Senin, 14 Mei 2012

Pelajaran dari Prancis


Pelajaran dari Prancis
Rakhmat Hidayat ;  Dosen Jurusan Sosiologi UNJ, Sedang Menyelesaikan Program Doktoral di Universite Lumiere Lyon, Prancis
SUMBER :  REPUBLIKA, 12 Mei 2012



Rakyat Prancis akan segera dipimpin oleh presiden baru, Francois Hollande. Hollande akan menggantikan Nicholas Sarkozy yang menjabat presiden sejak 2007. Rencananya Hollande akan dilantik pada Selasa, 15 Mei 2012.

Terpilihnya Hollande sudah diprediksi oleh berbagai kalangan, khususnya pengamat politik dan beberapa lembaga survei. Hollande adalah presiden kedua Prancis yang berasal dari Partai Sosialis. Adapun presiden pertama dari Partai So sialis adalah Jacques Mitterand.

Sementara itu, Sarkozy berasal dari Partai Uni Gerakan Populer (UMP). Hollande yang mengusung slogan Saatnya Perubahan (Le changement c’est maintenant) mampu memberikan angin segar bagi harapan jutaan rakyat Prancis dengan berbagai agenda proposal perubahan dalam berbagai bidang.

Di sisi lain, Sarkozy semakin ter de sak oleh terpaan krisis Zona Eropa yang berada dalam bayang-bayang kanselir Jerman, Angela Merkel. Tidak heran jika ko laborasi Merkel dan Sarkozy dalam meng atasi krisis tersebut melahirkan ‘duo Merkozy’.
Kalangan oposisi menganggap bahwa Sarkozy berada dalam kendali Merkel. Dominasi Merkel tersebut yang membuat harga diri rakyat Prancis terasa tidak berharga. Hollande merespons kebijakan Sarkozy tersebut sekaligus mengartikula sikan ekspresi kelompok oposisi itu.

Dengan tegas, Hollande banyak meng kritik kebijakan duo Merkozy tersebut. Merkel merasa tidak nyaman dengan berbagai tawaran konsep perubahan Hollande selama berkampanye.

Pemilu Prancis telah usai. Sehari setelah Hollande terpilih, masyarakat Prancis tampak wajah sumringah. Tidak sedikit masyarakat mengucapkan selamat atas terpilihnya Hollande yang dianggap akan membawa warna baru bagi kehidupan masyarakat Prancis.

Semua surat kabar di Prancis menulis tajuk utama terpilihnya Hollande. Banyak pelajaran penting dari pemilu Prancis untuk pelaksanaan pemilihan presiden di Indonesia 2014 mendatang.

Debat Terbuka

Selama pemilu berlangsung, para tim sukses maupun kandidat presiden melakukan debat terbuka di televisi. Debat berlangsung secara kritis, dialogis, maupun konstruktif. Setiap tim sukses berdebat mengusung berbagai tawaran maupun konsep jika kandidatnya terpilih menjadi presiden. Meskipun debat berlangsung, ada juga pihak yang mengatakan bahwa adanya debat tidak menjamin pilihan masyarakat Prancis terhadap kandidat pilihannya.

Debat kandidat presiden menjelang putaran kedua berlangsung pada 2 Mei 2012 antara Sarkozy dan Hollande. Debat tersebut berlangsung tiga jam yang disiarkan langsung oleh televisi. Hampir 45 juta rakyat Prancis menyaksikan debat yang dianggap paling panas setelah debat Pemilu 1988 antara Francois Mitterrand dan Jacques Chirac.

Ada dua hal yang menarik pada saat berlangsungnya debat tersebut. Pertama, kedua kandidat berhadap-hadapan secara langsung setelah sekian lama berlangsung. Pada momen debat tersebut tampak kelihatan ekspresi sesungguhnya dua kandidat dengan gesture maupun body language-nya.

Hollande yang sudah diprediksi berbagai polling akan terpilih, tampak lebih rileks dibandingkan dengan sang petahana. Tidak heran jika komentator debat menggambarkan Sarkozy seperti petinju, sementara Hollande merespons layaknya pejudo.

Kedua, sehari setelah berlangsungnya debat, surat kabar di Prancis tampil dengan berbagai analisis debat tersebut. Analisis tersebut yang menjadikan pemilu semakin menarik dan penuh dinamika. Apalagi jika bukan menganalisis posisi petahana yang semakin terpojok. Sementara Hollande semakin berada di atas angin.

Kampanye Damai

Selama kampanye berlangsung semua berlangsung lancar, aman, dan damai. Memang, ada kampanye terbuka. Tetapi, itu berlangsung dalam kondisi yang aman dan terkendali. Selama Maret hingga satu minggu sebelum berlang sungnya putaran perta ma (22 April 2012) berlangsung beberapa kampanye yang melibatkan massa. Tidak sedikit massa yang hadir berjumlah ribuan, terutama dari kandidat yang diunggulkan. Semua berlangsung damai dan tanpa kekerasan.

Kampanye juga berlangsung dua hari menjelang putaran kedua yang dilaksanakan pada Ahad, 6 Mei 2012. Sarkozy menggelar kampanye di Toulon, sementara Hollande berkampanye di Toulouse.

Selama kampanye, banyak poster kandidat bertebaran di berbagai tempat umum. Di sekitar halte bus kota maupun jalan raya. Tetapi, berbagai poster tersebut dipasang secara tertib, bersih, dan bertanggung jawab.

Menjelang pemilu putaran kedua berlangsung, sudah tak ada lagi poster-poster yang bertebaran. Para kandidat secara massif menggunakan media internet untuk menyosialisasikan visimisinya. Tidak sedikit juga, kandidat yang melakukan kampanye secara door to door ke setiap apartemen maupun perumahan dengan melibatkan ratusan relawannya.

Pascakandidat terpilih dinyatakan menang. Hal menarik adalah pidatonya Sarkozy di depan publik merespons terpilihnya Hollande. Pidato Sarkozy ini tentu saja ditunggu-tunggu oleh publik selain pidato kemenangan Hollande sebagaimana menjadi tradisi dalam kontestasi politik.

Ada dua substansi pidato Sarkozy. Pertama, Sarkozy dengan elegan mengakui kekalahannya dan menerima kemenangan Hollande. Sarkozy bahkan mengatakan, dia akan kembali menjadi warga negara biasa seperti warga negara lainnya di Prancis. Kedua, dengan elegan juga Sarkozy mengatakan agar pendukungnya selama pemilu berlangsung untuk mendukung Hollande dalam pemerintahan.

Begitu indahnya pengalaman pemilu Prancis dengan berbagai proses pendewasaan politik yang sejatinya dapat men jadi masukan dan pelajaran penting dalam pentas politik nasional, khususnya menjelang Pemilu 2014. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar