Senin, 02 September 2013

Menunggu Satriya Piningit

Menunggu Satriya Piningit
Sumaryoto Padmodiningrat ;   Anggota DPR
SUARA MERDEKA, 02 September 2013


MUNGKIN karena terlalu lama menderita dan nasibya tak kunjung terentaskan oleh pemerintahan dari satu presiden ke presiden lain, rakyat selalu berharap kemunculan Satriya Piningit (calon pemimpin yang masih tersembunyi) yang kemudian menjelma Ratu Adil (raja atau pemimpin yang adil).

Padahal berharap kedatangan Satriya Piningit atau Ratu Adil bisa jadi seperti berharap Godot yang tak jelas kapan datangnya, bahkan mungkin tak akan pernah datang. Satriya Piningit atau Ratu Adil diramalkan kedatangannya oleh Jayabaya, Raja Kediri (memerintah sejak 1935 hingga 1957), kemudian ditegaskan oleh Ranggawarsita (1802-1873), pujangga Keraton Surakarta.

Diramalkan ada tujuh Satriya Piningit sebagai tokoh yang di kemudian hari memerintah atau memimpin wilayah seluas bekas kerajaan Majapahit (Indonesia), yaitu Satriya Kinunjara Murwa Kuncara, Satriya Mukti Wibawa Kesandung Kesampar, Satriya Jinumput Sumela Atur, Satriya Lelana Tapa Ngrame, Satriya Piningit Hamong Tuwuh, Satriya Boyong Pambukaning Gapura, dan Satriya Pinandita Sinisihan Wahyu.

Satriya Kinunjara Murwa Kuncara, pemimpin yang akrab dengan penjara (yang membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajah) dan kemudian menjadi pemimpin yang sangat tersohor di dunia diidentifikasikan sebagai Soekarno alias Bung Karno, Proklamator dan Presiden I (1945-1967).

Satriya Mukti Wibawa Kesandung Kesampar, pemimpin berharta dan disegani namun akhirnya dihujat, diidentifikasikan sebagai Soeharto atau Pak Harto, Presiden II (1967-1998). Satriya Jinumput Sumela Atur (pemimpin yang diangkat hanya untuk masa transisi) diidentifikasikan sebagai BJ Habibie, Presiden III (1998-1999). Satriya Lelana Tapa Ngrame (pemimpin yang suka keliling dunia tetapi religius) diidentifikasikan sebagai KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden IV(1999- 2001).

Satriya Piningit Hamong Tuwuh (pemimpin yang muncul membawa karisma keturunan) diidentifikasikan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden V (2001- 2004). Satriya Boyong Pambukaning Gapura (pemimpin yang berpindah tempat, dari menteri menjadi presiden, dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju zaman keemasan) diidentifikasikan sebagai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden VI (2004- sekarang).

Satriya Pinandita Sinisihan Wahyu (pemimpin yang sangat religius sampai-sampai digambarkan bagai begawan dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum) diidentifikasikan sebagai presiden yang akan datang. Dalam konteks Jakarta, sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta, Musni Umar mengidentifikasi Joko Widodo sebagai Satriya Piningit, yang diyakini akan mampu mengatasi banjir dan kemacetan lalu lintas, problem terberat Ibu Kota.

Jokowi, kata Musni, seperti pemimpin berjiwa luhur, membela kebenaran, peduli masyarakat bawah, dan mengedepankan negara dan bangsa. Ketika keadaan masyarakat kacau dan resah karena kehidupan tertekan, Satriya Piningit itu muncul. Benarkah? Kita tidak tahu pasti. Sebagai Satriya Piningit, mungkin benar, karena sebelumnya Jokowi ’’hanya’’Wali Kota Surakarta tidak diperhitungkan, namun bisa menembus belantara Jakarta dan menjadi gubernur.

Tapi sebagai Ratu Adil, Jokowi masih perlu pembuktian. Apalagi belum genap setahun memimpin. Apakah Jokowi kini juga menjadi Satriya Piningit yang digadang-gadang bisa menjadi presiden, bersaing dengan Satriya Piningit lain yang kini sedang digodok Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, dan mungkin Satriya Piningit lain lagi yang hingga kini belum muncul? Kita juga tidak tahu pasti.

Yang jelas, berdasarkan hasil jajak pendapat berbagai lembaga survei, pamor Jokowi tak tertandingi oleh siapa pun, termasuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang memboyongnya ke Jakarta. Elektabilitas atau tingkat keterpilihan Jokowi tertinggi di antara bakal capres lain, termasuk Prabowo Subianto yang sebelumnya elektabilitasnya tak terkejar.

Suami Pertama

Akankah Jokowi diajukan partainya sebagai capres 2014? Lagi-lagi kita tak tahu pasti, meski Megawati melalui Puan Maharani sudah memberikan sinyal atau lampu hijau bagi pencapresan Jokowi. Sebab PDIP juga punya Satriya Piningit lain, yakni Muhammad Prananda Prabowo, putra kedua Megawati dengan suami pertama, Lettu Penerbang Surindro Suprijarso.

Nama pria misterius generasi ketiga dari trah Soekarno ini sempat mencuat dalam Kongres PDIPdi Bali 2010. Dia sosok yang dikenal paling dekat dengan ibunya, selalu mendampingi dalam berbagai kesempatan. Dia juga salah satu orang kepercayaan Megawati dalam penyusunan pidato, khususnya terkait pendapat atau pemikiran Bung Karno.

Dia dikenal sebagai ”kamus berjalannya” Soekarno. Di PDIP ia duduk sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Situasi (Situation Room) DPP. Prananda tidak sekadar keturunan biologis Bung Karno tetapi juga keturunan ideologis. Apakah PDIP akan memunculkan Prananda Prabowo sebagai Satriya Piningit, sehingga dalam Pilpres 2014 akan ada dua Prabowo yang bertarung, karena sudah pasti Partai Gerindra mencalonkan Prabowo Subianto? Bisa jadi.

Apalagi bila nanti ada tuntutan dari berbagai pihak bahwa Jokowi harus menyelesaikan tugas sebagai gubernur hingga 2017 sehingga ia tak bisa maju dalam Pilpres 2014. Apakah Prananda Prabowo akan menjadi Satriya Pinandita Sinisihan Wahyu, dan kemudian Ratu Adil, yang akan mampu mengantarkan Indonesia meraih kejayaan? Ataukah justru pasangan Jokowi-Prananda sebagai Satriya Piningit? Masih perlu pembuktian lebih lanjut. ●  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar