Cuti saat menstruasi pun seharusnya tidak perlu, kecuali bila benar-benar mengganggu kinerja. Mengandung 9 bulan dan melahirkan anak saja mampu, mengapa menstruasi tidak kuat?! Fitrahnya perempuan sudah dari sananya, terbukti juga secara medis, perempuan memiliki kekuatan lebih dalam hal menahan sakit dibandingkan pria. Mengapa bukan kekuatannya yang ditonjolkan tetapi malah dilemahkan?!

Meniru "plek-plek" apa yang dilakukan oleh negara lain tanpa belajar sejarah dan mengenal lebih dulu apa dan siapa diri, membuat perempuan Indonesia justru semakin lemah. Bisanya hanya menuntut dan merengek dengan alasan dan pembenaran, tetapi tidak juga mau bangkit untuk bangsanya. Berjuang pun hanya untuk kepentingan diri sendiri dan kaumnya, bukan untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Keadilan dan kesetaraan yang diperjuangkan, toh, pada akhirnya membuktikan betapa tidak adilnya perempuan. Giliran dituntut kewajibannya sebagai perempuan, ibu, dan istri, tidak mau juga melakukannya dengan berbagai alasan lagi. Duh!

Tidak mengherankan bila kemudian perempuan Indonesia semakin mudah dijadikan "objek". Semakin banyak alasan "menghormati dan menjaga kehormatan perempuan" digunakan untuk melecehkan kaum perempuan sendiri. Peraturan dilarang duduk mengangkang di sepeda motor yang diterapkan oleh salah satu wilayah di Aceh, begitu juga dengan wacana dilarang menari di depan umum bagi perempuan, sampai tes keperawanan bagi siswi di sekolah, sudah menjadi bukti betapa semakin lemah dan tak berdayanya perempuan Indonesia.
Jika saja perempuan Indonesia mau melihat dan memperlakukan dirinya sebagai subjek maka akan berbeda hasilnya. Perempuan Indonesia seharusnya sadar betapa terhormat dan mulia dirinya, dengan begitu besar rahmat dan anugerah yang sudah diberikan oleh Allah. Menjaga, merawat, menghormati diri sendiri, dan yakin bahwa semua itu memiliki arti dan manfaat yang besar bagi diri sendiri, keluarga, dan generasi mendatang akan membuat perempuan sadar bahwa perempuan bukanlah kaum yang lemah dan tak berdaya.

Tidak perlu cengeng, merengek, mengemis, dan minta dikasihani untuk mencapai tujuan dan kepentingan sesaat yang merusak masa depan, tetapi mampu bangkit dan memerdekakan diri dari belenggu "kelemahan" untuk bisa menjadi penghantar surga bagi semua. Ingat sabda Nabi Muhammad SAW, "Surga ada di telapak kaki ibu". Ibulah yang memiliki peran besar membuat anaknya bahagia kelak atau sebaliknya.

Selain itu, dengan menjadikan diri sebagai objek, perempuan Indonesia akan mampu mengenal dirinya sendiri dan menjadi lebih dekat dengan Sang Pencipta. Sadar betapa "kecil"-nya sebagai manusia, tetapi dikaruniai akal dan budi yang luar biasa. Belajar merendahkan hati, berjiwa besar, dan mampu menempatkan diri sesuai kodrat, posisi, dan tempat serta waktu, tidak hanya mengejar eksistensi dan pengakuan karena kurang percaya diri dan keyakinan. Tidak lagi juga berdusta dan mendustai diri serta yang lain dengan memanfaatkan persepsi yang ada, yaitu lemah, tak berdaya, untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompoknya semata. 

Wahai perempuan Indonesia, kalian bukanlah kaum yang lemah dan tak berdaya! Yakinlah dengan diri kalian sendiri! Kalian adalah perempuan yang sangat berdaya! Buktikanlah dengan kekuatan sendiri tanpa harus merendahkan diri! Jadilah perempuan Ibu Pertiwi sejati!!! ●  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar