Kamis, 19 September 2013

Mewujudkan Sarjana Pengusaha

Mewujudkan Sarjana Pengusaha
Sihabuddin ;  Mahasiswa Public Relations Ilmu Komunikasi
IAIN Sunan Ampel Surabaya
SUARA KARYA, 19 September 2013


Dalam kamus ilmiah populer kata sarjana bermakna panggilan untuk orang yang telah menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Jadi, tak heran jika mereka identik dengan ilmu pengetahuan. Karena memang tujuan utama masuk perguruan tinggi untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan.

Seiring perkembangan zaman tujuan tersebut menjadi bergeser. Bahkan rata-rata tujuan mereka masuk perguruan tinggi untuk memperoleh pekerjaan. Wajar saja, sebab semua instansi baik negeri maupun swasta melihat jenjang pendidikan dengan bukti ijazah pelamar sebagai acuannya. Sehingga sebagian orang mengejar ijazah meski ilmunya tidak didapat. Tetapi, rata-rata dari mereka ingin mendapatkan dua-duanya ilmu dan ijazah. Karena dua-duanya sangat penting, terutama ilmunya.

Kenyataanya sampai saat ini masih banyak para sarjana yang menjadi pengangguran. Banyak juga yang memperoleh pekerjaan tetapi tidak sesuai dengan ilmu yang diperoleh dari kampus. Bahkan, ada yang memperoleh pekerjaan namun pekerjaannya tidak memerlukan ijazah, lulusan Sekolah Dasar pun bisa melakukan pekerjaan tersebut, sungguh ironis dengan gelar yang disandangnya.

Berdasarkan data terakhir, jumlah pengangguran yang bergelar sarjana ter nyata 7,8 dari total angkatan kerja. Jumlah ini lebih tinggi dibanding pengangguran secara nasional yaitu 6,8 persen. Ada beberapa opini terkait dengan masalah ini. ada yang berpendapat masalah ini disebabkan, karena banyaknya para pencari kerja tidak sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia. Ada juga yang berpendapat tidak lancarnya pertemuan antara pencari kerja dan penyedia kerja. Ini friksi yang menciptakan pengangguran di pasar tenaga kerja. Ada juga yang berpendapat ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja. Dan, pendapat-pendapat yang lainnya.

Sebenarnya sarjana menganggur bukan suatu yang baru. Meskipun demikian, tetap saja masyarakat menganggap ini sesuatu yang memalukan. Sebab, sarjana identik dengan kaum intelektual yang ready to use. Selain itu, saat ini sudah menjadi budaya dalam masya-rakat bahwa tujuan kuliah adalah agar cepat mendapat kerja. Andai saja budaya di masyarakat orang masuk perguruan tinggi hanya bertujuan untuk mencari ilmu mungkin mahasiswa tidak dapat pekerjaan tidak begitu dipandang tabu oleh masyarakat. 

Yang dianggap tabu seorang sarjana yang tidak bisa apa-apa, dan ini keterlaluan. Tetapi, alangkah lebih baiknya seorang sarjana tetap bisa mengaplikasikan ilmunya di masyarakat nanti, sehingga bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.

Dengan banyaknya sarjana menganggur membuat sebagian orang tidak begitu berminat melanjutkan ke perguruan tinggi. Alasannya, kalau setelah kuliah menganggur lebih baik biaya kuliahnya dijadikan modal usaha saja. Melihat biaya di perguruan tinggi semakin lama semakin membengkak. Bahkan, ada salah satu perguruan tinggi yang menetapkan biaya masuknya di atas lima puluh juta. Modal lima puluh juta dibuat usaha selama empat tahun sudah mendapatkan keuntungan yang begitu besar. Namun, alasan seperti ini kurang tepat. Sebab, dengan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi pastinya banyak ilmu dan pengalaman yang didapat. Bukankah kata pepatah, "'engalaman adalah guru yang terbaik?"

Wajibnya Kreatifitas


Banyak yang tidak setuju tujuan kuliyah untuk mencari pekerjaan. Yang tidak setuju bagi mereka yang memang benar-benar murni mencari ilmu. Ada juga yang berpendapat, seorang sarjana seharusnya membuka lapangan pekerjaan bukan mencari pekerjaan. Kalimat ini memang sudah tidak asing lagi di telinga mahasiswa. Bahkan, sekarang pun di kampus-kampus sering diadakan seminar dan pelatihan entrepreneurship yang tujuannya agar para sarjana menjadi pengusaha handal dan tidak berpikiran lagi untuk mencari pekerjaan. Cara ini memang cukup efektif dan membuka peluang besar untuk mengurangi pengangguran.

Biasanya konotasi pengusaha tertuju pada orang yang memiliki segudang pabrik, toko berjejer dan sebagainya. Namun, sebenarnya pengusaha ialah orang yang berusaha dengan segala kemampuannya sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai material dan immaterial. Melihat hal ini, maka pentingnya seorang mahasiswa untuk kreatif sesuai dengan bakat masing-masing. Seperti leader (pemimpin), administrator, seniman, atlet, penulis, dan sebagainya.

Dari kekreatifan tersebut akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Sebab, tidak semua orang memiliki potensi yang sama dengan kelebihan masing-masing. Dari kelebihan yang berbeda-beda tersebut, maka akan membentuk siklus yang akhirnya menjadi sebuah perusahaan. Sehingga semuanya diuntungkan. Jika semuanya untung, maka tidak akan ada ceritanya sarjana menganggur setelah selesai jadi mahasiswa, Bahkan, saat jadi mahasiswa pun.

Dengan hal ini, seorang mahasiswa wajib kreatif dalam bidang masing-masing sebagai bekal setelah menyandang gelar sarjana nanti. Yang memiliki potensi di seni barangkalai akan lebih tepat berkarya dengan seninya, yang memiliki potensi berpikir tuangkanlah pemikirannya dalam bentuk tulisan dan sebagainya, yang memiliki potensi di sastra berkaryalah sehingga menciptakan karya sastra, yang memiliki potensi atlet berlatihlah sehingga bisa memenangkan kejuaraan, yang memiliki potensi di administrasi belajarlah jadi administrator yang baik, yang berpotensi di management jadilah manajer yang baik, dan potensi-potensi yang lain.


Jika demikian, suatu saat nanti tidak akan ada lagi sarjana atau tamatan perguruan tinggi menjadi penganggur. Namun, semua membuka lapangan pekerjaan setidaknya untuk dirinya sendiri dan tidak memberatkan pemerintah lagi memikirkan lapangan pekerjaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar