|
Dengan perkembangan gejolak harga produk pertanian yang
terjadi belakangan ini, sudah saatnya dipertanyakan apakah ukuran "nilai
tukar" petani yang selama ini digunakan masih dapat dipertahankan.
Setelah mengkaji lebih dalam, mungkin tidak salah untuk
menyatakan bahwa manfaat kenaikan harga produk-produk pertanian dan khususnya
bahan makanan menjelang hari-hari penting nasional (seperti di bulan puasa,
Natal, dan tahun baru) sebagian terbesar dinikmati oleh para pedagang tertentu
dan spekulan dan bukannya para petani.
Berbagai hasil studi menunjukkan perbaikan infrastruktur
ekonomi seperti jalan, jembatan, alat pengangkutan, tenaga listrik, selain
memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, ternyata dapat memengaruhi
distribusi pendapatan masyarakat. Dewasa ini pemerintah memang sedang berusaha
keras untuk membangun infrastruktur dan untuk ini mengajak pihak swasta untuk mengambil
bagian.
Terkait dengan ini, perlu diingatkan kembali bahwa
keterlibatan pihak swasta seyogianya jangan sampai meniadakan manfaat
sebenarnya dari pembangunan infrastruktur yang dimaksudkan. Kalau pembangunan
infrastruktur utamanya dimaksudkan untuk tujuan pemerataan, maka pemerintah
diharapkan tetap konsisten dan tetap meyakini bahwa pihak swasta dengan rela
akan turut terlibat manakala pekerjaan itu adalah pilihan yang menguntungkan
juga bagi mereka.
Kenaikan harga yang terjadi mulai bulan Juni lalu
menyebabkan masyarakat menjerit dan menuding kebijakan pemerintah menaikkan
harga BBM merupakan biang keladi. Tudingan bahwa pemerintah "bebal"
tidak terhindarkan, terutama karena penyesuaian harga BBM bersubsidi
dilaksanakan pada waktu yang tidak tepat, yaitu menjelang puasa dan tahun
ajaran baru. Padahal, sudah sejak dua tahun lalu para pemerhati atau pengamat
telah berulang kali menyarankan agar pemerintah menaikkan harga BBM.
Kenaikan harga tidak terelakkan lagi mulai medio 2013 dengan
inflasi total atau umum mencapai 1,03 persen, tetapi kenaikan harga makanan
ternyata lebih tinggi dan mencapai 1,17 persen sehingga selama satu semester
tahun 2013, bahan makanan telah mengalami kenaikan 7,19 persen. Pada bulan
Juli, Agustus hingga September ini, harga bahan makanan, makanan jadi, dan
minuman pun tetap membubung.
Perkembangan ini tentu saja akan terasa sangat menekan
golongan masyarakat berpendapatan rendah. Di mana pun di dunia ini proporsi
pengeluaran masyarakat golongan bawah untuk keperluan makanan sangat besar
sehingga kenaikan harga bahan makanan dan makanan jadi akan sangat membebani.
Memasuki tahun politik dewasa ini, kemampuan Indonesia untuk
mengelola ekonominya, termasuk mengelola inflasi agar tidak berakibat terlalu
membebani masyarakat, sangat ditentukan oleh perilaku dari para pembuat
keputusan dan elite masyarakat. Oleh karena itu, segala tindakan yang dapat
memicu kenaikan harga berlebih sebaiknya diminimalisasi kalau tidak mungkin
dihilangkan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar